Tikus Merajalela di Klaten Timur, Sepatok Cuma Panen 1 Sak Padi

Tikus Merajalela di Klaten Timur, Sepatok Cuma Panen 1 Sak Padi

Achmad Hussein Syauqi - detikJateng
Kamis, 24 Agu 2023 12:15 WIB
Petani di Desa Jetis, Kecamatan Juwiring, Klaten, membabat padinya yang gagal panen akibat serangan hama tikus, Kamis (24/8/2023).
Petani di Desa Jetis, Kecamatan Juwiring, Klaten, membabat padinya yang gagal panen akibat serangan hama tikus, Kamis (24/8/2023). Foto: Achmad Hussein Syauqi/detikJateng
Klaten -

Serangan hama tikus mulai merajalela di wilayah Kabupaten Klaten bagian timur. Sebagian petani gagal panen dan belum berani menanam lagi karena khawatir hama tikus terus menyerang.

"Pertama kena wereng saya obati sembuh, setelah itu ada serangan tikus. Ini sudah sekitar sebulan, tikus memotong batang padi," kata petani warga Desa Jetis, Kecamatan Juwiring, Sunarto saat ditemui detikJateng di sawahnya, Kamis (24/8/2023) siang.

Diceritakan Sunarto, serangan tikus membuatnya tidak panen. Satu patok lahannya hanya menghasilkan satu sak.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Di sini rata-rata satu patok luasnya 2.000 meter. Dapatnya cuma itu (menunjuk satu sak padi), lainnya tidak bisa dipanen. Sudah ada gropyokan kemarin, dapat sekitar 80 ekor tapi ya datang lagi tikusnya," jelas Sunarto.

Petani lainnya, Untung, mengatakan sudah dua musim tanam ini tidak panen. Akibat serangan tikus, tanaman padinya tidak dipanen karena tidak berbuah.

ADVERTISEMENT

"Tidak ada padinya, ini dibabat untuk pakan sapi. Kalau sudah diserang tikus jeraminya tidak enak, sapi juga kadang tidak mau makan," kata Untung.

Kades Bolopleret, Kecamatan Juwiring, Catur Joko Nugroho mengatakan serangan tikus di wilayahnya sudah sekitar sebulan.

"Sekitar empat hektare yang sudah kena, belum desa lainnya seperti Tanjung dan Kenaiban. Sudah habis Rp 4 juta untuk biaya tanam, tidak panen," kata Catur kepada detikJateng.

Dijelaskan Catur, tikus datang dari wilayah timur perbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo yang terdapat sungai-sungai.

"Padahal sudah saya talut semua, khawatir saya serangan delapan tahun lalu terulang. Diobati ya mati, tapi jumlah yang datang lebih banyak," imbuh Catur.

Sementara itu Kades Sidowarno, Kecamatan Wonosari, Joko Sumarno mengatakan serangan tikus di wilayahnya tidak banyak karena sebagian besar petani sudah panen.

"Ada serangan tapi tidak banyak karena sudah banyak panen. Mungkin karena kemarau panjang tikus muncul," ujar Joko.

Petani Desa Kupang, Kecamatan Karangdowo, Joko Sutarno mengatakan serangan tikus mulai muncul di desanya tapi belum masif.

"Serangan masih spot-spot, yang parah itu Kecamatan Juwiring dan Delanggu. Saya punya binaan di sana dua patok tidak panen," katanya.

Selengkapnya di halaman selanjutnya.

Saat diminta konfirmasi, Camat Juwiring, Herlambang Joko Santoso mengatakan sejak Maret sampai Agustus ada 120 hektare sawah yang terserang hama tikus.

"Untuk Agustus saja ada 17 hektare, sebagaimana dilaporkan teman PPL. Konsolidasi dengan kelompok tani sudah dilakukan dengan gropyokan dan emposan, tikus biasanya muncul saat kemarau begini," kata Herlambang kepada detikJateng.

Menurut Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Pemkab Klaten, Widiyanti, serangan hama tikus paling masif di Kecamatan Juwiring.

"Ada beberapa kecamatan. Di Kecamatan Pedan ada 3 hektare, Karangdowo 2 hektare, Juwiring 18 hektare, Wonosari 7 hektare, Jatinom ada 7 hektare. Yang kita waspadai untuk tikus ada 224 hektare," ungkap Widiyanti kepada detikJateng.

Widiyanti menambahkan, total sawah yang terserang hama tikus itu terbilang kecil jika dibandingkan dengan luas lahan tanam di Klaten yang mencapai 21.000 hektare.

"Meskipun kecil tidak bisa dibiarkan, sebelum terkena kita antisipasi. Hama tidak bisa diatasi sendiri, harus bersama-sama, kita semua," kata Widiyanti.

Halaman 2 dari 2
(dil/rih)


Hide Ads