Cerita Trauma Warga Sragen, 2 Putrinya Dirundung-Diteror soal Jilbab

Cerita Trauma Warga Sragen, 2 Putrinya Dirundung-Diteror soal Jilbab

Tara Wahyu NV - detikJateng
Jumat, 11 Nov 2022 17:21 WIB
Agung Purnomo ortu siswa yang diduga ditegur guru Gegera jilbab.
Agung Purnomo ortu siswa yang diduga ditegur guru Gegera jilbab. Foto: Tara Wahyu NV/detikJateng
Sragen - Rasa trauma masih membayangi Agung Purnomo (47), warga Sragen, Jawa Tengah. Di 2020 lalu, anaknya yang bersekolah di SMAN 1 Gemolong diteror salah satu pengurus Rohis gegara tidak berjilbab.

Pekan lalu, giliran anaknya yang satu lagi yang bersekolah di SMAN Sumberlawang juga mengalami perundungan di sekolah lantaran tak berjilbab. Dia dimarahi oleh guru matematikanya di hadapan murid-murid yang lain.

Agus mengaku trauma dengan berulangnya kejadian itu. Bukan hanya dirinya, ia memastikan sang anak juga trauma dengan perbuatan guru kepada muridnya.

"Kami itu sebenarnya trauma pasti trauma, nggak cuma anaknya. Kami orang tua trauma, semua orang men-judge kami dibilang mencari masalah," katanya, Jumat (11/11/2022).

Agung menegaskan, dirinya tidak keberatan apabila sang anak diajarkan ilmu agama oleh sang guru. Hanya saja, ia menggarisbawahi mengenai cara penyampaian guru ke murid.

"Kalau anak saya dididik masalah syariat saya senang, ayo salat, ayo ngaji. Dari dialog kecil ini, pasti anaknya bilang kenapa belum berjilbab, pasti ada komunikasi yang terjadi," jelasnya.

Dirinya menyayangkan sikap guru matematika yang memperlakukan lain, terlebih Itu disampaikan di kelas dan ditunjuk secara langsung. "Tentunya ada beban yang besar ke anak, pasti takut," ujarnya.

Ditanya mengenai nasib sang anak, S yang saat ini sekolah di SMA Negeri Sumberlawang, Agung mengatakan belum mengetahui apakah lanjut sekolah di sana atau pindah.

"Kalau saat ini saya melihat, kalau anak nggak kuat. Saya juga sudah berdiskusi dengan istri dan kawan, alternatif sekolah yang akan diambil apapun," ucapnya.

Diceritakan Agung, kakak S yang berinisial Z juga pernah mendapat teror yang sama-sama terkait dengan jilbab. Agung menyebut Z mendapat perlakuan tak menyenangkan dari lingkungan sekolah gara-gara tidak mengenakan jilbab pada 2020 lalu.

Menurutnya, saat itu Z yang bersekolah di SMAN 1 Gemolong mendapat teror berupa pesan WhatsApp yang dikirimkan setiap hari oleh salah satu pengurus Rohis. Pesan yang berisi permintaan untuk berjilbab itu lama-kelamaan menjurus pada intoleransi dan menghina keluarga Z.

"Saya itu trauma sebenarnya, dulu anak saya yang pertama (mendapat teror) di bulan yang sama, juga November," kata Agung kepada detikJateng di kediamannya.


(ahr/aku)


Hide Ads