Cerita Sedih Warga Semarang yang Anaknya Jadi Korban Gempa Turki

Afzal Nur Iman - detikJateng
Rabu, 08 Feb 2023 21:46 WIB
Potret Kesedihan Korban Gempa Turki-Suriah. Foto: REUTERS/Piroschka van de Wouw.
Semarang -

Warga Semarang, Rusmanto (48) hanya bisa mendoakan nasib anaknya yang jadi korban gempa dahsyat di Turki pada Senin (6/2) lalu. Dia pun menceritakan saat pertama kali mendapat kabar dari anaknya itu.

Anak Rusmanto bernama Hammam Ishthifaulloh, dia merupakan mahasiswa S1 Jurusan Ekonomi di Kahramanmaras Sutcu Imam Universitesi sekaligus Ketua PPI Kahramanmaraş. Dia pertama kali ke Turki tahun 2019.

Rusmanto bercerita bahwa sebelum kejadian itu, dia sempat mengingatkan anaknya untuk berhati-hati. Sebab ada pemberitaan yang mengabarkan terkait cuaca ekstrem di Turki.

"Awalnya saya lihat berita untuk waspada dan seterusnya karena ada cuaca ekstrem dan seterusnya, saya kasih tahu beberapa menit gitu enggak sampai satu jam terus kemudian dia tiba-tiba WA di grup keluarga minta doa, doain sambil menyebut semua anggota keluarga gitu," ujarnya saat ditemui di rumahnya, Perumahan Griya Klipang Asri II, Tembalang, Semarang, Rabu (8/2/2023).

Kabar yang diberikan Hammam hanya sepotong, dikabarkan pada Senin (6/2) menjelang sekitar pukul 05.00 WIB. Rusmanto sempat mengira bahwa kabar itu berkaitan dengan tautan yang dikirimnya.

Saat itu belum ada kabar Turki dilanda gempa dahsyat. Rusmanto menyebut anaknya sudah mendapat firasat sebelum gempa besar terjadi.

"Ternyata itu dia lagi panik jadi enggak bisa melanjutkan lagi terus kemudian dia baru mengabarkan ada gempa besar dan seterusnya," kata Rusmanto.

"Jadi dia masih di kamarnya sudah punya firasat karena gempa-gempa kecil masih ada gitu, baru gempa besar dia keluar," katanya.

Hammam belum bisa memberi banyak kabar kepada orang tuanya. Hammam mengabarkan bahwa dia harus menghemat baterai ponselnya sehingga tak bisa bercerita banyak saat itu.

Kondisi Hammam di Turki

Ponselnya juga sempat mati dan kabar kepada keluarga sempat terputus cukup lama. Setelah ditunggu-tunggu, Hammam akhirnya menelepon di hari berikutnya sekitar pukul 01.30 WIB.

"'Iya ini kita ada di penampungan gitu,' mengabarkan kondisinya. Terus kita doakan, kita beri motivasi kuat, sabar gitu aja," ujarnya.

Lagi-lagi, keterbatasan membuat Rusmanto tak bisa berbicara banyak dengan anaknya. Hingga kini, Anaknya belum bisa melakukan panggilan video dengannya.

Apartemen anaknya runtuh, tak banyak barang yang bisa diselamatkan. Rusmanto menyebut anaknya sempat berada dalam kondisi sangat memprihatinkan.

"Selasa dini hari dia telepon, di sana kan malam ya, dia nge-share kondisinya dingin bikin api unggun dan sebagainya. Ya saling memotivasi dengan temannya gitu agar kuat, karena makanan sudah habis kondisi dingin," katanya.

"Dia sempat juga makan juga ngambil di toko-toko gitu, mau beli juga nggak megang duit, begitu lihat orang ngambil dia ikut, menjarah yang dalam tanda kutip dibolehkan katanya gitu," ujar Rusmanto.

Baru hari ini anaknya mengabarkan bahwa kondisi mulai normal. Rusmanto juga cukup senang bisa melihat anaknya dari stasiun televisi.

"Senang itu begitu dia ngasih tahu sudah mulai normal, ini mau diwawancarai oleh stasiun TV, itu baru kita sudah lihat wajahnya. Dia kemarin video call nggak mau karena baterainya," ujarnya.

Baca Harapan Rusmanto di halaman berikutnya....




(apl/ahr)

Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork