Warga Desa Winong, Kecamatan Boyolali Kota, Kabupaten Boyolali, mengeluhkan bau limbah kotoran dari peternakan ayam di wilayah tersebut. Warga yang resah dan kesal karena sudah sekitar satu bulan bau itu tak kunjung hilang, aklhirnya memasang spanduk protes.
"Ini (bau) sudah lama, ini sudah 20 tahun lebih tidak ada perbaikan. Kita saat protes lalu dibenahi, nanti bau lagi. Dibenahi, nanti seminggu, dua minggu itu kembali muncul (bau) lagi. Sekarang ini masih bau, tapi ada jedanya. Tapi kemarin sejak awal puasa sampai akhir puasa lalu bau terus. Warga sudah resah dan nggak betah," kata sesepuh warga Dukuh Tegalrejo, Desa Winong, Mulyadi, Senin (1/5/2023).
Warga yang sudah resah dan tidak betah dengan bau kotoran ayam dari limbah peternakan ayam itu, akhirnya melayangkan protes. Aksi dilakukan dengan memasang sejumlah spanduk.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejumlah spanduk dipasang di pinggir jalan raya Boyolali-Cepogo, atau di jalur wisata Solo-Selo-Borobudur (SSB) itu. Tepatnya di wilayah Dukuh Tegalrejo, Desa Winong, Kecamatan Boyolali Kota.
Dari pantauan detikJateng, setidaknya terdapat 4 spanduk protes. Dua spanduk dicetak menggunakan MMT, bertuliskan "Selamat datang di tempat wisata baru, Embung Belek Lencung, yang dapat membuat kelabakan pengunjung dan lingkungan".
Spanduk itu dipasang di sebelah barat pabrik garmen utara jalan dan di jalan masuk ke tempat pemprosesan akhir sampah (TPAS) Winong. Sedangkan dua spanduk lain dari kain warna putih dengan tulisan hitam menggunakan cat semprot. Masing-masing bertuliskan, "kami butuh bukti, bukan janji" serta "Janji Tanpa Bukti Adalah Tai".
Mulyadi mengemukakan, bau kotoran ayam atau belek lencung itu tak hanya dialami warga Dukuh Tegalrejo. Namun, juga warga di sejumlah Dukuh lainnya. Peternakan ayam di wilayah Desa Winong ini juga sangat luas. Mencapai puluhan hektar dengan populasi ratusan ribu ekor.
"Peternakan ayam disini sudah 20-an tahun. Pemiliknya belum pernah sekalipun datang ke RT minta izin atau kulonuwun. Warga disini sebenarnya baik-baik, tidak pernah minta telur, tidak minta ayamnya, tidak minta kompensasi, tetapi dia (pemilik) tidak menghargai masyarakat," ungkapnya.
Sejak awal bulan Ramadhan hingga akhir Lebaran, lanjut dia, bau belum hilang. Bahkan, sampai hari ini bau itu juga masih tercium. Ditambahkan pula, keluhan warga itu sudah disampaikan ke Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Boyolali. Pihak DLH telah datang. Namun, bau itu tetap masih ada.
Menurut dia, di lokasi kandang terdapat kubangan berisi kotoran ayam itu dalam bentuk cair. Lokasinya bahkan di dekat jurang atau aliran sungai. Jika hujan, dikhawatirkan limbah kotoran ayam itu masuk ke jurang itu.
"Kalau bau kotoran ayam ini tidak bisa ditangani, ya ditutup saja peternakannya," tuntutnya.
Senada Ketua RW 14 Dukuh Tegalrejo, Desa Winong, Sutarman, menambahkan bau menyengat limbah tersebut tercium sejak awal puasa. Bau limbah bertahan cukup lama. Karena gerah, warga lantas menelusuri sumber bau. Sebab, bau sampah di TPA dengan kotoran ayam berbeda.
"Kalau sampai Dukuh Tegalrejo ini, jaraknya sekitar 500 meter. Karena baunya berhari-hari, warga kita meyakinkan sumber baunya dari mana. Ini pas akhir puasa akhirnya kita telusuri. Ketemu penimbunan kotoran di sebelah selatan TPA tapi kondisi semi kering. Lalu kita telusuri lagi, ketemu kubangan (kotoran ayam) cair ada lima yang sudah kelihatan. Lokasi di pinggir jurang," jelasnya.
Simak lebih lengkap di halaman berikutnya....
Pihaknya lantas melaporkan ke desa dan dinas terkait. Kemudian, kubangan limbah tersebut ditangani dengan ditutup plastik. Ada juga yang diberi kapur untuk mengurangi bau. Awal lebaran, bau limbah sedikit berkurang. Tapi, pada hari ketujuh lebaran atau saat lebaran ketupat pada Sabtu (29/4), hujan turun dan bau itu muncul lagi.
"Langsung bau menyengat lagi. Padahal saat itu pas ramai-ramainya, dayohe akeh (tamunya banyak). Sabtu malam kemarin kita pasang, karena kita sudah komunikasi dengan baik tanggapannya kurang. Katanya sampai dua hari (langsung ditangani), tapi sampai lebaran masih bau saja. Kita harap dari dinas juga turun tangan membantu kami. Karena bukti sudah ada harusnya dinas berani menindak," tegasnya.
Sementara itu Sekretaris DLH Boyolali, Suraji, mengaku telah mengecek ke lokasi limbah. Sejak ada keluhan warga, pihaknya sudah menelusuri untuk mencari sumber bau dan menemukan sejumlah kubangan kotoran ayam itu.
Pihaknya juga telah mengecek kembali ke lokasi pembungan limbah itu dan sudah ada upaya penanganan dari pihak pengusaha. Yakni dengan menambahkan kapur atau gamping untuk mengurangi bau. Hanya saja, cara tersebut belum efektif. Bau menyengat tersebut masih ada meskipun tidak seperti saat ramadan.
"Bau masih ada meskipun tidak seperti semula sekitar hari Raya Idhul Fitri. Kami akan komunikasi lebih lanjut dengan pihak pengusaha untuk penganannnya," jelasnya.
Ada lima kubangan limbah kotoran yang ditemukan. Lokasinya berada di dekat Dukuh Tegalrejo. Dua kubangan besar dan tiga kubangan lebih kecil. Sedangkan sumber bau utama dari dua kubangan besar.
Simak Video "Video: Polusi Udara Bisa Meningkatkan Risiko Diabetes "
[Gambas:Video 20detik]
(sip/sip)