Seekor cecak spesies baru ditemukan di Pegunungan Muria, Jawa Tengah. Cecak Batu Muria ini disebut hanya ditemukan di wilayah Pegunungan Muria. Seperti apa penampakannya?
Cecak Pegunungan Muria itu ditemukan di Sungai Ceweng, perbatasan antara Desa Kajar dengan Colo, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus. Kajian tentang penemuan cecak Batu Muria itu dilakukan Green Community dan Muria Research Center (MRC).
"Saya lihat datanya menarik, karena ini keliling jelajah Muria di Kudus, Pati, dan Jepara. Dan data ini data baru kawasan Muria, ini pernah tercatatkan pada tahun 2018 kawan-kawan melakukan riset dan dari teman-teman dari LIPI yang menyatakan cecak Muria ini endemik dan sayangnya tidur panjang, sudah seperti itu tidak ada kelanjutannya sebarannya, proses konservasi seperti apa, itu tidak muncul," jelas Ketua MRC Indonesia, Widjanarko saat memberikan sambutan acara diskusi 'Mengenal Spesies Baru Cecak Endemik Muria' di Desa Gondangmanis Kecamatan Bae, Kudus, Selasa (6/12/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya penelitian ini bisa mengenalkan cecak jenis baru kepada masyarakat. Harapannya spesies cecak Batu Muria ini bisa dilestarikan dan dilindungi masyarakat.
"Penelitian terkait dengan cecak Muria jadi harapan dari review ini ke depan terkait dengan konservasi Muria lebih maksimal untuk desa-desa yang ada cecaknya perlu digugah. Jadi menjadi desa ekowisata, mendorong desa menjadi desa yang peduli lingkungan," ujar dia.
Karakteristik Cecak Muria
Spesies cecak endemik Pegunungan Muria ini memiliki ciri morfologi berupa pupil yang bulat. Cecak Batu Muria memiliki panjang tubuh sekitar 4-6 sentimeter.
Terdapat sepasang struktur tubercular seperti kerucut pada kepala bagian belakang. Cecak jantan memiliki warna perut dan pangkal kuning serta ujung ekor putih.
Sedangkan pada cecak betina memiliki perut berwarna putih. Kemudian setengah panjang ekor bagian belakang dihiasi warna hitam putih berselang seling seperti cincin.
"Jadi dilihat dari morfologi kan di Jawa itu kebanyakan ada adalah cecak batu jenis Cyrtodactylus, jadi perbedaan yang paling berbeda adalah pada kepalanya. Jadi kalau Cnemaspis (Batu Muria) ini kepalanya lonjong," jelas Ketua Tim Peneliti, Lutfi Nazar saat diskusi.
Selengkapnya di halaman selanjutnya.
Dia mengatakan cecak jenis Cnemaspis tersebar di Benua Afrika, kawasan Asia Selatan, dan Asia Tenggara. Cecak batu di kawasan Asia Tenggara ditemukan di Vietnam, Kamboja, Laos, Thailand, Malaysia, Singapura dan Indonesia.
Di Indonesia ditemukan delapan spesies dari Kalimantan dan Sumatra. Genus Cnemaspis ditemukan pertama kali di Pulau Jawa yaitu di sebelah sisi selatan Gunung Muria perbatasan Desa Kajar dan Colo.
"Survei dilakukan di semua sisi Gunung Muria meliputi Jepara, Kudus, dan Pati. Dari 12 sungai yang dilakukan penelitian, cecak spesies baru itu ditemukan di Sungai Ceweng perbatasan Desa Colo dan Kajar, Kabupaten Kudus," terang Lutfi.
"Ini masih menjadi misteri untuk mengerti untuk mengetahui lebih lanjut, karena untuk mengetahui perlu dua tahun untuk mengetahui kenapa hanya ditemui di Sungai Kajar," urainya.
Lutfi mengatakan untuk mengetahui banyak sedikitnya cecak yang menghuni wilayah Muria, pihaknya menggunakan metode Capture Mark Release Recapture (CMRR). Hasilnya ditemukan sebanyak 60 individu cecak Batu Muria.
"Rata-rata berusia dewasa yang ditemukan, kenapa hanya di daerah Kajar itu kami belum bisa menjawab dan perlu untuk melakukan penelitian lebih lanjut kembali," jelasnya.
Perwakilan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa Tengah, Arif mengatakan ada banyak potensi hayati di Pegunungan Muria. Dia pun mendorong agar lebih banyak peneliti untuk melakukan kajian di Pegunungan Muria.
"Ada potensi kekayaan hayati yang belum disinggung," tambah Arif di lokasi.