Ketua Asosiasi Dokter Anak Korea Selatan Dr Lim Hyun-taek bicara soal sulitnya membuka klinik anak di tengah krisis populasi di negaranya. Kini banyak klinik anak yang terpaksa tutup.
Dilansir detikHealth, Kamis (25/5/2023), jumlah kelahiran di Korea Selatan mencatat rekor terendah di 2022 yakni 0,78 dari semula 0,81. Rekor ini jauh dari angka ideal pertumbuhan populasi penduduk di negara maju 2,1.
Imbasnya, sejumlah sekolah siswa dasar yang tutup dan kini klinik anak juga terancam gulung tikar. Menurut data Health Insurance Review and Assessment Service, jumlah klinik anak di Seoul tahun lalu berkurang lebih dari 50 tempat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kemudian pada 2017 ada 521 klinik anak. Jumlah ini terus berkurang hingga tersisa 456 klinik pada 2022.
"Klinik anak sulit dioperasikan lagi," kata Lim Hyun-taek, dikutip dari The Straits Times.
Saat klinik menghadapi tingkat kelahiran yang sangat rendah, pemerintah juga telah 'membekukan' biaya janji temu dokter selama lebih dari 30 tahun.
"Dibandingkan dengan departemen kedokteran lain, pediatri hanya menerima biaya janji dokter karena tidak ada biaya tambahan di luar yang ditanggung asuransi kesehatan," terangnya.
Sebagai informasi, biaya bertemu dokter anak hanya 5 persen dari yang diterapkan di Amerika Serikat. Bahkan, harganya jauh lebih murah dibandingkan Kambja dan China.
Di sisi lain, tren penurunan klinik juga terlihat di departemen lainnya meski tidak signifikan. Misalnya saja di klinik radiologi yang menurun sebesar 2,4 persen dari tahun 2017 ke 2022. Sedangkan jumlah klinik psikiatri, anestesiologi, dan bedah kardiotoraks justru meningkat.
Jumlah klinik psikiatri meningkat sebesar 76,8 persen dari 302 menjadi 534 selama periode yang sama. Disusul dengan peningkatan klinik anestesiologi sebesar 41,2 persen dan klinik bedah kardiotoraks sebesar 37,5 persen.
(ams/aku)