Cerita di Balik 'Hanya Satu Kata: Lawan!' dalam Puisi Wiji Thukul

Cerita di Balik 'Hanya Satu Kata: Lawan!' dalam Puisi Wiji Thukul

Tim detikJateng - detikJateng
Kamis, 05 Jan 2023 18:57 WIB
film wiji thukul
Poster film Wiji Thukul. Foto: Muchus/detikcom
Solo -

Penyair asal Solo, Wiji Thukul, hilang misterius setelah diburu aparat pada masa akhir Orde Baru. Kini istrinya, Siti Dyah Sujirah alias Mbak Pon meninggal dunia karena serangan jantung, Kamis (5/1/2023). Namun mereka tetap abadi seperti dalam larik puisi berikut ini.

"Aku akan tetap ada dan berlipat ganda. Siapkan barisan dan siap untuk melawan," tulis Wiji Thukul dalam puisinya yang berjudul 'Kebenaran Akan Terus Hidup'.

Puisi itu dilagukan dengan judul yang sama oleh anak kedua mereka, Fajar Merah. Lagu 'Kebenaran Akan Terus Hidup' termasuk salah satu lagu hits Fajar Merah tiap kali manggung, selain 'Bunga dan Tembok' yang juga diangkat dari puisi Wiji Thukul.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tak hanya dinyanyikan oleh Fajar, puisi-puisi Wiji Thukul hingga kini masih berkumandang di berbagai kesempatan, terutama dalam aksi demonstrasi. Salah satu puisi Thukul yang paling melekat di kalangan demonstran berjudul 'Peringatan'. Berikut bait terakhirnya:

"Apabila usul ditolak tanpa ditimbang
suara dibungkam kritik dilarang tanpa alasan
dituduh subversive dan mengganggu keamanan
maka hanya ada satu kata: lawan!"

ADVERTISEMENT

Tentang 'Hanya Ada Satu Kata: Lawan!'

Dalam buku 'Wiji Thukul Teka-teki Orang Hilang' (PT Gramedia, 2013) disebutkan puisi itu muncul pada tahun 1986. Namun yang jarang diketahui yakni kalimat akhir dari sajak itu tak murni dari ide Wiji Thukul.

Menurut seri buku Tempo Prahara-Prahara Orde Baru itu, Wiji Thukul terpengaruh oleh sebuah puisi yang dibuat Pardi, temannya di teater Jagat. Puisi Pardi itu berjudul 'Sumpah Bambu Runcing', ditulis setahun sebelum sajak 'Peringatan'.

Dalam puisinya, Pardi menuliskan kalimat 'Hanya ada satu kata: lawan' yang digunakan untuk sajaknya yang bertema perjuangan melawan Belanda. Oleh Thukul, kalimat itu diambil untuk puisi 'Peringatan' yang mengisahkan tentang perjuangan buruh.




(dil/apl)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads