Pengakuan Wanita Inggris Terpaksa 'Open BO' demi Hidup di Tengah Krisis

Internasional

Pengakuan Wanita Inggris Terpaksa 'Open BO' demi Hidup di Tengah Krisis

Tim detikHealth - detikJateng
Selasa, 23 Mei 2023 20:21 WIB
A homeless man sleeps in his sleeping bag on The Strand in central London on October 1, 2022, as campaigners gather in the city to protest against the cost of living crisis. (Photo by JUSTIN TALLIS / AFP) (Photo by JUSTIN TALLIS/AFP via Getty Images)
Miris! Gelandangan di Inggris Makin Bertebaran Gara-gara Krisis (Foto: Justin Tallis/AFP/Getty Images)
Solo -

Sejumlah perempuan terpaksa menjadi penjaja seks atau open BO untuk bertahan hidup di tengah krisis finansial di Inggris. Mereka bahkan terpaksa barter seks demi akomodasi atau kebutuhan dasar lainnya.

Dilansir detikHealth, Selasa (23/5/2023), salah satunya dialami Alina, bukan nama sebenarnya. Dia mengaku mendapat tawaran pengurangan tagihan sewa dan utilitas asal ditukar dengan seks dan foto intim.

Dikutip dari laman Style, Alina terpaksa menerima tawaran itu karena tak mampu membayar tempat tinggal. Menurut NUM, organisasi yang berkampanye dengan mengakhiri kekerasan terhadap pekerja seks, pemilik rumah itu sering masuk ke rumah Alina dalam kondisi mabuk dan meminta berhubungan seks.

Alina pun mengaku terus hidup di bawah ancaman penggusuran jika tak memenuhi permintaan pemilik rumah.

Terkait kondisi ini, pemerintah telah meluncurkan konsultasi 10 minggu tentang hubungan seks yang dilakukan terpaksa demi bertahan hidup. Hal ini dilakukan sebagai upaya menindak semakin banyak tuan tanah yang mengeksploitasi orang-orang rentan di tengah krisis.

Sementara itu, Home Office mengumumkan sedang mempertimbangkan undang-undang baru untuk melindungi penyewa dari eksploitasi seksual. Hal ini mengacu dari hasil survei YouGov yang mengungkap bahwa hampir satu dari 50 wanita di Inggris telah diberi penawaran untuk menukar biaya sewa dengan seks selama lima tahun terakhir.

Mengacu pada UU Pelanggaran Seksual, tuan tanah bisa dituntut karena menyalahgunakan kekuasaan mereka untuk menipu, memaksa atau memaksa orang ke dalam pengaturan sewa seks. Perbuatan itu pun dinilai ilegal. Saat ini, efektivitas undang-undang ini dalam melindungi perempuan dan kaum rentan di tengah krisis pun tengah diajukan.

Terpisah, Menteri Dalam Negeri Inggris, Suella Braverman mengakui perempuan muda merupakan kelompok paling berisiko dalam kasus ini. Dia berharap program konsultasi yang dilakukan pemerintah bisa membantu mengakhiri tren ini.

"Konsultasi tersebut membawa kita lebih dekat untuk mengakhiri tren yang sangat berbahaya ini dan melindungi para korban dengan lebih baik," kata Braverman.

Di sisi lain, banyak juga juru kampanye dan badan amal yang mendorong pemerintah untuk segera mengakhiri kasus eksploitasi penyewa ini. Mereka ingin pemerintah bisa mengatasi akar permasalahan yang mendorong terjadinya penyalahgunaan seks untuk sewa tempat tinggal atau kebutuhan dasar lainnya.




(ams/ahr)


Hide Ads