Petani di Klaten Berburu Tikus gegara Serang Puluhan Hektare Padi

Petani di Klaten Berburu Tikus gegara Serang Puluhan Hektare Padi

Achmad Hussein Syauqi - detikJateng
Rabu, 17 Jul 2024 14:47 WIB
Petani Desa Candirejo, Kecamatan Ngawen, melakukan gropyokan tikus.
Petani Desa Candirejo, Kecamatan Ngawen, melakukan gropyokan tikus. Foto: Achmad Hussein Syauqi/detikJateng.
Klaten -

Serangan hama tikus merusak puluhan hektare lahan padi di Klaten. Kondisi ini semakin parah memasuki musim kemarau. Petani mulai berburu tikus dengan gropyokan sampai pasang jebakan di sawah.

"Mulai kemarin kita sudah lakukan gropyokan, didampingi petugas dari dinas. Kemarin dapat 126 ekor dan hari ini dapat 67 ekor," ungkap Kades Candirejo, Kecamatan Ngawen, Farah Dedi Setiawan kepada detikJateng, Rabu (17/7/2024) siang.

Memasuki musim kemarau, terang Farah Dedi, hama tikus semakin nekat. Tiga kelompok tani di desanya mulai waspada menghadapi hama tersebut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"KT (kelompok tani) Mardi Utomo terserang 30 hektare yang terancam 40 hektare, KT Mardi Widodo 20 hektare dan yang terancam 35 hektare, KT Mardi Rahayu masih aman kondusif," sebut Farah Dedi

"Obat dari dinas pertanian dan gropyokan bareng petani. Dinas juga membersamai petani di lokasi," imbuh Farah Dedi.

ADVERTISEMENT

Kades Tlobong, Kecamatan Delanggu, Basuki menyatakan di desanya semua sudah terserang. Tapi serangan ngeblok (spot).

"Sawahnya ngeblok tapi hampir semua.Minggu depan ada sosialisasi UPTD pertanian untuk upaya pemberantasan tikus," jelas Basuki kepada detikJateng.

Wakil ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kabupaten Klaten, Atok Susanto, mengatakan dari pantauannya ada lima kecamatan yang diserang cukup parah. Yaitu Kecamatan Delanggu, Juwiring, Polanharjo, Wonosari dan Karanganom.

"Kecamatan Delanggu, Juwiring, Polanharjo, Wonosari dan Karanganom serangan sporadis. Tikus bahkan pada masuk rumah, petani nekat bawa genset untuk setrum," ungkap Atok kepada detikJateng.

Tikus, sebut Atok, sudah muncul tiga tahun terakhir. Kondisi serangan diperparah hilangnya hewan predator.

"Predator tikus diburu, dijual belikan seperti burung hantu tito alba, garangan (musang sawah). Ini yang membuat tikus berkembang cepat," katanya.

Terpisah, Kabid Tanaman Pangan dan Hortikultura Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Pemkab Klaten, Lilik Nugraharjo, menyatakan laporan serangan terus dipantau. Terakhir ada 27 hektare.

"Laporan terakhir 27 hektare dengan serangan ringan sampai sedang. Pengendalian paling utama gropyokan dan penggunaan setrum harus dihindari," jelasnya kepada detikJateng saat diminta konfirmasi.




(apl/apu)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads