TNI berpangkat Kopral Satu merupakan anggota Kompi Perhubungan Detasemen Markas Brigif 6 Kostrad di Palur, Mojolaban, Sukoharjo, Jawa Tengah.
Di sela kesibukannya sebagai anggota TNI, selama empat tahun terakhir ini Janu juga aktif dalam gerakan penyelamatan dan edukasi seputar ular.
"Sebelum saya masuk tentara, saya belum suka ular. Saya berdinas tahun 2005, saat itu saya bertugas di luar Pulau Jawa, seperti Aceh, Papua, Kalimantan. Di mana pun saya bertugas, saya pasti memelihara ular," kata ayah tiga anak itu saat ditemui di rumah dinasnya di Brigif 6, Jumat (30/12/2022).
Janu mengatakan awalnya dia sebagai pehobi ular. Saat itu dia tak asing dengan transaksi jual beli ular. Pada 2018, Janu bergabung dengan Exalos yang saat itu masih bernama Exalos Solo.
Seiring berjalannya waktu, dia mengubah Exalos Solo yang semula komunitas pehobi menjadi komunitas relawan. Exalos Solo pun berganti nama menjadi Exalos Indonesia.
"Kegiatan kami menggunakan dana pribadi, panggilan rescue juga kita tidak tahu kapan dan di mana. Kadang jauh dan tengah malam," ucapnya.
Saat melakukan kegiatannya, Exalos Indonesia tak jarang mendapat tanggapan negatif. Sebab sebagian orang masih beranggapan ular adalah hewan berbahaya yang harus dibunuh.
"Kadang-kadang tidak diterima juga oleh masyarakat karena masih ada stigma ular itu berbahaya dan harus dibunuh. Tapi kita sering melakukan edukasi kepada masyarakat, pelajar, dan sebagainya," ujarnya.
Menurut Janu, ular termasuk dalam rangkaian ekosistem dan rantai makanan. Keberadaan ular penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem.
Janu mengimbau masyarakat tidak perlu panik saat bertemu ular. Dia menyarankan agar masyarakat segera menghubungi tim rescue ular seperti petugas pemadam kebakaran atau Exalos Indonesia.
"Melakukan rescue terhadap ular itu harus memiliki basic (dasar) dan pengetahuan. Kami melakukan rescue ular selalu mengedepankan SOP. Jika dilakukan dengan asal-asalan akan sangat berbahaya," ujar dia.
(dil/apl)