Curhat Truk Pasir Usai Tambang Ilegal Klaten Disorot Gibran-Ganjar

Curhat Truk Pasir Usai Tambang Ilegal Klaten Disorot Gibran-Ganjar

Achmad Hussein Syauqi - detikJateng
Rabu, 30 Nov 2022 14:37 WIB
Truk angkutan pasir menepi di sepanjang jalan Jogja-Solo, Klaten, Rabu (30/11/2022).
Truk angkutan pasir menepi di sepanjang jalan Jogja-Solo, Klaten, Rabu (30/11/2022). Foto: Achmad Hussein Syauqi/detikJateng
Klaten -

Penambang pasir dan batu di lereng Gunung Merapi Kecamatan Kemalang, Klaten, kini 'tiarap' setelah Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menyoroti soal beking tambang ilegal. Imbasnya, truk angkutan pasir hingga pedagang pasir kesulitan mencari material.

"Setelah (Klaten) tutup ngambil pasir ke Sleman (Sungai Gendol). Ke Sungai Woro tidak cukup, kan tambang manual tidak cepat," kata sopir truk pasir asal Solo, Hono, saat ditemui detikJateng di Jalan Jogja-Solo, Rabu (30/11/2022).

Dijelaskan Hono, setelah tambang tutup, harga pasir Kemalang di depo penampungan kini melonjak.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kualitas pasir juga tidak bagus, seadanya (di depo) diangkut, sebab tambang tutup," kata Hono.

Harga pasir yang tersisa di depo, imbuh Hono, sampai Rp 750.000 per truk. Daripada mendapat kualitas pasir yang kurang bagus, truk memilih mengambil ke Sungai Gendol meski harganya lebih mahal.

ADVERTISEMENT

"Gendol harganya Rp 130.000 per kubik, padahal satu truk 7-8 meter kubik, saya ambil sudah Rp 1.050.000. Tapi kan tenang karena tidak berisiko seperti di tambang ilegal," papar Hono.

Bagi para kru truk pencari pasir, sambung Hono, cuitan Gibran maupun pernyataan para pejabat soal beking tambang ilegal di Klaten tidak begitu dipikir.

"Saya tidak nggagas (peduli) itu. Pikiran kita cuma satu, cari material mudah, penjualan juga mudah, harganya murah, itu saja," imbuh Hono.

Menurut Hono, tambang tidak perlu ditutup semua, tapi pemerintah perlu mempermudah pengurusan izinnya. Mending satu dua titik tapi resmi sehingga aman.

"Nggak usah ditutup, tapi izin mestinya dipermudah jangan dipersulit. Mendingan satu dua titik tambang tapi resmi, legal, sehingga aman bagi semua pihak," lanjut Hono.

Hono menambahkan, jika yang beroperasi tambang resmi, kru truk pasir juga nyaman dan tidak berisiko.

"Ya kasihlah beberapa titik resmi, ambil aman dan nyaman. Kalau tidak resmi, truk bisa ketangkap, jadi tetap enak resmi meskipun antre," pungkas Hono.

Sutarno, sopir truk pasir asal Palur, Karanganyar, menyatakan pasir di Kemalang Klaten sepi.

"Yang depo pilih-pilih karena kualitas tidak semua baik. Ya karena tambang pada tutup, ini harganya di depo Rp 650.000-700.000 per truk," kata Sutarno kepada detikJateng di jalan Jogja-Solo.

Kini banyak truk yang pindah ambil pasir ke Sleman DIY setelah di Kemalang banyak yang tutup.

"Di Gendol lebih mahal, jaraknya juga jauh. Saya ambil di depo seadanya, tapi kalau terus tutup repot juga," imbuh Sutarno.

Sementara itu, pemilik warung di jalan Jogja-Solo, Cempluk, mengaku jualannya sepi sejak tambang banyak yang tutup.

"Truk pasir sepi, sudah sejak pasir mahal dan pada tutup. Untuk cari Rp 100.000 sehari saja sulit sekarang," ujar Cempluk kepada detikJateng.




(dil/ahr)


Hide Ads