Pengamatan gerhana matahari hibrida dilakukan di Observatorium Pondok Pesantren Assalam, di Kecamatan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo. Sejumlah teleskop disiapkan untuk mengamati fenomena langka ini. Panitia juga menyiapkan kacamata khusus.
Kepala Pusat Astronomi Assalam, AR Sugeng Riyadi mengatakan,alat-alat yang digunakan sudah dilengkapi dengan filter khusus, sehingga aman digunakan untuk mengamati fenomena gerhana matahari ini.
"Hari ini, kita mengadakan observasi gerhana matahari cincin dan total dalam satu fenomena. Dari Solo Raya, kita hanya mendapatkan sebagian, maksimal pukul 10.50 WIB, permukaan matahari tertutup bulan sebesar 53 persen," kata Sugeng Riyadi kepada awak media, Kamis (20/4/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Dia mengatakan, fenomena gerhana matahari dimulai pukul 09.57 WIB, puncaknya diprediksi pukul 10.50 WIB, dan berakhir pukul 12.17 WIB.
Gerhana matahari hibrida terjadi ketika matahari, bulan, dan bumi tepat berada segaris. Sehingga, di suatu tempat tertentu terjadi peristiwa piringan bulan yang teramati dari bumi lebih kecil dari piringan matahari.
Sementara itu, dari tempat tertentu lainnya terjadi peristiwa piringan bulan yang teramati dari bumi sama dengan piringan matahari. Akibatnya, saat puncak gerhana di suatu tempat tertentu, matahari akan tampak seperti cincin, yaitu gelap di bagian tengahnya dan terang di bagian pinggirnya. Sedangkan di tempat tertentu lainnya, matahari seakan-akan tertutupi bulan.
"Selain pengamatan, kita juga melakukan salat gerhana pada pukul 10.30 WIB tadi. Yang mengikuti ada santri yang masih ada di sini, pengurus ponpes, dan warga," ucapnya.
Dalam observasi ini, alumni santri Ponpes Assalam dari Jogja, Desti jauh-jauh datang. Dia ingin menyaksikan secara langsung fenomena gerhana matahari ini.
"Ini fenomena yang jarang terjadi. Masya Allah serem, tapi luar biasa bisa melihat secara langsung," pungkas Desti.
(apl/ahr)