Abrasi Parah Sungai Progo Ancam Pertanian dan Permukiman di Magelang

Abrasi Parah Sungai Progo Ancam Pertanian dan Permukiman di Magelang

Eko Susanto - detikJateng
Senin, 31 Okt 2022 16:52 WIB
Saluran irigasi untuk lahan pertanian di Dusun Ngiwon, Desa Banyuwangi, Kabupaten Magelang, yang putus terbawa arus Sungai Progo.
Foto: Eko Susanto/detikJateng. Saluran irigasi untuk lahan pertanian di Dusun Ngiwon, Desa Banyuwangi, Kabupaten Magelang, yang putus terbawa arus Sungai Progo.
Kabupaten Magelang -

Abrasi yang terjadi di bibir Sungai Progo, Kabupaten Magelang berdampak pada pertanian milik warga. Pasalnya, pengikisan yang terjadi oleh aliran air Sungai Progo membuat saluran irigasi yang biasa digunakan untuk mengairi lahan pertanian warga rusak.

Tidak hanya itu, abrasi yang cukup parah juga mengancam sejumlah rumah milik warga yang ada di Dusun Ngiwon, Desa Banyuwangi, Kecamatan Bandongan, Kabupaten Magelang.

Salah seorang petani, Abdul Rochman (27) mengatakan, semenjak irigasi terputus praktis air tidak bisa mengalir. Kondisi ini membuat warga kesulitan mencari air untuk kepentingan menyiram tanaman cabai.

"Dulu kedalaman irigasi air setengah, sekarang nggak sampai sini. Semenjak itu (putus), saya kesulitan mencari air untuk ngecor (menyiram) cabai terpaksa ngangsu (mengambil air) dari sungai kecil," ujar Abdul saat ditemui di Dusun Ngiwon, Desa Banyuwangi, Senin (31/10/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ditemui terpisah, Kepala Dusun Ngiwon, Anwar Imam Mubarok mengatakan, untuk pengairan lahan pertanian sekarang warga hanya bisa mengandalkan air hujan. Pasalnya, saluran yang ada saat ini tidak mampu mengaliri lahan sekitar tiga hektare.

"Ya sekarang mengandalkan air hujan. Karena itu tidak mengampu (mampu) kurang lebih tiga hektare, kalau musim kemarau saluran dari sebelah selatan (baru) nggak bisa mengaliri akses pertanian," ujarnya.

Kepala Desa Banyuwangi Asnawi mengatakan abrasi Sungai Progo di Dusun Ngiwon selama musim hujan sudah terjadi beberapa kali. Abrasi mengakibatkan lahan milik warga dan tanah kas seluruhnya ada sekitar satu hektare hilang.

"Dulunya Sungai Progo itu jarak sampai rumah warga ada 100 meter, sekarang tinggal 1 meter tidak ada. Kami sudah melaporkan kepada Pak Camat Bandongan, BPBD dan mengajukan kepada BWWSO," ujarnya.



"Akhir tahun 2021, BWWSO sudah menindaklanjuti dilakukan pengukuran dan pengecekan. Bulan empat tahun 2022, kami sudah mendapatkan sosialisasi dan gambar teknik dalam pengerjaan (tanggul)," kata dia.

Salah seorang warga, Suparyono (59) menyampaikan akibat abrasi, tanah selebar empat meter yang ditanami padi, untuk kolam, dan saluran irigasi itu longsor terbawa arus. Selain itu, ada empat rumah warga yang terancam karena tanah di pinggirnya longsor.

"Yang terancam parah milik Pak Ashari, almarhum Sutrisno, Asroni dan Kholik. Terus ada kolam milik Pak Ashari yang terbawa arus air," ujarnya.

Ashari (60) mengatakan, kolamnya yang hilang itu berisi ikan bawal dan nila. Ikan-ikan itu sudah dia dipelihara selama setahun.

ADVERTISEMENT

"Ikan hilang semua. Rencananya nanti untuk lebaran (kolam dipanen). Setahun sekali diambil," ujarnya.




(apl/ahr)


Hide Ads