NASA berhasil menabrakkan pesawat luar angkasa ke permukaan asteroid untuk pertama kalinya dalam sejarah. Misi ini menjadi dilakukan demi melindungi Bumi dari ancaman asteroid berbahaya yang bisa memicu bencana besar.
Dikutip dari detikINET, pesawat bernama Double Asteroid Redirection Test (DART) ini menabrak asteroid Dimorphos yang berjarak 7 juta km dari Bumi pada Senin (26/9) pukul 19.14 waktu Amerika Serikat bagian timur. Misi ini diluncurkan pada November 2021 untuk mengubah orbit Dimorphos yang mengelilingi asteroid Didymos untuk membuktikan manusia bisa mengubah arah asteroid yang berpotensi membahayakan Bumi.
Cara ini merupakan merupakan salah satu upaya melindungi Bumi dari hantaman asteroid aerbahaya seperti yang membuat dinosaurus punah 66 juta tahun silam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dinosaurus tidak memiliki program luar angkasa untuk membantu mereka, tapi kita punya," kata Chief Scientist and Senior Climate advisor NASA Katherine Calvin sebelum tabrakan DART, seperti dilansir Space, Selasa (27/9).
"Jadi DART mewakili kemajuan penting dalam memahami potensi bahaya di masa depan dan bagaimana melindungi planet kita dari potensi tabrakan," sambungnya.
Dia mengingkap DART mulai mendekati Dimorphos, asteroid berdiameter 163 meter pada sekitar pukul 15.00 waktu setempat. Pesawat antariksa ini mengirimkan foto ke Bumi setiap detiknya yang memperlihatkan asteroid Dimorphos dari titik kecil sampai semakin besar.
Hingga pada pukul 17.14, DART berhenti mengirimkan gambar setelah tabrakan terjadi dan kehilangan sinyal. Pesawat luar angkasa seberat 600 kg itu menghantam Dimorphos dengan kecepatan 22.500 km/jam. Hantaman ini diharapkan cukup untuk mendorong asteroid Dimorphos dan mengubah orbitnya.
Tentang Asteroid Dimorphos
Dimorphos sebenarnya bukan asteroid yang membahayakan Bumi. Asteroid ini dipilih menjadi target karena bagian dari sistem biner dan mengorbit Didymos setiap 11 jam dan 55 menit, cukup singkat sehingga perubahan di orbitnya akan langsung terdeteksi teleskop di Bumi.
Meski Dimorphos sudah ditabrak, tugas NASA belum selesai. Puluhan teleskop yang ada di Bumi sekarang akan mengawasi Dimorphos dan Didymos selama beberapa bulan ke depan untuk melihat dampak tabrakan.
Tim DART juga akan sibuk menganalisis semua data yang dikumpulkan oleh impactor dan kamera sebelum kematian wahana antariksa tersebut.
Misi senilai Rp 4,9 triliun itu dilakukan NASA untuk mengetahui apakah manusia bisa mengubah arah asteroid. Jika berhasil, cara ini akan menjadi salah satu solusi untuk melindungi Bumi dari ancaman asteroid berbahaya.
"Ini merupakan penyelesaian yang sukses dari bagian pertama uji coba pertahanan planet pertama di dunia," kata Administrator NASA Bill Nelson, seperti dikutip dari Engadget.
"Saya yakin ini akan mengajari kita bagaimana cara melindungi planet kita sendiri dari asteroid yang akan datang suatu saat nanti. Kami menunjukkan bahwa pertahanan planet adalah upaya global dan sangat mungkin untuk menyelamatkan planet kita," sambungnya.
Simak Video "Video Badai Efisiensi Trump Mulai Hantam NASA?"
[Gambas:Video 20detik]
(sip/sip)