Masjid Tiban Gunung Cilik atau Sabiilul Muttaqin di Dusun Pakem Desa Sumberagung Kecamatan Pracimantoro Wonogiri dianggap keramat oleh masyarakat sekitar. Ada tiga makam keramat di sekitar masjid tersebut.
Masjid Tiban Gunung Cilik berada di sebuah puncak bukit kecil yang berlokasi di tengah-tengah permukiman. Di masjid itu terdapat kitab kuno yang usianya ratusan tahun. Kitab itu ditemukan saat masjid tiban dibongkar hingga akhirnya saat ini dibangun masjid kembali di Gunung Cilik.
"Di sini ada tiga makam keramat. Ketiganya ini bersaudara. Berdasarkan cerita, ketiganya ini keturunan Majapahit," kata Takmir Masjid Tiban Gunung Cilik, Sutomo, Sabtu (1/4).
Ia mengatakan tiga makam itu adalah makam Mbah Guntur Geni atau Nerangkusumo, makam Mbah Kajoran atau Mentokusumo dan Mbah Jlubang atau Sutokusumo. Tiga makam itu berada di Dusun Pakem, namun lokasinya berpencar.
"Kemungkinan keberadaan makam-makam itu ada kaitannya dengan Masjid Tiban ini. Tapi memang belum ada bukti sejarah tertulisnya," ungkap dia.
Sutomo dan masyarakat di sana tidak bisa memastikan kapan orang-orang itu tinggal di wilayah Pakem. Namun, pada saat Masjid Tiban ditemukan oleh warga, jumlah rumah yang ada di Pakem baru delapan unit.
"Kalau makam itu kemungkinan ada kaitannya dengan masjid, berarti mereka (Guntur Geni, Jlubang dan Kajoran) lebih dulu dibandingkan warga yang menempati delapan rumah tadi," ungkap dia.
Menurut Sutomo, makam-makam itu banyak didatangi oleh peziarah. Menariknya, justru pezirah yang datang ke makam itu berasal dari daerah jauh-jauh dari Pracimantoro. Diantaranya dari Semarang, Cirebon dan lain-lain.
"Yang dari Cirebon itu malah dari Kasepuhan Cirebon. Rombongan banyak yang datang dari Semarang. Kalau ke sini ada yang rombongan dan ada yang sendiri. Sampai sekarang masih ada yang berziarah. Dan kebanyakan orang Islam, sesuai tata cara Islam," kata Sutomo.
Ia menceritakan, orang-orang yang dimakamkan itu dulunya dianggap orang yang memiliki kelebihan. Misalnya, Mbah Guntur Geni. Pasalnya, Guntur Geni hanya mandi satu tahun sekali, tepatnya pada malam Satu Suro. Disebut Guntur Geni karena mandi dengan api.
"Pernah katanya ada orang mengintip Mbah Guntur Geni. Ternyata beliau menyiapkan kayu dan dinyalakan menggunakan api. Kemudian ia masuk ke kobaran api itu. Setelah padam, Mbah Guntur Bumi seperti sedia kala," terangnya.
Simak lebih lengkapnya di halaman berikutnya....
Simak Video "Video Kebakaran Pasar Wonogiri, 300 Kios Ludes"
(sip/sip)