Fenomena Gerhana Matahari dan Jenis-jenisnya

Fenomena Gerhana Matahari dan Jenis-jenisnya

Irma Budiarti - detikJatim
Sabtu, 14 Jun 2025 04:04 WIB
Gerhana Matahari sebagian yang disebut Devils Horn karena menyerupai tanduk setan
ILUSTRASI GERHANA MATAHARI. Foto: via Science Alert
Surabaya -

Gerhana matahari merupakan salah satu fenomena astronomi yang paling menarik dan selalu menyedot perhatian masyarakat dunia. Fenomena ini terjadi ketika posisi bulan berada di antara bumi dan matahari, sehingga cahaya matahari terhalang dan menyebabkan bayangan bulan jatuh ke permukaan bumi.

Peristiwa ini tidak hanya memiliki keindahan visual, tetapi juga penting secara ilmiah dan budaya. Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) serta Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN, kini bergabung dalam BRIN) sering memberikan penjelasan resmi mengenai gerhana matahari dan jenis-jenisnya. Berikut ini ulasan lengkapnya.

Apa Itu Gerhana Matahari?

Menurut penjelasan BRIN melalui situs resmi pussainsa.sains.brin.go.id, gerhana matahari terjadi saat posisi bulan berada tepat di antara bumi dan matahari, sehingga cahaya matahari tidak seluruhnya sampai ke permukaan bumi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Akibatnya, langit bisa menjadi gelap untuk beberapa saat, tergantung jenis dan durasi gerhana. Fenomena ini hanya terjadi saat fase bulan baru (new moon) dan hanya dapat dilihat dari wilayah tertentu di bumi yang berada di jalur bayangan bulan.

Jenis-jenis Gerhana Matahari

BRIN dan berbagai badan astronomi internasional seperti NASA mengklasifikasikan gerhana matahari ke dalam empat jenis utama. Berikut jenis-jenis gerhana matahari yang perlu diketahui.

ADVERTISEMENT

1. Gerhana Matahari Total

Gerhana matahari total terjadi ketika bulan sepenuhnya menutupi permukaan matahari. Dalam kondisi ini, piringan bulan tampak lebih besar dari piringan matahari karena bulan berada cukup dekat dengan bumi. Wilayah yang terkena jalur totalitas akan mengalami kegelapan total selama beberapa menit.

2. Gerhana Matahari Sebagian

Dilansir NASA Eclipse Guide, jenis ini terjadi saat hanya sebagian dari piringan matahari yang tertutup oleh bulan. Fenomena ini lebih sering terjadi dan dapat disaksikan dari wilayah yang berada di luar jalur totalitas atau annularitas.

3. Gerhana Matahari Cincin (Annular)

Dilansir TimeandDate.com, gerhana cincin terjadi saat bulan berada di titik terjauh dari bumi (apoge), sehingga ukurannya tampak lebih kecil dari matahari. Akibatnya, saat gerhana terjadi, bulan tidak menutupi matahari secara penuh dan menyisakan lingkaran cahaya seperti cincin api (annulus).

4. Gerhana Matahari Hibrida

Menurut European Space Agency (ESA), gerhana ini merupakan gabungan dari gerhana total dan gerhana cincin. Pada titik tertentu di permukaan bumi, gerhana tampak total, namun di lokasi lain, hanya tampak sebagai gerhana cincin. Fenomena ini cukup langka dan menjadi objek penelitian astronomi.

Mengapa Gerhana Tidak Terjadi Setiap Bulan?

Meski bulan mengelilingi bumi setiap bulan, gerhana matahari tidak terjadi setiap bulan baru. Hal ini karena bidang orbit bulan miring sekitar 5 derajat terhadap orbit bumi mengelilingi matahari (ekliptika).

Akibatnya, posisi bulan biasanya tidak sejajar dengan matahari dan bumi. Gerhana hanya terjadi jika ketiganya berada dalam garis lurus pada titik yang disebut node.

Dampak dan Mitos Gerhana Matahari

Di berbagai budaya, gerhana matahari sering kali dikaitkan dengan mitos dan kepercayaan. Di Indonesia sendiri, beberapa masyarakat masih menganggap gerhana sebagai pertanda alam yang sakral.

Namun, dari sisi ilmiah, gerhana matahari tidak membawa dampak negatif langsung terhadap kesehatan, asalkan disaksikan dengan alat pelindung mata khusus. Sebab, menatap gerhana matahari secara langsung tanpa perlindungan bisa menyebabkan kerusakan retina dan bahkan kebutaan permanen.

Gunakan kacamata khusus gerhana atau proyeksi tidak langsung. Gerhana matahari merupakan fenomena langka dan menakjubkan yang terbagi menjadi empat jenis utama, yaitu total, sebagian, cincin, dan hibrida.

Dengan memahami mekanismenya, jadi dapat mengapresiasi fenomena ini secara ilmiah tanpa terjebak dalam mitos. Selalu gunakan alat pelindung mata saat mengamati gerhana, dan manfaatkan momen ini untuk edukasi dan inspirasi.




(auh/irb)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads