Fenomena Solstis 21 Desember, Pakar BRIN Pastikan Tak Berkaitan Bencana

Fenomena Solstis 21 Desember, Pakar BRIN Pastikan Tak Berkaitan Bencana

Tim detikNews - detikJateng
Selasa, 20 Des 2022 13:42 WIB
Solo -

Beredar narasi di media sosial yang mengimbau warga agar tak keluar rumah pada Rabu 21 Desember 2022 karena ada fenomena solstis. Pusat Riset Antariksa Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) memastikan narasi itu hoaks atau informasi bohong.

Menurut peneliti Pusat Riset Antariksa BRIN, Andi, dalam postingan di akun Instagram @prantariksa_brin, Minggu (18/12), solstis berdampak pada gerak semu harian matahari ketika terbit hingga terbenam.

"Secara umum, solstis berdampak pada gerak semu harian Matahari ketika terbit, berkulminasi dan terbenam; intensitas radiasi Matahari yang diterima permukaan Bumi; kemudian berdampak pada panjang siang dan panjang malam; serta berdampak ke pergantian musim," kata Andi dalam postingan itu, dikutip dari detikNews.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Andi menjelaskan, fenomena solstis tidak berkaitan dengan bencana alam seperti gempa bumi ataupun banjir rob. Menurut dia fenomena bencana alam disebabkan oleh aktivitas dari vulkanologis, seismik, oseanik dan hidrometeorologi.

"Dampak solstis yang dirasakan manusia tentu tidak seekstrem yang dinarasikan seperti pada imbauan yang disinformatif dan menyesatkan. Sekalipun di hari terjadi solstis ini terjadi letusan gunung berapi, gempa bumi, tsunami maupun banjir rob, fenomena-fenomena tersebut sama sekali tidak berkaitan dengan solstis dikarenakan solstis merupakan fenomena murni astronomis yang juga dapat memengaruhi iklim dan musim di Bumi," tuturnya.

ADVERTISEMENT

Melansir situs resmi Pusat Sains Antariksa BRIN, fenomena solstis adalah fenomena langit yang terjadi ketika matahari melintasi garis balik utara maupun garis balik selatan.

Saat solstis terjadi, matahari terletak paling utara maupun paling selatan pada saat tengah hari. Saat itu siang hari akan lebih lama dibanding durasi malam hari di belahan bumi bagian utara atau bagian selatan, tergantung periode fenomena solstis ini terjadi.

Fenomena solstis terjadi dua kali dalam setahun, yaitu Juni dan Desember. Solstis Juni adalah fenomena ketika matahari terletak paling utara pada saat tengah hari. Pada saat solstis Juni terjadi maka panjang siang lebih lama dibandingkan panjang malam di belahan bumi bagian utara, begitu pula sebaliknya.

Pada fenomena solstis Juni, jika menggunakan waktu matahari sejati, matahari akan terbit lebih cepat di bumi belahan utara. Sebaliknya, matahari terbit lebih lambat di belahan bumi selatan.

Adapun fenomena solstis Desember ialah ketika matahari terletak paling selatan saat tengah hari. Saat solstis Desember terjadi, panjang siang lebih lama dibanding panjang malam di belahan bumi bagian selatan, begitu pula sebaliknya.

Pada fenomena solstis Desember, matahari terbit lebih cepat di bumi belahan selatan. Sebaliknya, matahari terbit lebih lambat di belahan bumi bagian utara.

(dil/apl)


Hide Ads