detikJateng mencoba menelusuri sosok Oey Tambah Sia di Kota Pekalongan. Di perkampungan Pecinan dekat Sungai Loji atau sungai Kupang, tidak banyak yang mengetahuinya.
Kompleks Pecinan yang saat ini berubah menjadi pertokoan ini dulunya merupakan permukiman warga Tionghoa yang sukses. Karena keindahannya. pada masa kolonial Belanda, Sungai Loji disebut sebagai Venesia Van Java.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejumlah warga Peranakan Tionghoa di ruas Jalan Blimbing, Jalan Mangga, dan sekitarnya, di belakang kompleks eks Pasar Banjarsari, mengaku tidak mengenal atau mendengar nama Oey Tambah Sia.
"Nggak tahu. Malah baru mendengarnya. Orang tua kami tidak pernah cerita soal itu. Hanya menang dulu di sini, perkampungan Pecinan sebelum menjadi pertokoan ini," kata Susanti (54), salah satu warga setempat, saat ditemui detikJateng, akhir September 2022.
Tak hanya Susanti, sejumlah warga keturunan Tionghoa di kawasan itu juga mengaku tak pernah mendengar cerita tentang Oey Tambah Sia.
"Lokasi itu memang dari dulu kampung Pecinan, permukiman warga peranakan Tionghoa yang sukses. Kini menjadi pertokoan. Tetapi kalau menggali cerita soal Oey Tamba Sia, kebanyakan tidak tahu. Minim literasi juga soal itu di Pekalongan," kata pegiat sejarah Kota Pekalongan, Arief Dirhamzah, kepada detikJateng.
Menurut Wijanarto, ayah Oey Tambah Sia, Oey Yi Bu, mendarat di Batavia lalu melanjutkan perjalanan ke Brebes. Setelah menemukan surat berharga itu dan menggunakannya setelah situasi normal usai perang, Oey Yi Bu muda membuka bisnis hasil bumi termasuk tembakau.
"Dulu tembakau ada di sini (Brebes). Tapi kemudian diganti tanaman teh," ucap Wijanarto. Setelah kaya, Oey Yi Bu punya banyak istri. Dari Brebes, Oey Yi Bu kemudian pindah ke Pekalongan.
"Sebelum ke Batavia, Oey Yi Bu ke Pekalongan dan nikah dengan orang pribumi dan melahirkan Oey Tambah Sia," terang Wijanarto. Di Batavia, usaha Oey Yi Bu kian sukses.
"Di Batavia (Jakarta) kekayaannya bertambah. Konon dia dianggap sebagai donatur pembangunan kelenteng terbesar di Batavia. Orangnya dermawan, baik hati, dikenal di kalangan pemerintah," jelasnya.
Oey Yi Bu meninggal di Batavia pada 1838. Hartanya diwariskan kepada Oey Tambah Sia yang masih remaja.
"Jadi di Pantura itu sepak terjang perjuangan ayahnya dari nol menjadi kaya raya. Sedangkan perilaku buruk anaknya, Oey Tambah Sia, dikenal di Jakarta," ujar Wijanarto.
(dil/rih)