Kisah Makam Keramat Nyi Pedelingan Ambarawa yang Kena Proyek Tol Jogja-Bawen

Kisah Makam Keramat Nyi Pedelingan Ambarawa yang Kena Proyek Tol Jogja-Bawen

Ria Aldila Putri - detikJateng
Sabtu, 05 Nov 2022 12:48 WIB
Makam Nyi Pedelingan, di Dusun Lonjong, Ngampin, Ambarawa, Semarang, Rabu (2/11/2022).
Makam Nyi Pedelingan, di Dusun Lonjong, Ngampin, Ambarawa, Semarang, Rabu (2/11/2022). Foto: Ria Aldila Putri/detikJateng
Semarang -

Proyek pembangunan ruas Tol Jogja-Bawen bakal menggusur situs makam Nyi Pedelingan di Dusun Lonjong, Kelurahan Ngampin, Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang. Warga sekitar berharap makam keramat itu bisa diselamatkan dan tidak diusik.

Pantauan detikJateng di lokasi, makam Nyai Pedelingan berada di perbukitan yang cukup jauh dari permukiman. Pintu masuk pemakaman itu diapit dua pohon beringin besar.

Di tengah permakaman itu ada sebuah cungkup berisi dua nisan. Nisan sebelah timur dipercaya sebagai makam Nyai Pedelingan. Di atas nisan itu ada dupa dan kemenyan yang habis dibakar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sesepuh Desa Ngampin, Wartoyo Nurdi Mulyo (68) mengatakan makam itu telah ada sejak ratusan tahun silam.

"Sudah ada sejak ratusan tahun yang lalu. Sebetulnya belum tahu siapa Nyi Pedelingan. Tapi yang jelas itu sosok seorang perempuan yang kalau berjalan memakai tongkat dari bambu atau deling, makanya dijuluki Pedelingan," ujarnya saat ditemui di rumahnya, Rabu (2/11/2022).

ADVERTISEMENT

Wartoyo pun dititipi oleh orang tuanya untuk menjaga dan merawat makam itu selepas orang tuanya meninggal. Makam itu kemudian dibangun kembali pada 2007.

"Makamnya ada dua, sebelah timur yang isi karena makam perempuan pasti ada di kiri. Yang satu itu kata bapak saya, punya yang jaler (suami Nyi Pedelingan) tapi belum ketemu sampai sekarang," jelasnya.

Ia menjelaskan, banyak cerita mistis di makam tersebut. Banyak orang yang tersesat saat melewati makam itu, hingga banyaknya hambatan ketika ada pembangunan tower listrik di lokasi yang berjarak 50 meter.

"Banyak yang diputer-puterin di sini, biasanya orang luar. Merasa ada yang lihat kampung, padahal itu kuburan. Waktu ada pembangunan tower juga susah sekali itu, petugasnya pasti ada gangguan, misalnya ketika diukur pasti lebih tinggi, lalu pindah tempat ternyata lebih rendah," imbuhnya.

Saat proses inventarisir di lokasi makam, Wartoyo berujar, petugas yang bekerja juga mengalami kesurupan.

"Ada yang kesurupan kemarin waktu proses tol juga itu. Bahkan petugas PPK tol awalnya sempat tidak percaya ada kuburan lantaran tidak terdeteksi Google. Lalu kita cek bareng-bareng, ternyata mereka kaget ada makam," sebutnya.

Wartoyo juga pernah menemukan keris dan juga kepingan uang diduga peninggalan zaman Belanda.

"Saya pernah menemukan uang kuno dan keris. Sampai sekarang masih ada saya titipkan ke rumah adik saya," lanjutnya.

Tak hanya dihormati oleh warga lokal, makam Nyi Pedelingan juga kerap diziarahi warga dari luar kota.

Rencana pemindahan makam itu ada di halaman berikutnya...

"Ada yang dari Jogja juga, tidak hanya sekali dua kali, tapi sering sekali ke makam, membawa bunga. Saya tahu karena mereka pasti ke sini (ke rumah)," ungkapnya.

Wartoyo pun mendoakan pembangunan Tol Bawen-Salatiga berlangsung lancar.

"Kita sudah usaha tapi kan tetap ndak bisa, makamnya tetap ndak pindah. Saya hanya bisa mendoakan agar lancar dan selamat semua," harapnya.

Ketua RW 3, Aldila Nur menambahkan, warga sudah berusaha agar pemerintah tidak mengusik makam tersebut. Namun, upaya itu gagal karena makam yang terletak di permakaman Kendeng menjadi trase utama tol tersebut.

"Kita sudah berusaha menolak agar makam itu tidak terdampak pembangunan tol, tapi tetap tidak bisa katanya itu, kena di tengah-tengah jadi mau tidak mau," ucap Aldi.

Rencananya makam Nyi Pedelingan bersama 600 makam warga lainnya akan dipindahkan ke lahan yang dekat dengan lokasi makam utama. Warga juga akan menanam atau memindahkan pohon jati, pohon beringin, dan 5 pohon salam yang ada di makam tersebut.

"Makam akan dipindah, ke lahan lain tapi jaraknya tidak jauh dari makam utama. Makam Nyi Pedelingan akan kita letakkan di tengah makam. Kita akan tanam 5 pohon salam karena ada filosofinya dari dulu sudah ada di situ namanya 5 sejati. Ada pohon jati dan beringin kita akan tanam karena kalau memindahkan dari makam yang awal kan tidak mungkin karena besar sekali," ungkapnya.

Ia sendiri dapat memahami mengapa warga meminta makam itu tidak diusik. Sebab, dalam kepercayaan warga lokal jika makam itu diusik maka akan mendatangkan bala atau bencana.

"Warga itu takut kalau makam itu diusik lalu ada bala, takutnya di situ. Tapi sebagai pengurus lingkungan pelan-pelan berikan pengertian karena mau bagaimana lagi ini proyek pemerintah, proyek nasional. Prinsipnya sebetulnya kami mendukung. Tapi kita masih usahakan ada data valid terkait situs ini, kita sedang kejar karena kalau ada dokumen resmi kan biasanya bisa dipertimbangkan," pungkas dia.

Halaman 2 dari 2
(dil/sip)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads