Disebut 'Kirim Banjir', Jasa Tirta Buka Alasan Spillway WGM Harus Dibuka

Disebut 'Kirim Banjir', Jasa Tirta Buka Alasan Spillway WGM Harus Dibuka

Agil Trisetiawan Putra - detikJateng
Senin, 20 Feb 2023 15:11 WIB
Pembukaan pintu spillway di Waduk Gajah Mungkur (WGM) Wonogiri. Foto diunggah Sabtu (18/2/2023).
Pembukaan pintu spillway di Waduk Gajah Mungkur (WGM) Wonogiri. Foto diunggah Sabtu (18/2/2023). (Foto: dok. Istimewa)
Solo -

Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (BBWSBS) dan Perum Jasa Tirta (PJT) 1 membeberkan penyebab banjir yang menerjang wilayah di Kota Solo dan Kabupaten Sukoharjo beberapa waktu lalu. Menurut PJT, banjir tak sepenuhnya disebabkan karena dibukanya pintu air di Waduk Gajah Mungkur (WGM).

Plh Dirut PJT 1 Miflan Rantawi mengatakan pihaknya membuka pintu air (spillway) di Bendungan WGM sudah melalui koordinasi dengan BBWSBS, serta memberitahu BPBD wilayah yang dilalui Bengawan Solo. Hal ini sesuai pedoman yang telah ditetapkan pemerintah.

"Bendungan WGM ini dibangun untuk pengendalian banjir, sekaligus untuk irigasi, sekaligus untuk ketahanan air PDAM, sekaligus untuk pembangkit listrik. Dalam rangka itu kami melakukan penyeimbangan, bagaimana air bisa optimal, tetapi tidak merusak," kata Miflan saat konferensi pers di Balai BBWSBS, Senin (20/2/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pintu air WGM terpaksa harus dibuka karena tingginya volume air di WGM. Hujan yang mengguyur kawasan Kabupaten Wonogiri pada 13-17 Februari, membuat 176 juta meter kubik air masuk ke WGM.

"Yang kita keluarkan 51 juta meter kubik. Kalau dilepas 20 juta meter kubik, efeknya (air) di bendungan akan lebih besar. Kalau 100 juta meter kubik kita lepas, hitungan kami di hilirnya ceritanya akan lebih ramai lagi, yang tadinya genengannya 20 sentimeter bisa jadi setengah meter. Sehingga kita cari yang paling optimal," ucapnya.

ADVERTISEMENT

Elevasi tinggi muka air bendungan WGM pada 16 Februari, sudah mencapai 137 mdpl, dengan volume air tampung sekira 425,3 juta meter kubik. Dengan volume itu, sudah mendekati siaga merah sehingga sebanyak 99 juta meter kubik harus dikeluarkan dari WGM.

"Umumnya itu karena curah hujan yang tinggi dalam waktu yang lama," ujarnya.

Pascabanjir besar yang terjadi pada tahun 1966 lalu. Sejumlah fasilitas untuk pengendalian air dilakukan, seperti membangun waduk, bendungan, meluruskan sungai, hingga normalisasi sungai. Namun, bencana banjir masih sering terjadi.

Tercatat, banjir cukup besar menerjang Kota Solo pada tahun 2007 lalu. Banjir kembali terjadi pada tahun 2017, dan kembali terjadi tahun 2023 ini.

Simak selengkapnya di halaman berikutnya.

Kepala BBWSBS, Maryadi Utama, mengatakan skema pengendalian banjir Bengawan Solo sudah dibangun bertahap. Seperti WGM, Waduk Pidekso, dan ke depannya akan melanjutkan pembangunan bendungan berikutnya.

"Penyebab banjir saat ini, adalah banyak perubahan tata guna lahan, climate change, agak kurangnya kesadaran masyarakat terhadap lingkungan seperti membuang sampah sembarangan, dan banyak petani kita yang menanam tanaman semusim sehingga menyebabkan erosi, yang jadi pendangkalan sungai kita. Selain karena hujan," kata Maryadi.

Selain itu, lanjutnya, perubahan tata ruang kota yang pembangunannya sangat masif, membuat air yang harusnya masuk ke tanah, beralih menjadi aliran permukaan. Sehingga beban sungai semakin bertambah.

Diberitakan sebelumnya, Wali Kota Gibran Rakabuming Raka komplain ke Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Bengawan Solo terkait banjir di wilayahnya. Dia menyinggung soal limpasan air yang berasal dari Waduk Gajah Mungkur Wonogiri.

"Yang jelas kalau misalnya dapat kiriman limpahan dari Wonogiri ya koordinasi dulu. Tapi nggak apa-apa, nanti kita antisipasi lagi. Harusnya sudah mulai surut," kata Gibran, Jumat (17/2).

Halaman 2 dari 2
(aku/sip)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads