Bajak sawah tradisional menggunakan kerbau di Klaten mulai hilang seiring munculnya mesin traktor. Para pemilik bajak tradisional bertahan menjadi peternak karena jasa bajaknya sudah tidak laku.
"Saya sudah setahun tidak laku. Kalah dengan mesin traktor," ungkap pemilik bajak tradisional, Wardiyo (60) warga Desa Turus, Kecamatan Polanharjo, kepada detikJateng, Jumat (31/3/2023) ditemui saat menggembala kerbau.
Wardiyo menuturkan bajak tradisional kalah dengan mesin karena faktor kecepatan. Sikap petani yang ingin cepat dan irit membuat kerbau kalah bersaing.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Petani sekarang itu kemrungsung (ingin cepat selesai), tidak sabar dengan bajak kerbau. Pengin cepat tanam, cepat panen, pengin cepet," kata Wardiyo.
Padahal, lanjutnya, bajak dengan kerbau dari segi hasil sebenarnya jauh lebih bagus. Bajak kerbau lebih dalam membongkar tanah.
"Bajak kerbau atau luku lebih dalam membalik tanah. Kaki dan kotoran kerbau juga membuat tanah lebih subur tapi memang lebih lama," jelas Wardiyo.
Dari sisi biaya juga tidak jauh berbeda. Dengan bajak kerbau atau mesin di kisaran Rp 250 ribu-Rp 350 ribu per petak lahan.
"Biasanya borongan satu petak sekarang Rp 250.000-Rp 300.000 tapi dengan mesin lebih cepat. Padahal desa saya ada 5 pemilik kerbau, sudah tidak laku semua," terangnya.
Pemilik bajak sekarang murni beternak kerbau. Kerbau dikeluarkan dari kandang untuk mencari makan lalu pulang.
![]() |
"Ya hanya begini, angon (gembala). Kalau dengan sapi harganya juga hampir sama jadi tetap ada yang ternak kerbau karena perawatan dan makan lebih mudah," pungkas Wardiyo.
Aris Yulianto (45), pemilik kerbau lainnya mengatakan hal yang sama. Dirinya sudah 3 tahun menganggur dari membajak sawah dengan menggunakan kerbau.
"Sudah tidak ada yang laku, saya juga dulu membajak dengan kerbau. Sekarang kalah dengan traktor mesin," ungkap Aris kepada detikJateng di lokasi yang sama.
"Sekarang petani itu ingin serba cepat. Bahkan disini kalau lahan empuk tidak dibajak tapi langsung ditanami, biar cepat panen, sekarang modern," lanjutnya.
Menurut Aris, sejak tidak laku membajak, kerbau hanya digembalakan di sawah.
Untuk diketahui, wilayah Kecamatan Polanharjo merupakan sentra produksi padi di Klaten. Dari pantauan detikJateng lahan pertanian padi menjadi mayoritas di semua wilayah.
(aku/rih)