S, siswi kelas X SMAN 1 Sumberlawang, Kabupaten Sragen, kini tak mau sekolah. Siswi 15 tahun itu diduga mendapatkan perundungan dari guru matematikanya, Suwarno (54).
Gara-garanya, Suwarno meminta S memakai jilbab. Orang tua S, Agung Purnomo (47), mengatakan permintaan itu disampaikan di kelas saat jam pelajaran matematika berlangsung.
"Waktu jam pelajaran matematika, itu dimarahi. 'Kenapa kamu nggak berjilbab, kamu harus tobat, kamu tirukan perintah Allah, kamu harus tobat sekarang'," kata Agung kepada detikJateng, Kamis (10/11/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Agung mengaku tidak mempersoalkan jika anaknya dinasihati oleh gurunya bilamana melakukan pelanggaran aturan sekolah. Namun dia menilai, guru yang menasihati anaknya sudah mengarah ke pendapat personal guru tersebut.
Terlebih, nasihat itu diberikan saat jam pelajaran, sehingga disaksikan langsung oleh teman sekelas S. Hal itu membuat S ketakutan, hingga menangis.
"Pada dasarnya kalau seorang guru, edukasinya harusnya memang takaran etika dan normanya kan objektif. Tapi edukasi yang diberikan sudah menyisipkan subjektivitas seorang guru di situ," ucapnya.
"Nasihatnya kamu harus tobat. Ini subjektivitasnya sudah parah," imbuhnya.
Agung sendiri sempat mengajukan aduan ke Polres Sragen terkait perlakukan yang diterima anaknya ini, Kamis (10/11). Agung meminta pihak sekolah memberikan ruang mediasi agar anaknya bisa kembali bersekolah dengan nyaman.
Suwarno, guru matematika yang dituding melakukan rundungan itu, kemudian meminta maaf. Dirinya menyebut hanya bermaksud memberi nasihat antara guru kepada muridnya. Dia tidak ada niatan untuk memaksa apalagi melakukan perundungan.
"Karena ada satu anak yang belum memakai jilbab itu tadi. Tapi sebelumnya saya tidak pernah menyampaikan itu. Tapi karena ada anak yang malu ke masjid tidak jilbaban itu, saya menyampaikan secara spontanitas," ujarnya.
"Saya menyampaikan dengan kata-kata yang biasa, tidak ada niat memojokkan, atau dengan kata-kata yang keras, bentak-bentak gitu, tidak," ucapnya.
Kendati demikian, sekolah negeri tidak memiliki aturan tertulis yang mewajibkan siswinya yang beragama islam memakai jilbab. Suwarno juga menyadari hal tersebut.
Usai kejadian itu, dia mengatakan sudah merenungkan dan tidak akan mengulangi lagi, karena dampaknya tidak baik untuk anak. Dia berjanji ke depannya akan lebih berhati-hati, dan memberikan pelayanan yang santun kepada siswanya agar mereka nyaman.
Suwarno juga meminta agar masalah ini dapat diselesaikan secara kekeluargaan. Tidak perlu merembet ke ranah hukum.
"Saya sudah 26 tahun mengajar, dan baru kali ini, jadi mohon dimaklumi dan dimaafkan, saya juga punya anak dan istri. Kalau bisa, kita tempuh jalur damai, kekeluargaan. Berilah waktu bagi saya untuk memperbaiki diri, dan betul-betul menghentikan perbuatan yang tidak terpuji seperti bullying atau perundungan," pungkasnya.
(aku/rih)