Geger Emak-emak Wonogiri Marah Protes Bansos, Ini Cerita di Baliknya

Geger Emak-emak Wonogiri Marah Protes Bansos, Ini Cerita di Baliknya

Muhammad Aris Munandar - detikJateng
Jumat, 02 Des 2022 19:51 WIB
Geger nenek-nenek ngamuk protes bansos di Wonogiri.
Geger nenek-nenek ngamuk protes bansos di Wonogiri (Foto: dok. Tangkapan layar video viral)
Wonogiri -

Video yang memperlihatkan seorang wanita yang marah-marah dan memprotes pembagian bantuan sosial (bansos) menuai sorotan di media sosial. Video itu ramai dibahas di media sosial warga Wonogiri.

Pantauan detikJateng, Jumat (2/12/2022), video itu berdurasi 29 detik. Video itu viral di sejumlah akun TikTok seperti @ad1sm, @we...surabaya dan @thedailyquran22.

"Warga Kecamatan Manyaran Kabupaten Wonogiri marah-marah karena kebanyakan orang yang dapat bansos adalah orang mampu," tulis keterangan video tersebut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Video itu memperlihatkan seorang wanita berjilbab cokelat mempertanyakan soal bansos diberikan kepada orang yang mampu. Sedangkan orang yang tidak mampu justru tidak mendapat bansos.

Dari informasi yang dihimpun detikJateng, ibu-ibu yang viral itu bernama Widiyatin (57) warga Trukan, Kelurahan Pagutan, Kecamatan Manyaran. Video itu direkam di Kantor Kecamatan Manyaran pada Rabu (30/11) lalu.

ADVERTISEMENT

Widiyatin menjelaskan, aksi protes yang dia lakukan itu berawal saat Saginem (ibu Widiyatin) kehabisan minyak gosok dan merasakan pusing. Kala itu dia mengaku tidak punya uang dan beriat meminjam kepada penerima bansos.

"Saat itu saya cari utangan dari orang-orang yang baru saja dapat bansos. Mau utang Rp 10 ribu tidak boleh. Saya sudah bilang kalau besok mau saya jualkan ayam," kata Widiyatin kepada wartawan di rumahnya, Jumat (2/12).

Widiyatin mengaku kecewa. Dia lalu mempertanyakan orang lain yang dinilai lebih mampu justru mendapatkan bansos dibandingkan dirinya.

"Mungkin saat itu ada setan masuk. Akhirnya saya ke kecamatan (kantor), naik sepeda ontel. Jaraknya sekitar 3 kilometer," ungkap dia.

Setibanya di Kantor Kecamatan Manyaran itu, Widiyatin sempat bertanya siapa saja penerima bansos. Dia lalu masuk ke area pembagian bansos.

"Di situ petugas saya unek-unekke (marahi). Saya memang marah-marah saat itu. Intinya saya marah kenapa yang dapat (bantuan) kok yang sugih-sugih (kaya) padahal yang membutuhkan kan banyak, misalnya anak yatim," terangnya.

"Saya memang orang nggak punya tapi saya mandiri, ora njagakke. Pas saya dapat bantuan, saudara saya beri," sambung Widiyatin.

Widiyatin mengaku pernah mendapatkan bantuan beberapa bansos dari pemerintah, baik berupa uang maupun beras dan barang lainnya. Berdasarkan ingatannya, bantuan itu dia terima saat pandemi COVID, tapi saat ini dia sudah tidak menerima bansos.

Widiyatin pun mengaku tidak tahu aksinya saat marah-marah itu viral. Widiyatin bahkan tidak tahu makna dari viral itu. Dia mengaku baru tahu videonya beredar ketika ada pemuda yang memperlihatkan rekaman video itu kepada dirinya.

"Setelah viral banyak orang datang ke rumah untuk memberi bansos. Saya tidak mengira bisa dapat bantuan. Niatnya tidak mau minta bantuan, cuma menyampaikan unek-unek saya ke pengurus bantuan. Ya pangapunten (maaf), yang jelas bansos harusnya bisa diberikan kepada orang yang tepat," terang Widiyatin.

Selangkapnya di halaman sebaliknya....

Widiyatin Bukan ODGJ

Usai video Widiyatin marah-marah soal bansos itu viral, dia diisukan sebagai orang dalam gangguan jiwa (ODGJ). Keluarga pun membantahnya.

"Bukan (ODGJ), kondisinya sehat," kata kakak Widiyatin, Legiyem.

Menanggapi hal itu, Camat Manyaran Toto Tri Mulyarto membenarkan jika aksi protes terjadi saat pembagian bansos. Dia menerangkan peristiwa itu terjadi saat pembagian bansos warga Desa Gunungan pada Rabu (30/11) lalu sedangkan untuk Kelurahan Pagutan disalurkan sejak Senin (28/11) lalu.

Ada tiga jenis bansos yang disalurkan diantaranya BLT BBM, BPNT dan PKH.

"Saar itu saya sedang menghadiri undangan di Pendapa Rumah Dinas Bupati Wonogiri. Tapi saya mendapatkan laporan tentang hal itu," kata Toto.

Toto menerangkan Widiyatin pernah mendapatkan bansos yaitu PKH pada 2016-2021. Selain itu, Widiyatin pernah mendapatkan bansos BPNT. Berdasarkan catatan kecamatan, Widiyatin mendapatkan bansos itu hingga Mei 2022.

Selain itu, Marsusiati, keponakan yang masih satu KK dengan Widiyatin, pernah mendapatkan bansos.

Toto menuturkan, pada 2022 Widiyatin tidak mendapat bansos karena dari data BNBA (by name by address penerima bansos) tidak keluar namanya sehingga tidak bisa didaftarkan pemerintah kecamatan. Padahal nama Widiyatin sudah diusulkan.

"Kami di wilayah, bersama Ketua RT dan RW saat ada warga yang patut untuk diusulkan mendapatkan bansos pasti diusulkan. Tapi validasi dari pusat, kami tidak tahu bagaimana," kata Toto.

Toto menyatakan jika Widiyatin bukan ODGJ. Sebab saat dia bertemu Widiyatin bisa berkomunikasi dengan baik dan lancar. Selain itu, tidak ada bukti medis menyatakan Widiyatin adalah ODGJ.



Hide Ads