Niat Nashrullah Ong (57), warga Perumahan Griya Satria Indah 2, Kalisari, Sumampir, Purwokerto tergolong cukup nekat. Di usianya yang sudah hampir menginjak kepala 6, dia mengantarkan istrinya Erma Hanura Sari (57) berhaji ke tanah suci. Yang bikin geleng kepala, perjalanan itu ditempuh dengan naik sepeda ontel.
Kisah romantis Nashrullah ini bermula saat istrinya ingin sekali naik haji untuk pertama kalinya. Keinginan tersebut diutarakan ke Nashrullah pada tahun lalu. Namun karena antrean daftar haji di Indonesia yang cukup lama, akhirnya ia mengajak istrinya mengayuh sepeda.
Ajakan ini disambut positif istrinya. Sejak tahun lalu mereka giat berlatih sepeda dengan jarak tempuh yang setiap harinya bertambah. Dari berkeliling sekitaran Purwokerto sampai akhirnya gowes ke Jogja berdua dalam waktu tiga hari.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Persiapannya sudah lama, sekitar satu tahunan. Tadinya mau sendiri-sendiri. Bukan sepeda tandem. Karena lebih sulit, tapi istri saya penginnya begitu," kata Nashrullah saat dihubungi detikJateng, Selasa (16/5/2023) pagi.
Sebenarnya, istrinya pernah mendapat tawaran untuk terlebih dahulu menunaikan ibadah umrah oleh anaknya. Namun Erma menolak dan kukuh untuk ibadah haji.
"Istri saya sudah ditawari anak-anak buat umrah dulu. Tapi tidak mau. Ya sudah, tadinya mau pakai motor. Cari informasi ternyata pakai motor lebih ribet. Belum lagi kalau rusak di jalan, sparepart belum tentu ada," terangnya.
Ia kemudian mendapat informasi harus ada uang jaminan motornya untuk aturan internasional. Beda jika kalau turing naik sepeda, cenderung lebih dimudahkan.
"Masuk ke perbatasan pasti ditanya lebih banyak kalau naik motor," ujarnya.
Nashrullah menyebut alasan menggunakan sepeda karena daftar tunggu haji cukup lama. Kebetulan mereka baru ada rezeki untuk menunaikan rukun islam kelima baru-baru ini.
"Alhamdulillah Allah lagi kasih kemudahan rezeki. Terus kalau daftar sekarang masa tunggunya agak lama. Kami tidak menyalahkan pemerintah. Orang Indonesia minat hajinya sangat tinggi," ungkapnya.
Ia bahkan harus menjual mobilnya seharga Rp 60 juta untuk bekal di perjalanan. Nashrullah menyadari bekal segitu tidak cukup untuk bekal dalam perjalanan. Oleh sebabnya ia sambil berdagang obat herbal.
"Saya jual mobil saya seharga Rp 60 juta. Sebenarnya kalau dihitung tidak cukup dengan hitungan manusia. Tapi ya sudahlah saya bismillah saja," jelasnya.
Saat ini ia sudah sampai di Bekasi di rumah teman lamanya. Setiap harinya ia menargetkan gowes sejauh 60 km dari awal berangkat pada Minggu (7/5).
"Saat ini sedang istirahat di Bekasi tempat teman lama saya di Purwokerto. Lagi mencuci pakaian. Tidak gowes hari ini. Alhamdulillah kondisi sehat. Karena perubahan cuaca saja. Di sini kan panas banget. Biasanya kalau di rumah kan pakai kipas angin terus. Ini jadi sedikit serak suara saya. Ibu sehat, lebih sehat dari saya." katanya.
"Dalam satu hari targetnya 60 km dalam kondisi jalan rata. Dari kemarin Alhamdulillah memenuhi target. Malah sempat jalan satu hari 80 km. Start pagi kadang jam 6 atau 7, abis asar sudah berhenti," imbuhnya.
Rencananya ia akan gowes melalui rute Pulau Sumatera wilayah timur dan singgah di Pekanbaru di rumah saudaranya. Lalu lanjut ke Pulau Batam, lalu menyeberang ke Singapura dan menyusuri jalan ke arah utara sampai Arab Saudi.
"Menyeberangnya nanti dari Batam terus ke Singapore, Malaysia, Thailand, Myanmar kalau bisa masuk ya, karena saya dengar belum bisa masuk ini Myanmar. Targetnya 12 bulan sampai. Jadi untuk haji tahun 2024. Tapi di dalamnya kan ada umrahnya," terangnya.
Dalam perjalanannya, ia berbekal pakaian masing-masing 3 set. Lalu pakaian resmi satu set. Serta membawa obat herbal, sparepart seperti ban dalam, rem dan tak lupa membawa alat rekam video untuk dokumentasi selama perjalanan.
Selengkapnya di halaman berikut.
Pertentangan dari Anaknya
Awal mula Nashrullah berangkat sebenarnya tidak mendapat restu dari kelima anaknya. Sebab usianya tidak lagi muda, serta jarak tempuhnya belasan ribu kilometer.
Anak-anaknya mengetahui Nashrullah dan Erma akan berangkat naik haji menggunakan sepeda tandem baru sekitar dua bulan lalu.
"Saya sebagai keluarganya itu tidak mendukung awal mula. Karena faktor usia, lalu pernah sakit kena gejala stroke sampai tidak bisa aktifitas. Terus kita khawatir, bisa berangkat ke sana tapi ya tidak harus sepeda," kata Nasrudin (46), menantu anak ketiga Nashrullah kepada detikJateng.
Saat itu mereka sedang duduk santai sambil makan di rumah. Lalu Nashrullah izin untuk naik haji berdua naik sepeda. Awalnya mereka pikir hanya bercanda, namun ternyata mertuanya juga sudah pamit ke rekan komunitas dan jemaah masjid tempat biasanya dia ibadah.
"Posisi kami lagi santai ngobrol sambil makan di rumah. Terus beliau menyampaikan, awalnya tak pikir hanya bercanda. Tapi dua bulan yang lalu itu beliau menyampaikan secara serius keinginannya mengantar ibu mertua naik haji," ungkapnya.
Mertua lelakinya sebenarnya sudah pernah naik haji. Keberangkatannya kali ini untuk menaikkan haji kedua orang tuanya yang sudah meninggal beberapa tahun silam.
"Memang kalau beliau sendiri bapak mertua saya sudah pernah haji. Terus ibu belum. Nah ini berangkat haji menemani ibu mertua. Beliau sendiri hajinya akan dihadiahkan untuk bapak ibunya yang mualaf sebelum meninggal dunia," jelasnya.
"Bapak mertua saya sudah mualaf sejak punya anak kedua. Ibunya beliau mualaf sejak tiga bulan sebelum meninggal dunia. Kalau bapaknya mualaf setahun sebelum meninggal," pungkasnya.