Salah satu amalan sunnah yang dianjurkan untuk dilakukan umat Islam di bulan Muharram adalah puasa Asyura. Berikut sejarah puasa Asyura yang dilakukan pada pada tanggal 10 Muharram.
Bulan Muharram merupakan salah satu bulan dalam kalender Hijriah yang diharamkan oleh Allah SWT. Mengutip laman NU Online, bulan haram sendiri merupakan bulan yang melipatgandakan segala ketaatan maupun kemaksiatan yang dilakukan oleh manusia.
Selain itu, pada bulan Muharram juga dianjurkan Rasulullah SAW untuk banyak melakukan puasa di dalamnya berdasarkan sabdanya yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, dari Abu Hurairah berkata,
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Rasulullah SAW bersabda, 'Puasa yang paling afdhol setelah bulan Ramadhan adalah bulan Allah al Muharram dan sholat yang paling afdhol setelah sholat fardhu adalah sholat malam."
Salah satu puasa sunnah yang dianjurkan untuk dilakukan adalah puasa Asyura. Bagaimana sejarah terciptanya anjuran puasa Asyura? Berikut penjelasannya.
Sejarah Puasa Asyura
Hari Kemenangan Nabi Musa atas Fir'aun
Masih dikutip dari laman NU Online, salah satu hadits yang menyinggung puasa Asyura adalah hadits berikut yang menyebutkan tentang hari kemenangan Nabi Musa AS dan Bani Israil atas Fir'aun:
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا، قَالَ: قَدِمَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَدِينَةَ، فَوَجَدَ الْيَهُودَ يَصُومُونَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ فَسُئِلُوا عَنْ ذَلِكَ؟ فَقَالُوا: هَذَا الْيَوْمُ الَّذِي أَظْهَرَ اللهُ فِيهِ مُوسَى، وَبَنِي إِسْرَائِيلَ عَلَى فِرْعَوْنَ، فَنَحْنُ نَصُومُهُ تَعْظِيمًا لَهُ، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: نَحْنُ أَوْلَى بِمُوسَى مِنْكُمْ فَأَمَرَ بِصَوْمِهِ. (رواه مسلم)
Artinya: "Dari Ibnu Abbas RA, beliau berkata: 'Rasulullah SAW hadir di kota Madinah, kemudian beliau menjumpai orang Yahudi berpuasa Asyura. Mereka ditanya tentang puasanya tersebut, lalu menjawab: 'Hari ini adalah hari dimana Allah SWT memberikan kemenangan kepada Nabi Musa AS dan Bani Israil atas Fir'aun. Maka kami berpuasa untuk menghormati Nabi Musa'. Kemudian Nabi SAW bersabda: 'Kami (umat Islam) lebih utama memuasai Nabi Musa dibanding dengan kalian'. Lalu Nabi SAW memerintahkan umat Islam untuk berpuasa di hari Asyura." (HR Muslim)
Puasa yang Dilakukan Orang-orang Sebelum Islam
Syekh Musa Lasyin dalam kitabnya, Fathul Mun'im Syarhu Shahih Muslim menjelaskan bahwa puasa Asyura sudah dilakukan oleh orang-orang Arab Jahiliyyah di kota Mekkah. Dengan kata lain, sebelum Rasulullah SAW bertemu orang Yahudi di Madinah yang kebetulan saat itu mereka berpuasa Asyura, terlebih dahulu puasa ini dilakukan oleh penduduk Mekkah sebelum Islam. (Musa Hasyin lasyin, Fathul Mun'im Syarhu Shahih Muslim, Oman, Darus Syuruq, juz IV, hal. 588).
Terdapat dua kemungkinan alasan orang Jahiliyah berpuasa Asyura, yakni mengikuti syariat Nabi Ibrahim AS dengan tujuan memuliakan hari Asyura yang dibarengi dengan pemasangan kiswah untuk Ka'bah, atau sebagai penebus dosa yang telah dilakukan di masa Jahiliyah. Mereka merasa bersalah dan meyakini puasa Asyura mampu melebur dosa mereka. (Lasyin, Fathul Mun'im, juz IV, hal. 558).
Dakwah Nabi SAW kepada Ahlul Kitab
Syekh Muhammad bin 'Abdul Baqi az-Zurqani dalam kitabnya, Syarhu Mawahibil Ladduniyyah dengan mengutip Imam Al-Qurtubi menjelaskan hal tersebut dengan mengaitkan puasa yang dilakukan oleh Rasulullah SAW:
لعل قريشا كانوا يستندون في صومه إليه شرع من مضى كإبراهيم، وصوم رسول الله -صلى الله عليه وسلم- يحتمل أن يكون بحكم الموافقة لهم، كما في الحج، أو أذن الله له في صيامه على أنه فعل خير، فلما هاجر ووجد اليهود يصومونه وسألهم وصامه أمر بصيامه احتمل أن يكون ذلك استئلافا للهيود كما استألفهم باستقبال قبلتهم، ويحتمل غير ذلك
Artinya: "Boleh jadi, masyarakat Jahiliyyah berpuasa Asyura karena mengikuti syari'at nabi sebelumnya, seperti Nabi Ibrahim as. Rasulullah saw yang juga ikut berpuasa saat itu, mungkin karena alasan adaptif saja, sebagaimana ibadah haji. Atau juga Allah mengizinkan Nabi saw berpuasa 'Asyura (saat di Makkah) karena hal itu dinilai baik. Lalu, Nabi saw berjumpa orang Yahudi (saat hijrah di Madinah) yang kebetulan sedang berpuasa Asyura. Melihat apa yang dilakukan Yahudi, Nabi saw memerintahkan umat Islam untuk juga berpuasa. Bisa jadi, Nabi saw ingin membuat orang Yahudi luluh (dengan sama-sama berpuasa Asyura), sebagaimana yang dilakukan Nabi saw saat berkiblat ke arah kiblat mereka. Bisa jadi juga alasan lain. (Az-Zurqani, Syarhu Mawâhibil Ladduniyyah, [Beirut, Dârul Kutubil 'Ilmiyyah: 2012], juz XI, halaman 275).
Penjelasan tersebut menggarisbawahi bahwa Nabi SAW berpuasa Asyura sebagai metode dakwah untuk meluluhkan hati orang Yahudi. Hal ini Nabi SAW lakukan untuk mengajak Ahlul Kitab (Yahudi dan Nasrani) untuk masuk Islam. Dengan berpuasa Asyura, orang Yahudi akan berpikir, ternyata syariat Nabi Muhammad SAW tidak jauh berbeda dengan syariat nabi mereka, Musa AS.
Puasa Asyura dalam Hadits Aisyah RA
Mengutip laman resmi Muhammadiyah, dalam hadits Aisyah RA yang terdapat di Sahih Bukhari dan Muslim menunjukan kesimpulan berbeda mengenai sejarah puasa Asyura. Hadits tersebut berbunyi:
عن عائشة ، رضي الله عنها ، أن قريشا كانت تصوم يوم عاشوراء في الجاهلية ثم أمر رسول الله صلى الله عليه وسلم بصيامه حتى فرض رمضان وقال رسول الله صلى الله عليه وسلم : من شاء فليصمه ، ومن شاء أفطر
Artinya: "Dari Aisyah RA, sesungguhnya orang-orang Quraisy dulu pada masa Jahiliyah berpuasa pada hari Asyura. Rasulullah SAW pun memerintahkan untuk berpuasa pada hari itu hingga turunnya perintah wajib puasa Ramadhan. Rasulullah (setelah wajibnya puasa Ramadhan) berkata, 'Barangsiapa menghendaki maka ia boleh berpuasa Asyura, sedangkan yang tidak mau puasa maka tidak mengapa'." (HR Bukhari dan Muslim)
Hadits tersebut menunjukkan bahwa Nabi SAW memerintahkan umat Islam untuk melakukan puasa Asyura saat masih menetap di Mekkah atau sebelum bertemu orang-orang Yahudi di Madinah.
Itulah sejarah puasa Asyura yang dilakukan pada tanggal 10 Muharram. Semoga bermanfaat, Lur!
(apl/ahr)