Ini Hasil Investigasi KNKT soal Kecelakaan Maut di Tol Boyolali

Ini Hasil Investigasi KNKT soal Kecelakaan Maut di Tol Boyolali

Jarmaji - detikJateng
Rabu, 19 Apr 2023 09:34 WIB
Dua kendaraan laka tol Boyolali belum dievakuasi.
Kecelakaan tol Boyolali (Foto: Jarmaji/detikJateng)
Boyolali -

Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) melakukan investigasi kecelakaan beruntun di jalan tol Semarang-Solo KM 487+600, wilayah Boyolali. KNKT mendapatkan sejumlah temuan dari kecelakaan lalu lintas yang merenggut delapan korban jiwa itu.

Selama dua hari kemarin, KNKT telah melakukan penyelidikan. Tim KNKT memeriksa kondisi kendaraan khususnya truk trailer muatan besi yang diduga menjadi penyebab kecelakaan maut itu. Juga meneliti kondisi jalan tol tersebut.

Penyelidikan dimulai dengan memeriksa secara menyeluruh kendaraan yang terlibat kecelakaan itu. Kemudian seharian kemarin, tim KNKT juga memeriksa jalan tol, baik di lokasi kejadian maupun ruas tol Semarang-Solo. Ruas tol yang dicek dari interchange exit tol Salatiga sampai simpang susun exit tol Colomadu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kita juga mengukur geometrik jalan (tol). Kita juga memeriksa kendaraan, kita bongkar semua, cek brake chamber-nya, diafragmanya kita cek satu-satu, relief valve-nya kita uji bocor atak nggak. Itu detail, kita pakai kendaraan ada kompresornya," ujar Ketua Sub Komite investigasi Kecelakaan Lalu Lintas Angkutan Jalan KNKT, Wildan, di Boyolali, Rabu (19/4/2023).

Wildan menuturkan ruas jalan tol dikaji lewat elemen geometrik, yaitu penampang melintang jalan, lengkung horizontal, dan alignment vertical. Dari ketiga elemen itu masih standar dan normal.

ADVERTISEMENT

"Tapi, yang perlu diwaspadai adalah beda ketinggian. Dari interchange exit tol Salatiga hingga dekat exit tol Colomadu ada perbedaan tinggi sekitar 487 meter pada jarak 27 kilometer," kata Wildan.

Ketua Sub Komite investigasi Kecelakaan Lalu Lintas Angkutan Jalan KNKT, Wildan di Boyolali, Rabu (19/4/2023).Ketua Sub Komite investigasi Kecelakaan Lalu Lintas Angkutan Jalan KNKT, Wildan di Boyolali, Rabu (19/4/2023). Foto: Jarmaji/detikJateng

Dengan fakta itu tim KNKT menemukan dari interchange exit tol Salatiga hingga dekat exit tol Colomadu, kondisi jalannya menurun terus dengan jarak sekitar 27 km.

"Panjang landai kritis terus kemudian akan menciptakan semacam energi potensial atau gaya dorong terhadap kendaraan," ungkapnya.

Dengan kondisi panjang landai kritis yang panjang, maka di ruas tersebut potensi kendaraan mengalami rem blong tinggi. Dengan kata lain di wilayah itu rawan terjadi rem blong.

Kemudian dari pemeriksaan kendaraan, ungkap Wildan, dari tachometer atai RPM atau pengukur putaran mesin, ditemukan jarumnya terlihat dari zona hijau sedikit ke putih. Di tachometer terdapat tiga zona, yaitu hijau, putih dan merah.

"Zona hijau untuk power maksimal, putih itu untuk torsi maksimal, dan zona merah itu bahaya," terang Wildan.

Pada truk trailer pengangkut besi itu, jelas Wildan, jarumnya berhenti di dekat zona hijau. Truk trailer itu adalah Hino PS 320 yang memiliki 8 gigi percepatan dan satu gigi setengah.

Selengkapnya di halaman berikut....

Dengan kondisi di tachometer jarum mendekati zona hijau, pihaknya memastikan saat kejadian truk trailer menggunakan gigi tinggi, antara di gigi 5 sampai 8.

"Sementara dari transmisi kita lihat rasionya sama satu banding satu. Ini berarti juga di gigi tinggi, antara 7 dan 8," terang Wildan.

Namun, pihaknya belum mendapat data pasti posisi gigi yang digunakan pengemudi saat kejadian. Pihaknya masih menunggu dari pihak Hino yang akan membongkar transmisi.

"Pastinya kita menunggu, (di gigi) berapa. Karena ini penting ketika kita mengetahui berapa pengemudi menggunakan gigi, maka disitu akan tampak, risiko nggak pengemudi ini, karena muatannya cukup berat, 50 ton. Berarti kalau dengan kendaraannya sekitar 70 ton," paparnya.

"Dengan berat 70 ton meluncur dari ketinggian Salatiga tadi, kemudian pakai gigi 7 atau 8, maka gaya dorongnya akan besar. Sehingga dia (pengemudi) akan dipaksa mengerem berkali-kali," sambung dia.

Pengereman berkali-kali pada kendaan dengan sistem pengereman full air brake memiliki dua risiko. Mulai dari kampasnya panas dan anginnya tekor sehingga tidak bisa melakukan pengereman.

Oleh karena itu, kata Wildan, kendaraan besar dan bermuatan penuh jika menggunakan gigi tinggi akan berisiko terdorong gaya gravitasi. Dalam hal ini akan memaksa pengemudi melakukan pengereman panjang dan berulang. Hal inilah yang menjadi cikal bakal terjadinya rem blong.

Sedangkan dari kampas rem, menurut Wildan, kondisinya masih bagus. Masih sekitar 70-80 persen.

Ditegaskan Wildan, investigasi ini belum selesai dan masih berlanjut. Dibutuhkan keterangan dari pengemudi truk trailer yang saat ini masih koma dan dirawat di rumah sakit. Juga dari pihak Hino yang membongkar transmisinya.

"Banyak hal yang harus kita perdalam lagi dengan polisi kita akan bekerja sama dengan teman-teman Dinas Perhubungan menggali lebih dalam informasi-informasinya," pungkas Wildan.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Video: Kecelakaan Karambol di Tol Gayamsari Semarang, 8 Orang Terluka"
[Gambas:Video 20detik]
(ams/ams)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads