Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono menyebut pembangunan infrastruktur harus memerhatikan pada perubahan iklim. Konsep ini juga diterapkan dalam pembangunan jalan di Ibu Kota Negara (IKN).
Hal itu disampaikan Basuki saat membuka seminar internasional 'Climate Change, Resilience, and Disaster Management For Roads'.
"Ini kan seminarnya tentang pembangunan jalan dan jembatan. Hubungannya dengan climate change dan disaster atau bencana alam," kata Basuki di Hotel Marriott, Sleman, DIY, Selasa (22/11/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi saya kira ini pada saat-saat sekarang ini seperti halnya kita mau membangun Ibu Kota (Negara) itu tiga hal kualitas. Keberlanjutan, lingkungan dan estetika," sambungnya.
Diungkap Menteri Basuki, sekarang pembangunan infrastruktur berfokus pada tiga hal yaitu kualitas, keberlanjutan lingkungan, dan estetika.
"Dalam pembangunan jalan dan jembatan juga mengacu pada tiga hal itu, terutama drainasenya. Karena musuh utama pembangunan jalan itu hanya air, air, dan air. Makanya road engineer juga harus menguasai ilmu hidrologi," ujarnya.
Dalam langkah-langkah struktural pembangunan infrastruktur jalan, Kementerian PUPR berkonsentrasi pada empat strategi utama yaitu berfokus pada pengembangan dan rehabilitasi sistem drainase dan pengelolaan banjir.
"Biasanya enginer transportasi hanya menghitung attachment yang aspal, padahal bisa dari kawasan. Sehingga biasanya volume dari gorong-gorong itu menjadi kecil dibandingkan volume air yang ada," katanya.
Di sisi lain, ia berharap agar pengembang jalan dan jembatan bisa lebih memperhatikan soal manajemen kebencanaan.
"Terutama di Indonesia yang punya musim hujan dan musim kering sekarang musim hujannya pada durasi yang pendek tapi lebih besar," tutupnya.
(rih/aku)