Puluhan warung kopi di tepi jalur Pantura Kabupaten Pemalang dibongkar. Warung-warung kopi ini diduga disalahgunakan sebagai tempat prostitusi.
Salah seorang pemilik warung, R mengaku menyediakan dua kamar atau bilik. Bilik berukuran sekitar 1x2 meter itu berdinding bambu, hanya ada satu kasur di ruangan tersebut.
"Ini warung milik saya Mas. Itu kamarnya. Saya punya dua bilik untuk seperti itu," kata R, mengawali obrolan dengan detikJateng, Senin (6/2/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia pun hanya tersenyum ketika ditanya soal tulisan 'TIDAK MELAYANI PROSTITUSI'. Dia mengatakan tulisan itu dipasang ketika ramai penolakan dari warga.
"Ya tahu sendirilah. Warung saya juga tulisannya seperti itu. Ya terserah pemilik warung lainnya yang mengatakan tidak melayani itu. Nyatanya saya melayani," ucapnya.
R mengaku bukan sebagai muncikari. Dia hanya menyediakan bilik tersebut. Sedangkan para wanita pelaku prostitusi disebutnya datang sendiri ke warungnya.
R mengatakan dari pengakuan salah seorang pelanggannya, tarif wanita itu berkisar antara Rp 50 ribu-100 ribu untuk satu kali kencan.
"Saya tidak pernah harga ke wanita, takut tersinggung. Tapi kata obrolan pelanggannya ya segitu tadi. Antara Rp 50-100 ribu," ucapnya.
R menyebut para pelanggan prostitusi itu tidak melulu sopir truk. Menurutnya, ada juga yang datang ke warungnya mengendarai motor.
"Pakai motor semua. Ada yang remaja, ada yang sudah usia lanjut juga ada," ungkapnya.
Dia menyebut praktik sewa bilik itu tak hanya dilakukan warungnya saja. Menurutnya, banyak warung kopi lain yang juga menyediakan usaha serupa.
"Rata-rata warungnya ya seperti ini. Ada yang memang tidak sih. Tapi sebagian besarlah di sini seperti ini," katanya.
R pun mengaku membayar uang keamanan setiap minggunya sekitar Rp 200 ribu. Dia mengaku membuka warung kopi sejak di-PHK gegara pandemi COVID.
"Saya termasuk baru. Baru dua tahun lebih. Itu pun karena saya tidak lagi bekerja, kena PHK gara-gara COVID," ucapnya.
Selengkapnya di halaman berikut.
Terpisah, pemilik warung lainnya Wuliyah (50) membantah jika semua warung kopi di area itu menyediakan prostitusi terselubung. Warga Pemalang ini mengatakan murni berjualan warung makan.
"Nggak itu salah, nggak benar. Di sini warung makan, tidak ada kegiatan itu (prostitusi). Saya sudah 20 tahun lebih membuka warung ini, sejak tahun 2001. Nggak ada prostitusi," tegas Wuliyah.
Untuk diketahui, keberadaan warung kopi di jalur Pantura ini membuat warga resah. Satpol PP Pemalang pun beberapa kali melakukan kegiatan razia.
Meskipun warga di warung kopi terjaring razia, bahkan terkena tindak pidana ringan (tipiring). Namun, tidak membuat kapok. Buktinya sudah belasan tahun warung-warung liar itu, kian marak.
"Ini warung yang menempati di tanah PTPN terindikasi memang informasi-informasi ada beberapa digunakan sebagai warung prostitusi. Memang kami (sebelumnya) melakukan operasi-operasi, ya menang ada yang untuk kegiatan itu (prostitusi), " kata Rahardjo, Kepala Satpol PP Kabupaten Pemalang, pada detikJateng saat pembongkaran warung kopi.
Pihaknya juga bekerja sama dengan Dewan Kesehatan Kota (DKK) melakukan tes uji laboratorium hasilnya sejumlah wanita terjangkit HIV AIDS. Namun, Rahardjo tidak menyebutkan angkanya.
"Hasilnya sih ada memang hasil operasi kemarin, kita uji lab untuk HIV AIDS, ada beberapa yang terkonfirmasi. Jumlahnya berapa, silakan cek ke DKK," katanya.
Ikuti berita lainnya dari detikJateng di Google News.