Fenomena solstis terjadi hari ini, Rabu (21/12/2022). Fenomena alam di langit yang terjadi dua kali dalam setahun ini memicu peningkatan suhu di sejumlah daerah, termasuk di wilayah Jogja atau DIY. Berikut penjelasan tentang fenomena solstis 21 Desember 2022 menurut pakar Pusat Riset Antariksa Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
Solstis merupakan fenomena alam yang terjadi dua kali dalam setahun, yaitu pada Juni dan Desember. Melansir dari detikNews, fenomena astronomis ini terjadi ketika matahari berada paling utara maupun selatan ketika mengalami gerak semu tahunannya, relatif terhadap ekuator langit (perpanjangan atau proyeksi khatulistiwa bumi pada pola langit).
Menurut peneliti Pusat Riset Antariksa BRIN, Andi, dalam postingan di akun Instagram @prantariksa_brin, Minggu (18/12), solstis berdampak pada gerak semu harian matahari ketika terbit hingga terbenam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Secara umum, solstis berdampak pada gerak semu harian Matahari ketika terbit, berkulminasi dan terbenam; intensitas radiasi Matahari yang diterima permukaan Bumi; kemudian berdampak pada panjang siang dan panjang malam; serta berdampak ke pergantian musim," kata Andi dalam postingan itu, dikutip dari detikNews.
Andi menjelaskan, fenomena solstis tidak berkaitan dengan bencana alam seperti gempa bumi ataupun banjir rob. Menurut dia fenomena bencana alam disebabkan oleh aktivitas dari vulkanologis, seismik, oseanik dan hidrometeorologi.
Melansir situs resmi Pusat Sains Antariksa BRIN, fenomena solstis adalah fenomena langit yang terjadi ketika matahari melintasi garis balik utara maupun garis balik selatan.
Saat solstis terjadi, matahari terletak paling utara maupun paling selatan pada saat tengah hari. Saat itu siang hari akan lebih lama dibanding durasi malam hari di belahan bumi bagian utara atau bagian selatan, tergantung periode fenomena solstis ini terjadi.
Fenomena solstis terjadi dua kali dalam setahun, yaitu Juni dan Desember. Adapun fenomena solstis Desember ialah ketika matahari terletak paling selatan saat tengah hari. Saat solstis Desember terjadi, panjang siang lebih lama dibanding panjang malam di belahan bumi bagian selatan, begitu pula sebaliknya.
Pada fenomena solstis Desember, matahari terbit lebih cepat di bumi belahan selatan. Sebaliknya, matahari terbit lebih lambat di belahan bumi bagian utara.
Diberitakan detikJateng sebelumnya, sebagian besar wilayah Jogja atau Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dilanda kondisi panas dalam beberapa hari terakhir. Bahkan, suhu tertingginya mencapai 33 derajat celsius.
Menurut Prakirawan Cuaca Stasiun Meteorologi Yogyakarta, Nur Hadi, panas terik yang memicu gerah di wilayah Jogja ini berkaitan dengan adanya gerak semu matahari. Ini merupakan fenomena tahunan di mana matahari seakan-akan bergerak dari belahan bumi sisi utara ke selatan dan sebaliknya.
Selengkapnya di halaman selanjutnya.
"Nah kalau Jogja ini kan masuk Pulau Jawa jadi termasuk dalam belahan bumi selatan. Sehingga saat ini memang Jogja jadi terasa panas karena letak matahari yang sekarang ada di belahan bumi selatan tepatnya di 23,5 derajat lintang selatan," jelas Nur Hadi saat dihubungi detikJateng, Selasa (20/12).
Nur Hadi mengatakan letak matahari yang sekarang berada di belahan bumi selatan inilah yang membuat sebagian besar wilayah di DIY terasa panas. Hal ini ditambah dengan cuaca di DIY yang sekarang tergolong cerah berawan.
"Apalagi sekarang cuaca di Jogja ini cerah berawan, terutama saat siang menjelang sore ya, jadi memang terasa panasnya," ucapnya.
Meski begitu kondisi ini hanya berlangsung sementara. Sebab, pada 22 Desember besok merupakan puncak dari gerak semu matahari di belahan bumi selatan.
Selanjutnya matahari akan kembali bergerak ke ekuator atau garis tengah antara bumi bagian selatan dan utara yang puncaknya pada 21 Maret 2023. Lalu pada 21 Juni 2023 merupakan puncak gerak semu matahari di belahan bumi sisi utara.
"Nah ini nanti muter terus, sampai pergerakannya kembali lagi ke belahan bumi sisi selatan," ujar Nur Hadi.
Nur Hadi menjelaskan efek dari fenomena gerak semu matahari yang sekarang berada di belahan bumi selatan memicu peningkatan suhu di DIY. Suhu tertinggi berdasarkan hasil pemantauan pihaknya terjadi di Kota Jogja.
Dalam beberapa hari terakhir, suhu di Kota Jogja menembus 33 derajat celsius dari sebelumnya hanya berkisar 30-32 derajat celsius. Suhu ini lebih tinggi dibandingkan wilayah lain seperti Kulon Progo maupun Sleman yang berkisar 29-31 derajat celsius.