Dusun Kampit yang dikenal dengan nama Dusun Simonet di Desa Semut, Kecamatan Wonokerto, Kabupaten Pekalongan, kini semakin 'tenggelam' karena naiknya air laut ke daratan. Sekarang, tinggal 9 kepala keluarga (KK) yang masih bertahan di dusun tersebut.
Sebelumnya, Dusun Simonet tak terpisahkan dengan dusun lain di desa lainnya. Dusun Simonet dulu memiliki jalan aspal untuk menuju ke dusun tetangga. Sekarang, untuk menuju ke dusun ini harus menggunakan perahu.
Naiknya air laut ke daratan dirasakan warga sejak tahun 2005. Abrasi ini mengancam tenggelamnya Dusun Simonet. Sebelum abrasi kian parah, dusun ini dihuni ratusan warga. Sekarang, hanya ada 9 KK di sana. Mereka harus mengungsi tiap terjadi gelombang tinggi.
Sebagai perbandingan, dari catatan detikJateng, saat dilakukan distribusi logistik Pemilukada pada 8 Desember 2020 di TPS V Dusun Simonet, dusun seluas 12 hektare itu 30 persennya daratan untuk tempat tinggal dan menanam melati.
Saat itu tercatat ada 180 pemilih dengan 265 jiwa yang tinggal di Dusun Simonet. Di tahun ini, menurut Ketua RT 14 RW 06, Joyo Kusumo, hanya tersisa 9 KK atau 25 jiwa. Sebab, hampir semua daratannya tergenang tiap gelombang tinggi.
"Sekarang masih ada 9 KK, jiwanya sekitar 25. Kondisi ya parah. Apalagi kalau air laut naik. Kalau sempat mengungsi ya mengungsi, kalau tidak ya kita dikepung air laut," kata Joyo kepada detikJateng, Sabtu (5/11/2022).
Joyo kemudian memperlihatkan foto-foto perbandingan kondisi tahun 2019 dengan kondisi terakhir pada Jumat (4/11) pekan lalu.
Rumah Joyo pada tahun 2021 masih tampak lantai dan tanahnya. Saat terjadi air pasang pada Jumat (4/11) pagi, separuh rumah Joyo terlihat terendam air.
"Ini kondisi rumah saya pada Jumat pagi kemarin saat air laut naik. Dan foto tahun 2021 nampak rumah saya dan aktivitas warga kerja bakti," kata Joyo.
"Saat ini penghuninya masih ada. Kalau banjir masih bertahan, jika tidak sempat mengungsi atau dijemput warga lain," imbuh dia.
Namun, diakui Joyo bahwa sebagian besar warga kini memilih mengontrak ataupun kos ke lokasi yang lebih aman.
"Pemerintah sudah merencanakan relokasi sejak tahun 2020. Saat itu, sudah ada lokasinya di Pekuncen, Wiradesa. Lokasi yang aman dari rob. Tetapi sampai saat ini tidak tahu kenapa belum dilakukan. Warga masih menunggu upaya relokasi," ungkap Joyo.
Upaya penanganan dari Pemkab Pekalongan ada di halaman selanjutnya...
(dil/aku)