Banjir yang terjadi pada pertengahan Februari lalu mengingatkan kejadian banjir yang pernah terjadi di Kota Solo puluhan tahun silam. Kota Solo pernah mengalami banjir hebat pada tahun 1966 hingga membuat dua Kerajaan Mataram yakni Keraton Solo dan Puro Mangkunegaran turut terdampak.
Menurut sejarawan Heri Priyatmoko mengatakan banjir yang terjadi di Kota Solo pada tahun 1966 itu mencapai empat meter yang membuat 300 ribu warga terdampak banjir dan ada sekitar 90 orang meninggal dunia. Banjir tersebut karena dua tanggul di Kusumodilagan dan Semanggi jebol tidak bisa menahan derasnya aliran Bengawan Solo.
Heri mengungkapkan, banjir yang terjadi pada 14-15 Maret 1966 itu dipengaruhi karena adanya pembalakan liar di Kabupaten Wonogiri. Adanya aksi pemotongan hutan dengan liar yang menyebabkan banjir bandang yang tidak pernah terjadi setinggi itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Selain itu karena hujan yang sangat tinggi sehari semalam, akhirnya Solo menjadi lautan air. Terus mitosnya untuk membersihkan darah PKI terus membersihkan yang berkaitan dengan G30S padahal faktanya pembalakan," kata Heri ditemui detikJateng di Kediamannya, Sabtu (25/2/2023).
Menurutnya, saat terjadi banjir itu banyak menelan korban karena kejadian pada malam hari sekitar pukul 22.00 WIB. Sehingga warga Solo saat itu sedang dalam kondisi tertidur pulas.
Heri menyebut beberapa titik penting yang terdampak banjir besar tahun 1966 seperti Pasar Gede, Balai Kota Solo, Keraton Solo dan Puro Mangkunegaran.
"Keraton dan Puro Mangkunegaran kena ya karena tadi sungai-sungai kecil juga ikut meluap. Banyak cerita dari bankir tersebut selain dua keraton yang kena ada juga cerita yang melahirkan di atas genteng," ujarnya.
Banjir kala itu membuat kerugian yang cukup besar di Kota Solo, bahkan kata Heri, kerugian bisa mencapai Miliaran rupiah. Dan beberapa arsip di Keraton Solo yang hilang.
"Dua hari itu benar-benar mencengkam, menjadi Kota Mati," tuturnya.
Baca Banyak Mayat Hanyut di halaman berikutnya....
Banyak Mayat Hanyut
Banjir yang terjadi pada tahun 1966 itu memunculkan banyak mayat dari PKI yang hanyut karena tersapu arus banjir. Dirinya mengungkapkan kejadian banjir pada tahun 1966 tidak ada setahun dengan kasus PKI ada tahun 1965.
"Oktober itu rame-rame PKI bahkan sampai tahun 1966 itu masih operasi beberapa militer untuk pembersihan PKI, mayat yang hanyut di banjir 66 itu banyak yang nyangkut di sungai dan terpinggirkan," ucapnya.
Menurutnya, banyak yang mengaitkan kejadian banjir dengan pembersihan PKI dengan pertanda alam. Selain kondisi alam yang membuat mencengkam, posisi Kota Solo saat itu masih dalam pembersihan terhadap PKI.
"Ya bisa dibilang chaos lah, karena saat itu masih dalam transisi kepemimpinan dari Oetomo Ramelan yang pentolan PKI dan dinas banyak yang kosong karena PKI. Secara SDM dan perencanaan kacau," pungkasnya.
Simak Video "Video: 36 Biksu Thudong yang Jalan Kaki dari Thailand Telah Sampai di Borobudur"
[Gambas:Video 20detik]
(apl/apl)