Contoh Khotbah Kenaikan Isa Almasih Lengkap dengan Pujian

Contoh Khotbah Kenaikan Isa Almasih Lengkap dengan Pujian

Paradisa Nunni Megasari - detikJateng
Kamis, 18 Mei 2023 10:15 WIB
Doorway to sunlit chapel
Contoh Khotbah Kenaikan Isa Almasih Lengkap dengan Pujian. Foto: Getty Images/iStockphoto/patty_c
solo -

Umat Kristiani memperingati Hari Kenaikan Isa Almasih pada hari ini Kamis, 18 Mei 2023. Berikut ini contoh khotbah yang bisa disampaikan saat peringatan Hari Kenaikan Isa Almasih lengkap dengan pujian.

Dikutip dari Ensiklopedia Britannica, Kenaikan Isa Almasih merupakan peristiwa dimana Yesus Kristus terangkat naik ke langit dan menghilang dari pandangan murid-muridNya setelah tertutupi oleh awan.

Makna kenaikan bagi umat Kristiani berasal dari keyakinan mereka akan pemuliaan dan peninggian Yesus pasca kematian dan kebangkitanNya, serta dari peristiwa kembalinya Dia kepada Allah Bapa. Dalam Injil Yohanes dijelaskan bahwa peristiwa Kenaikan tersebut bukan hanya sekedar perpindahan fisik Yesus dari bumi ke surga. Melainkan peristiwa sakral yang menunjukkan kesatuan Yesus dengan Allah Bapa.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hari Kenaikan Isa Almasih diperingati secara luas oleh umat Kristiani di seluruh Indonesia. Namun skala perayaannya di setiap kota berbeda-beda, tergantung dari besar kecilnya populasi komunitas umat Kristiani di kota tersebut.

Berikut ini contoh khotbah Hari Kenaikan Isa Almasih dikutip dari laman resmi Gereja Kristen Jawi Wetan.

ADVERTISEMENT

Contoh Khotbah Kenaikan Isa Almasih

Tiada yang abadi di dunia ini, setiap saat kehidupan manusia berubah dan bahkan tidak bisa mengulang kembali apa yang telah terjadi sebelumnya. Kalaupun diulang pasti tidak akan sama persis, semua sudah berubah. Oleh karena itu, Heracletos, seorang filsuf Yunani kuno mengatakan, "Tidak ada yang tidak berubah kecuali perubahan itu sendiri". Pengenalan kita akan Yesus juga dapat mengubah kehidupan kita. Perubahan besar dalam kehidupan sejak mengenal Yesus dialami oleh seorang polisi bernama Fowler seperti yang disaksikan dalam PKJ.239 dengan judul Perubahan Besar.

(bisa dinyanyikan bersama jemaat).

Perubahan besar di kehidupanku

sejak Yesus di hatiku;

di jiwaku bersinar terang yang cerlang

sejak Yesus di hatiku.

Sejak Yesus di hatiku,

sejak Yesus di hatiku,

jiwaku bergemar, bagai ombak besar

sejak Yesus di hatiku.

Lagu ini ditulis oleh seseorang bernama Rufus. Rufus adalah seorang pendeta asal Ohio dan melayani di Christian Church Disciples of Christ. Lagu ini dia buat pada tahun 1914, ketika ia dan istrinya Margaret Dragoo kehilangan seorang anak mereka yang bernama Herschel. Lirik lagu ini kemudian digubah oleh Charles H. Gabriel dan pada tahun berikutnya diperdengarkan pada sebuah kebaktian "Billy Sunday". Dan pada saat yang sama, ada seorang polisi bernama Fowler mengikuti kebaktian tersebut, kemudian ia memutuskan untuk menerima dan mengikut Yesus. Selanjutnya terjadi "perubahan ajaib", yaitu ratusan rekan Fowler yang sesama polisi datang dan menerima Yesus Kristus dalam hidup mereka, bahkan keluarga mereka. Di dalam lagu tersebut nyata termaktub sebuah pengakuan bahwa ada perubahan dalam hidupnya ketika ia membiarkan Yesus menguasai hatinya. Dikatakan bahwa jiwanya bersinar terang, jiwanya bergemar bagai ombak besar, jiwanya segar, dan ia riang gembira berjalan terus menapaki kehidupan ini bersama dengan Yesus yang bertahta di hatinya. Kalau kita amati, maka perubahan besar yang dimaksudkan oleh si pembuat lagu bukanlah sebuah perubahan lahiriah yang sifatnya permukaan saja, tetapi sebuah perubahan yang bermula dari hati, bersumber pada jiwa terdalam seseorang yang jiwanya disentuh oleh kasih Yesus.

Perubahan besar dalam kehidupan sejak mengenal dan mengikuti Yesus dengan setia juga dialami oleh para murid Yesus dan juga orang-orang percaya di Efesus. Yesus telah mempersiapkan para murid untuk tugas perutusan dengan mengajar mereka selama Ia hidup dan saat menampakkan diri sekitar 40 hari setelah kebangkitan-Nya. Sebelum Yesus terangkat ke surga, Ia memberikan tugas kepada para murid yang telah dipersiapkan-Nya itu. Yesus memerintahkan kepada para murid agar menanti di Yerusalem sampai mereka diperlengkapi kuasa oleh Roh Kudus yang akan memberi mereka kuasa menjadi saksi Kristus di Yerusalem (Kis. 2-7), seluruh Yudea dan Samaria (Kis. 8-12) dan sampai ke ujung bumi (Kis. 13-26). Kuasa dari Roh Kudus itu memberikan perubahan baru di dalam kehidupan mereka. Kuasa bukan sekadar kekuatan atau kemampuan, akan tetapi kuasa yang berkuasa dan bertindak (bersifat aktif) termasuk kuasa untuk mengusir roh jahat dan menyembuhkan orang sakit. Kuasa dari Roh Kudus ini juga memberikan kekuatan dan kemampuan kepada mereka untuk bersaksi dan menaati perintah serta pengajaran dari Yesus. Para murid menjadi saksi yang otentik, karena mereka melihat dan mendengarkan sendiri, Yesus yang bangkit dari kematian.

Paulus bersyukur karena saat mengenal Yesus, orang percaya di Efesus memiliki perubahan di dalam kehidupannya. Mereka semakin kuat di dalam iman secara pribadi sekaligus mereka memahami bahwa mereka dipilih dan dipanggil sebagai saksi Kristus, sehingga mereka juga memiliki kasih kepada sesamanya. Oleh karena apa yang mereka lakukan itu, Paulus menaikkan doa syukur kepada Tuhan atas keberadaan mereka yang telah menjadi saksi Kristus dan melayani dalam kasih bagi sesama. Paulus juga memohonkan kepada Tuhan supaya mereka senantiasa mendapatkan hikmat dan wahyu, agar mereka dapat terus mengenal Kristus dengan benar. Hikmat yang mereka dapatkan akan memampukan mereka memahami pengharapan dalam panggilan Kristus untuk mereka, memahami kemuliaan yang diberikan untuk orang-orang kudus serta kuasa bagi orang-orang percaya (Ay. 18-19). Dengan itu semua, mereka akan semakin berhikmat untuk terus bersaksi tentang Kristus dan melayani dalam kasih kepada sesama.

Yesus menampakkan diri-Nya kepada para murid dan membuka pikiran mereka, sehingga mereka mengerti Kitab Suci (Ay. 45). Saat pikiran mereka terbuka dan mengerti Kitab Suci, maka ada perubahan dalam kehidupan mereka. Mereka mengerti akan tugas mereka, yaitu menyampaikan berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa. Yesus memberikan perintah kepada para murid untuk menjadi saksi-Nya dimulai dari Yerusalem sampai kepada segala bangsa. Akan tetapi sebelum mereka menjalankan tugas sebagai saksi Kristus, mereka terlebih dahulu harus tinggal di Yerusalem sampai diperlengkapi dengan kuasa Roh Kudus. Kuasa yang diterima para murid yang tertulis di ayat 49 sama dengan kuasa untuk para murid yang tertulis pada Kisah Para Rasul 1:8 (karena memiliki akar kata yang sama). Para murid adalah orang Yahudi yang setia, sehingga perutusan mereka awal mulanya masih tetap di Yerusalem sampai mereka dibimbing oleh kuasa yang akan diberikan kepada mereka melalui Roh Kudus. Kuasa yang akan menjadikan mereka kuat dan setia untuk bersaksi akan Kristus dan melayani sesama seperti halnya Kristus. Mengingat tugas yang mereka lakukan sangat besar dan berat karena akan ada perlawanan yang akan mereka hadapi dan penderitaan yang mereka alami. Akan tetapi kuasa itu akan menguatkan mereka dan menjadikan mereka berani, karena kuasa yang mereka terima bersifat aktif.

Setelah memberikan tugas itu, Yesus mengangkat tangan-Nya dan memberkati para murid. Berkat Tuhan menyatakan penyerahan perutusan-Nya kepada para murid sekaligus janji untuk mendampingi mereka melakukan tugas sebagai saksi-Nya. Para murid sujud untuk menghormati Yesus dan menerima tugas perutusan itu. Para murid tidaklah sedih atas kepergian Yesus ke surga. Hal ini tentu berbeda saat kematian-Nya, para murid merasa sangat ketakutan, sehingga bersembunyi di ruang atas sebuah rumah. Mereka dengan penuh kegembiraan kembali ke Yerusalem. Mereka memahami pemenuhan perutusan Yesus untuk menjadi saksi-Nya dan menantikan karunia yang dijanjikan-Nya, yaitu kuasa yang akan memperlengkapi mereka bersaksi tentang Kristus dan melayani sesama seperti yang diperbuat Kristus.

Dari ketiga bacaan kita jelas sekali bahwa pengenalan yang sempurna akan Yesus dapat mengubah kehidupan para murid dan juga orang-orang percaya di Efesus. Mereka yang dulunya tidak memahami Kitab Suci, akhirnya paham Kitab Suci dan juga segala pengajaran Yesus. Bahkan setelah Yesus terangkat ke surga, mereka terus setia dan penuh keberanian bersaksi tentang Kristus serta melayani sesama seperti yang diperbuat oleh Kristus. Ada perubahan baik dalam kehidupan mereka. Demikian juga yang menjadi panggilan dan tanggungjawab kita sebagai orang percaya. Ada perubahan baik dalam kehidupan kita, karena pengenalan kita akan Yesus.

Membuka Bulan Kesaksian dan Pelayanan, kita diingatkan bahwa kita sebagai orang percaya adalah saksi Kristus yang setia dan pelayan Kristus yang penuh kasih untuk sesama. Akan tetapi yang menjadi tantangan dalam kesaksian dan pelayanan kita saat ini adalah dunia telah berubah sejak pandemi Covid-19 melanda. Iya dunia sedang berubah, dari kondisi yang baik-baik saja menuju pandemi dan sekarang kita berada dalam situasi pasca pandemi.

Di masa pandemi, kita sebagai gereja tidak bisa leluasa bergerak keluar, bahkan harus "memenjara diri" demi memelihara kehidupan diri sendiri dan sesama. Di masa pasca pandemi, kita sebagai gereja menjadi komunitas terluka yang harus keluar dari lubang persembunyian. Akan tetapi di tengah luka dan kerapuhan yang kita alami, kita harus juga menjumpai orang-orang lain yang juga rapuh dan terluka, orang-orang yang membutuhkan pertolongan kita. Lalu bagaimana wujud kesaksian dan pelayanan kita sebagai orang terluka. Kita diingatkan oleh para murid, mereka yang ditinggalkan oleh Yesus untuk naik ke surga. Mereka menghadapinya bukan dengan sedih atau ketakutan, tetapi dengan penuh kegembiraan, karena ada pengharapan, yaitu kuasa yang akan diberikan Roh Kudus atas diri mereka. Demikian juga kita di tengah luka dan kerapuhan, kita memiliki pengharapan pemulihan kehidupan, pemulihan persekutuan, dan pemulihan ekonomi pasca pandemi.

Pdt.Joas Adiprasetyo dalam bukunya Gereja Pasca Pandemi, Merengkuh Kerapuhan menawarkan model gereja proflektif sebagai cara bersaksi dan melayani pasca pandemi. Proflektif adalah keterarahan kepada yang lain (lawan dari reflektif yang selalu terarah pada diri sendiri). Gereja proflektif seperti halnya yang dilakukan para murid setelah Yesus naik ke surga. Alih-alih mereka meratapi kehilangan dan ketakutan mereka, akan tetapi mereka bergembira, bersukacita, dan dengan penuh keberanian bersaksi dan melayani sesama di Yerusalem, Yudea, Samaria, bahkan sampai ke ujung dunia. Di tengah luka dan kerapuhan pasca pandemi, kita tidak lagi meratapi luka, kerapuhan dan kehilangan itu, tetapi memandang kepada pengharapan akan kuasa yang diberikan Yesus melalui Roh Kudus. Kita harus terus konsisten, setia menjadi saksi Kristus serta melayani seperti yang Kristus lakukan. Bahwa ada perubahan kehidupan saat kita mengenal Yesus, dari luka dan rapuh menjadi penuh kuasa dan keberanian untuk bersaksi dan melayani. Selamat menjadi Saksi Kristus dan melayani seperti yang Kristus lakukan. Amin.

Nah, itulah contoh teks khotbah Kenaikan Isa Almasih yang bisa dijadikan referensi.




(ahr/ahr)


Hide Ads