Elevasi Waduk Gajah Mungkur (WGM) Wonogiri kembali dalam kondisi siaga kuning. Masyarakat diimbau untuk waspada.
"Pintu (spillway WGM) dibuka karena siaga. Selain itu karena SOP yang sudah berlaku," kata Kepala Sub Devisi Jasa Air Jasa Tirta III/1 Fendri Ferdian kepada detikJateng, Senin (27/2/2023).
Ia mengatakan sejak dibuka 14 Februari lalu, pintu spillway WGM belum kembali ditutup. Namun limpahan air yang dilepaskan ke aliran Bengawan Solo disesuaikan dengan kondisi elevasi di WGM.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Fendri menuturkan pada Senin (27/2) pukul 14.00 WIB elevasi WGM berstatus siaga kuning. Ketinggian air naik dari waktu sebelumnya. Saat ini ketinggian air mencapai 136.63 m SHVP.
Menurut Fendri, pada siang ini pihaknya melepaskan air dengan debit 180 meter kubik per detik dari pintu air tersebut (spillway). Selain itu, limpasan air dari Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di waduk tersebut debitnya 58 meter per detik.
Sehingga, total air yang dikeluarkan dan masuk ke aliran Bengawan Solo dari waduk itu mencapai 238 meter kubik per detik.
Diketahui, kondisi waduk dikatakan siaga hijau jika ketinggian air mencapai 135.30 mdpl. Sedangkan siaga kuning jika ketinggian air mencapai 136.00 mdpl. Sementara itu waduk berstatus siaga merah jika ketinggian air mencapai 137.20 mdpl.
"Kami mengimbau kepada masyarakat selama musim penghujan agar tidak melakukan kegiatan di badan sungai. Karena sewaktu-waktu dapat terjadi kenaikan debit Bengawan Solo. Kami selalu berkoordinasi dengan lembaga terkait seperti BPBD (saat ada peningkatan outflow)," kata Fendri.
Sementara itu, Plt Kepala Pelaksana BPBD Wonogiri Teguh Setiyono mengimbau kepada masyarakat untuk selalu waspada dengan potensi yang ada. Pada kondisi tertentu, ketika air dari waduk meluap, early warning system (EWS) akan berbunyi.
"Selama ini mekanismenya koordinasi ketika ada peningkatan outflow (spillway). PJT memberitahu BPBD dan turun ke masyarakat di sekitar bantaran sungai BS. BPBD kemudian menginfo ke jejaring kami seperti camat, lurah, RW dan RT setempat. Ini untuk antisipasi," kata Teguh.
(rih/ams)