Pertempuran Lima Hari di Semarang: Sejarah dan Pembangunan Tugu Muda

Pertempuran Lima Hari di Semarang: Sejarah dan Pembangunan Tugu Muda

Kesia Oktanoya - detikJateng
Rabu, 12 Okt 2022 05:30 WIB
Matahari berada tegak lurus di atas Kota Semarang siang ini. Fenomena kulminasi utama atau hari tanpa bayangan terjadi, seperti apa?
Tugu Muda Semarang menjadi peringatan Pertempuran Lima Hari di Semarang (Foto: Angling Adhitya Purbaya)
Solo -

Pertempuran Lima Hari di Semarang terjadi pada tanggal 15-19 Oktober 1945. Tugu Muda pun menjadi salah satu ikon untuk memperingati peristiwa pertempuran melawan tentara Jepang itu.

Tugu Muda kini telah ditetapkan sebagai cagar budaya. Bentuk tugu ini mirip lilin dengan kepala menyerupai api menyala.

Seperti apa sejarah pertempuran Lima Hari di Semarang ini? Simak selengkapnya di bawah ini ya!

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sejarah Pertempuran Lima Hari di Semarang

Indonesia telah menyatakan kemerdekaannya pada Agustus 1945, namun ternyata penjajah masih ingin merenggutnya. Mengutip detikEdu, Selasa (11/10/2022), pertempuran di Semarang dipicu oleh peristiwa pada tanggal 14 Oktober 1945.

Pada waktu itu, ada 400 orang veteran Angkatan Laut Jepang yang memberontak dan melarikan diri saat dipindahkan ke Semarang. Awalnya, tentara-tentara Jepang akan dipekerjakan untuk mengubah pabrik gula Cepiring menjadi pabrik senjata.

ADVERTISEMENT

Namun, yang terjadi mereka menyerang polisi Indonesia yang sedang mengawal. Mengutip buku Ilmu Pengetahuan Sosial 3 untuk SMP/MTs Kelas IX oleh Ratna Sukmayani dkk, mereka akan bergabung dengan Kidobutai di Jatingaleh.

Kidobutai merupakan sebutan batalyon Jepang di bawah pimpinan Mayor Kido. Alasan mereka melakukan perlawanan ialah untuk mencari dan menyelamatkan orang-orang Jepang yang tertawan.

Situasi tak kunjung membaik karena desas-desus cadangan air minum di daerah Candi, Desa Wungkal, telah diracuni. Para tentara Jepang melakukan penyerangan kepada delapan polisi yang sedang melakukan penjagaan cadangan air tersebut.

Pihak Jepang memperparah keadaan karena ingin menghindari peracunan cadangan air minum tersebut. Sementara itu, Dr. Kariadi memeriksa cadangan air di Candi.

Nahas, Dr. Kariadi justru ditembak tentara Jepang hingga wafat. Peristiwa ini menimbulkan amarah bagi rakyat Semarang dan meletuskan pertempuran.

Pada tanggal 15 Oktober 1945, pemuda dan pejuang Indonesia melakukan pertempuran melawan pasukan Kidobutai dan batalyon Jepang lainnya. Pertempuran yang berlangsung ini pun berakhir ketika Gubernur Wongsonegoro dan pemimpin TKR berunding dengan komandan tentara Jepang.

Selanjutnya pembangunan Tugu Muda di Semarang...

Pada tanggal 20 Oktober 1945, proses gencatan senjata dipercepat setelah Brigadir Jenderal Bethel dari pasukan Sekutu juga ikut serta dalam perundingan. Setelah itu, pasukan Sekutu melucuti senjata Jepang dan menawan para tentara Jepang.

Peristiwa ini pun diperingati dengan Pertempuran Lima Hari di Semarang. Peristiwa ini untuk memperingati saat pemuda dan para pejuang bertempur melawan pasukan Kidobutai dan batalyon Jepang hingga akhirnya senjata para tentara Jepang dilucuti Sekutu.

Pembangunan Tugu Muda

Mengutip dari situs bob.kemenparekraf.go.id, Pertempuran Lima Hari di Semarang menjadi bagian sejarah yang tidak boleh dilupakan. Oleh karena itu dibangunlah Tugu Muda sebagai sebuah monumen untuk mengenang perjuangan rakyat Semarang yang tak ingin lagi dijajah.

Tugu Muda diresmikan pada tanggal 20 Mei 1953 oleh Presiden Sukarno. Tanggal tersebut menjadi peresmian sebuah monumen yang memiliki bentuk seperti lilin dengan nyala api.

Kobaran api itu menggambarkan semangat dari para pejuang yang tak pernah padam dalam mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia.

Untuk diketahui, Tugu Muda sudah pernah dibangun pada Oktober 1945 yang sebelumnya dikenal dengan Monumen Dokter Kariadi di tengah Alun-alun Semarang. Namun, monumen tersebut tidak lama berdiri dan dibongkar oleh Belanda NICA (Nederlandsch Indie Civil Administratie) dan RAPWI (Rehabilitation of Allied Prisoners of War and Internees).

Kini, Tugu Muda berada di Simpang Lima di depan kantor Divisi Diponegoro, dekat Bangunan Cagar Budaya Lawang Sewu dan Museum Mandala Bhakti. Tugu ini terletak di tengah pertemuan antara Jalan Imam Bonjol, Jalan Pemuda, Jalan Pandanaraan, dan Jalan Mgr. Sugiyopranoto.

Makna Angka Lima Pada Tugu Muda

Patung Tugu Muda memiliki banyak ornamen yang menggunakan simbol angka lima. Mulai dari simbol bambu runcing hingga patung korban.

Berikut ornamen pada patung Tugu Muda itu:

  • Bambu Runcing

Pada monumen sejarah Kota Semarang ini terdapat duplikasi lima bilah bambu runcing yang berdiri sejajar. Bambu runcing ini menjadi simbol para pejuang dalam Pertempuran Lima Hari melakukan perlawanan dengan bambu runcing sebagai senjatanya.

Selengkapnya ornamen yang ada di Tugu Muda Semarang...

  • Sila Pancasila

Tak hanya itu, di bawah bagian bambu runcing terdapat lima pahatan lambang sila-sila dalam Pancasila, yakni bintang, rantai, pohon beringin, kepala banteng, dan padi dan kapas.

  • Patung Hongerodeem

Selain itu, pada bagian bawah pahatan Pancasila terdapat lima penyangga yang mempunyai berbagai macam hiasan pahatan patung, berupa Patung Hongerodeem (Busung Lapar) yang menggambarkan kehidupan rakyat Indonesia di masa pendudukan Belanda dan Jepang, serta Patung Pertempuran yang memiliki arti semangat pertempuran dan keberanian Angkatan Muda Semarang.

  • Patung Penyerangan

Patung Penyerangan menggambarkan perlawanan rakyat Indonesia terhadap pihak-pihak penindas yang mencoba menggagalkan usaha mereka untuk bebas dari penjajahan.

  • Patung Korban

Patung Korban memperingati rakyat Semarang yang menjadi korban dalam Pertempuran Lima Hari. Terakhir, Patung Kemenangan yang menggambarkan hasil jerih payah dan pengorbanan yang terjadi di Semarang.

Nah itulah sejarah Pertempuran Lima Hari di Semarang hingga pembangunan Tugu Muda yang kini menjadi ikonnya. Semoga bermanfaat detikers!

Halaman 2 dari 3
(ams/dil)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads