Cerita Konselor HIV Klaten Diamuk Istri gegara Koleksi Aplikasi Kencan

Cerita Konselor HIV Klaten Diamuk Istri gegara Koleksi Aplikasi Kencan

Achmad Hussein Syauqi - detikJateng
Sabtu, 05 Agu 2023 11:22 WIB
Konselor HIV/AIDS di Klaten mengaku koleksi aplikasi kencan untuk monitoring dan sosialisasi. Foto diambil Sabtu (5/8/2023).
Konselor HIV/AIDS di Klaten mengaku koleksi aplikasi kencan untuk monitoring dan sosialisasi. Foto diambil Sabtu (5/8/2023). Foto: Achmad Hussein Syauqi/detikJateng
Klaten -

Setiap profesi ada risikonya, termasuk para konselor atau penyuluh penanggulangan HIV/AIDS di Kabupaten Klaten. Mereka terpaksa mengoleksi aplikasi kencan untuk monitoring dan sosialisasi HIV meskipun risikonya diamuk istri.

"Pernah jam 21.30 WIB ada yang telepon, diangkat istri dengan nomor baru, lha ngajak kencan. Jadi susah, bagaimana saya harus menjelaskan tapi akhirnya saya jelaskan dan saya speaker biar tahu cara kerja saya," kata Pengelola Program dan Kegiatan Komisi Penanggulangan HIV/ AIDS (KPA) Kabupaten Klaten, Fauzi Rivai (40) kepada detikJateng saat ditemui di kantornya, Sabtu (5/8/2023).

Rivai menerangkan sebagai aktivis penanggulangan HIV/AIDS dirinya terpaksa men-download enam aplikasi kencan. Enam aplikasi itu ada yang untuk lawan jenis tapi ada juga bagi kalangan laki suka laki (LSL).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Enam aplikasi itu ada untuk aplikasi kencan cewek, ada juga sesama cowok dengan akun beda. Aplikasi itu untuk monitoring penanggulangan HIV, ya kita ngobrol, ya kencan, " kata Rivai.

Saat ngobrol itulah, lanjut Rivai, dia menanyakan dan menggali informasi tentang kondisi kesehatan lawan bicaranya. Dia juga menanyakan kencan dengan siapa, di mana, orang daerah mana dan lainnya. Di sela chat itulah digali risiko kerentanan mereka terhadap HIV.

ADVERTISEMENT

"Dari chat itu kita tahu kerentanan HIV dan data. Kita biasanya arahkan untuk mau tracking, kasih masukan dan lainnya," imbuh Rivai.

Rivai mengatakan hal itu tidak mudah, karena beberapa orang cenderung tertutup. Namun, ada juga yang menyambut positif dan menggali informasi.

"Lebih banyak yang merespons positif karena merasa dipedulikan. Ada yang bertanya tips sehat, periksa HIV di mana, bayar tidak, cek privasi ndak, dan lainnnya, jadi mereka lebih membuka diri karena ada akun yang perhatian hidup mereka," papar Rivai.

Dia mengaku ada juga pihak yang mencurigainya. Oleh karena itu, Rivai lalu memperkenalkan diri dan menjelaskan dirinya dari KPA.

"Bagi kita efektif karena pelaku penyimpangan seksual itu juga pindah ke teknologi, semua pegang HP. Mereka itu mau mengakses informasi bingung, tanya ke siapa juga bingung karena mereka dianggap tidak normal," terang Rivai.

Sebelum ada aplikasi, imbuh Rivai, dirinya menggunakan cara manual dengan datang ke lokasi nongkrong, mendekati komunitas, dan lainnya. Meski sudah ada aplikasi kencan, pihaknya juga masih menggunakan cara manual.

"Cara manual masih dilakukan tapi lebih dulu komunikasi dengan aplikasi. Ada sekitar 10 orang yang akhirnya mau memeriksakan diri," ucap Rivai yang aktif di KPA tahun 2013.

Hal senada juga disampaikan pengelola data dan informasi KPA, Amin Bagus Panuntun (33) yang menyatakan dirinya punya empat aplikasi. Satu aplikasi cewek dan tiga aplikasi kencan sesama pria.

"Kalau saya daripada dicurigai istri, saya sejak awal terbuka, duluan saya jelaskan pada istri. Saya ada empat aplikasi padahal," ungkap Amin kepada detikJateng.

Menurut Amin, dengan terbuka itu tidak pernah istri maupun keluarga lainnnya curiga. Keluarga akhirnya memahami wilayah kerjanya di wilayah abu-abu.

"Ya akhirnya memahami kerja kami di wilayah abu-abu. Curiga ya pernah terjadi tapi akhirnya semua keluarga paham," kata Amin yang jebolan fakultas ekonomi itu.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Video: Kata Kemenkes soal Tantangan Pemberian Obat ARV Bagi Remaja Terpapar HIV"
[Gambas:Video 20detik]
(ams/ams)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads