Warga Desa Ngastorejo Kecamatan Jakenan, Kabupaten Pati, masih kebanjiran hingga 1 meter lebih. Warga ada yang memilih bertahan dengan membuat gubuk di atas pohon.
Dia adalah Gunarto (37) warga RT 1 RW 2 Desa Ngastorejo. Gunarto memilih tidak mengungsi, padahal genangan banjir di dalam rumahnya mencapai 50 sentimeter lebih.
Gunarto memilih membuat gubuk seadanya di depan rumah. Gubuk yang berada di atas pohon itu dibuat dari bambu berukuran sekitar 3x3 meter dengan ketinggian sekitar 3 meter.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Gubuk yang dibuat cukup sederhana. Di dalam gubuk terdapat sebuah kasur untuk tidur yang berasal bambu. Selain itu juga terdapat keperluan masak yang ada di atas gubuk.
Gunarto tinggal bersama istri dan dua anaknya. Mereka harus naik tangga terlebih dahulu untuk tinggal di gubuk tersebut.
Gunarto mengaku tinggal di gubuk selama satu minggu ini. Menurutnya genangan banjir di rumahnya terus naik, karena Sungai Silugonggo meluap. Kedalaman banjir bahkan mencapai nyaris satu meter.
"Sudah kebanjiran, di atas (tinggal di rumah pohon) sudah satu minggu, di gubuk bambu," kata Gunarto ditemui di lokasi, Selasa (7/3/2023).
"Banjir ini sudah merendam satu mingguan, sekitar selutut orang dewasa sampai 70 sentimeter lebih, jadi saya membuat gubuk, untuk evakuasi satu keluarga," jelasnya.
Menurutnya, banjir di desanya sudah tiga kali selama akhir tahun sampai sekarang. Namun banjir terbesar terjadi pada bulan Maret 2023 ini.
"Sejak kejadian banjir bandang di Sinomwidodo Kecamatan Tambakromo, yang banjir bandang, terus tahun baru, terus ini, yang paling besar," jelas Gunarto.
Dia hanya bisa pasrah karena belum mendapat bantuan logistik. Gunarto membeli makanan sendiri untuk kebutuhan sehari-hari.
"Semoga saja tahun depan tidak ada banjir seperti ini," terang dia.
Diwawancarai terpisah Sekdes Ngastorejo, Parnoto, mengatakan di desanya ada 265 rumah kebanjiran. Genangan banjir bahkan sempat mengalami kenaikan 10 sentimeter. Kedalaman banjir bahkan ada yang mencapai 1 meter.
"265 rumah terendam banjir, karena ini tambah 10 sentimeter, ini tambah 10 rumah lagi," jelas Parnoto ditemui di lokasi.
"Di dalam rumah ada yang 60 sentimeter, kalau di rumah saya 80 sentimeter itu mulai sudah dua pekan, karena lokasi kami lebih rendah," dia melanjutkan.
Selengkapnya di halaman berikut.
Parnoto mengatakan warganya tidak ada yang mengungsi. Mereka memilih tinggal di rumah. Selain itu warganya memilih tinggal sementara di rumah tinggal saudaranya.
"Jumlah pengungsi di rumah saudara, tidak menjadi beban, nasi bungkus baru dapat dua kali, Senin 300 bungkus, ini ada 500 bungkus,"
Parnoto menjelaskan banjir melanda desanya sejak bulan Desember 2022 lalu. Sempat surut selama sepekan, genangan banjir kembali naik lagi.
![]() |
Mayoritas warganya adalah petani dan tidak bisa panen karena sawahnya terendam banjir. Parnoto berharap agar ada bantuan dari pemerintah daerah.
"Desember 2022 sampai sekarang banjir, akhir Januari air sekitar satu minggu surut, tapi ini naik lagi, sehingga dampak sampai di bulan Maret 2023 akhir," kata Parnoto.
"Bahkan semua petani banjir mundur di bulan dua, karena banjir awal sehingga petani tidak bisa penan, makan apa adanya, hanya bisa berharap kepada pemerintah," Parnoto melanjutkan.