Nyai Saritem, Kembang Dayang Bandung yang Potretnya Terlacak di Jogja

Regional

Nyai Saritem, Kembang Dayang Bandung yang Potretnya Terlacak di Jogja

Tim detikJabar - detikJateng
Kamis, 22 Sep 2022 11:36 WIB
Potret nyonya Jawa yang disebut Nyai Saritem
Antik Potret nyonya Jawa yang disebut 'Nyai Saritem'. Foto: Ronny Mediono/Kedai Barang
Solo -

Nyai Saritem adalah nama tempat prostitusi di Bandung, Jawa Barat, yang telah ditutup sejak 18 April 2007 silam. Pada masa kolonial Belanda, popularitas lokalisasi di Gardujati itu disejajarkan dengan Dolly di Surabaya dan Sarkem di Jogja. Berikut kisahnya.

Dilansir detikJabar, Kamis (22/9/2022), belakangan ini tempat prostitusi Nyai Saritem kerap dihubungkan dengan sosok Nyai Sari Iteung atau Nyai Saritem. Nyai Saritem digambarkan sebagai sosok wanita menarik yang bersanggul dan berkebaya.

Potret Nyai Saritem akhir-akhir ini nampang di sejumlah media sosial dan portal daring. Siapa Nyai Saritem sebenarnya? Ada beberapa versi yang mengisahkan latar belakang Nyai Saritem itu. Salah satunya versi dari Ferdian Achsani dalam Salingka, Majalah Ilmiah Bahasa dan Sastra (Volume 17 Nomor 1 Edisi Juni 2020).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam Salingka, Ferdian menuliskan, Saritem adalah gadis belia yang dijadikan gundik oleh seorang meneer Belanda. Selang berapa lama, pembesar Belanda meminta Saritem mencari perempuan lain untuk menjadi teman kencan para tentara Belanda yang lajang.

Singkat cerita, lahirlah lokalisasi itu. Tak hanya prajurit Belanda yang masih lajang, para veteran lansia dan pribumi pun berdatangan. "Dari bisnis Saritem tersebut dapat dipahami bahwa perempuan sangat tertindas karena ia tidak memiliki harga diri dan dianggap sebagai pemuas nafsu," tulis Ferdian, dikutip dari detikJabar.

ADVERTISEMENT

Kisah Nyai Saritem Versi Kedua

Versi lainnya sering disampaikan oleh budayawan asal Bandung Budi Dalton. Menurut Budi, Nyai Saritem punya nama asli Nyi Mas Ayu Permatasari, istri dari seorang Belanda dan tinggal di daerah Kebon Tangkil Bandung, daerah sekitar eks lokalisasi Saritem sekarang.

Dia berpendapat, Saritem adalah wanita terhormat, jauh dari stigma pada versi pertama. Bahkan, Saritem berjuang menyelamatkan para pekerja seks komersial dari cengkeraman muncikari.

"Pelacur dari tahun 30-an suka ada di situ, pelacur itu ikut kerja di ibu itu. Tapi pelacur itu saat nyuci suka curhat, 'saya tuh sebetulnya tidak mau bekerja di sini, tapi si germo itu bilang ke ibu saya kerja dimana, tahunya di mana," tutur Budi dalam THE SOLEH SOLIHUN INTERVIEW: BUDI DALTON yang tayang di Youtube 13 Januari 2020.

Nyi Mas Ayu Permatasari, tutur Budi, kemudian menanyakan kepada pada kupu-kupu malam tersebut, apakah mau berhenti bekerja sebagai pelacur. Tentu saja, mereka berkeinginan untuk berhenti dari dunia kelam tersebut.

'Menelusuri Jejak Foto Nyai Saritem' ada di halaman selanjutnya...

"Jadi si ibu (Nyi Mas Ayu Permatasari) ini sama kaya orang tua zaman dulu, suka ngajampean (jampi-jampi), jadi dijampean, didoakan sehingga cewek-cewek itu tidak laku, sehingga dipulangkan oleh si germo, nah ibu itu yang suka murulukan teh (mantra)," kata Budi, dikutip dari detikJabar.

Sebagai bentuk penghargaan, kata Budi, nama Saritem pun diabadikan menjadi nama jalan. Jalan Saritem bisa diakses melalui Jalan Gardujati dari arah Pasirkaliki atau lewat Jalan Kelenteng bila mengarah dari Jalan Sudirman atau Alun-alun Kota Bandung.

"Beliau itu banyak jasanya, kan tidak mungkin nama cewek enggak bener dijadikan nama jalan. Dijadikan nama jalan juga pasti karena dia pelaku sejarah gitu atau pejuang, tapi ini penelitian belum selesai," ujar Budi.

Ia mengatakan, peneliti Nyai Saritem menemukan anak-anak dari Nyi Mas Ayu Permatasari di Belanda. Saat ini, kedua anaknya sudah lansia.

"Ditemukan tapi sudah tua-tua, sehingga sekarang masih coba kita kontak, untuk bisa memaparkan siapa dia, siapa itu dia, jasanya itu benar, karena ini sudah penelitian lama, yang belum itu tentang pendalaman beliau tentang hal-hal yang tidak diketahui sejak mereka pindah ke Belanda," katanya.

Budi mengatakan, Saritem lahir di Parakanmuncang Sumedang 1840 dan meninggal di Bandung 1920. Budi pun meyakini bahwa foto wanita berkebaya yang beredar di internet adalah benar Nyai Saritem atau Nyi Mas Ayu Permatasari.

"Ada beberapa foto, dan peneliti meyakini bahwa foto itu merupakan Nyai Saritem," katanya.

Setelah lokalisasi Saritem ditutup, kini berdiri pesantren Darruttaubah yang menjadi warna baru di Kebon Tangkil eks lokalisasi Saritem.

Menelusuri Jejak Foto Nyai Saritem

Soal potret wajah Nyai Saritem atau Nyi Mas Ayu Permatasari atau Nyai Saritem yang beredar di internet itu sebenarnya masih diragukan. Dari penelusuran detikJabar di internet dengan metode reverse image, foto tersebut pertama kali muncul di blog Kedai Barang Antik (https://kedaibarangantik.blogspot.com) pada 11 Januari 2011.

Foto itu diberi judul Potret Nyonya Djawa, sang pemilik blog memberikan gambaran singkat tentang foto tersebut.

"Ini foto klasik. Asli orang Indonesia. Tak sekedar pajangan, foto antik ini menyimpan banyak cerita tentang budaya dan kebiasaan adat Jawa. Sebuah pose berani untuk wanita Jawa tradisional. Ayu tenan !!," tulis admin Kedai Barang Antik.

Setelah ditelusuri, rupanya blog itu dimiliki oleh kolektor benda antik asal Ungaran, Semarang. Sang kolektor itu juga menceritakan awal mula penemuan foto saat memborong barang bekas di sebuah rumah eks pejabat kolonial tempo dulu di Yogyakarta.

Cerita Ronny Mendapatkan Foto Nyai Saritem ada di halaman selanjutnya...

Ronny, kolektor itu akrab disapa, menemukan foto yang disebut-sebut sebagai Nyai Saritem 11 tahun silam, walau demikian ia tidak mengetahui siapa sosok wanita tersebut. Foto cetakan lama itu berukuran post card atau memiliki dimensi kurang lebih 13,5 cm x 8,5 cm.

"Waktu itu kita hunting di Yogyakarta, kayak di rumah tangga gitu, kalau tidak salah yang memiliki rumah itu pensiunan militer atau kejaksaan. Terus pensiunan itu menjual perabotnya karena mereka mau pindahan anak-anaknya," ujar Ronny kepada detikJabar, 18 September 2022.

"Saya borong perabotannya kursi-kursi Belanda, ada beberapa lukisan, lukisan wanita Jawa juga, sama batik tulis, dan di sana ada beberapa foto yang dipajang, termasuk foto ini (yang disebut Nyai Saritem)," katanya menambahkan.

Ronny sendiri tidak mengetahui potret wanita itu sebenarnya. "Kalau dilihat dari kelengkapan aksesoris perhiasan yang dikenakan (kalung, giwang dan bross) sepertinya kok background priyayi Jawa," tutur Ronny.

Ronny pun memberikan bingkai baru pada potret tersebut dan kini tersimpan di galeri barang antiknya di Ungaran, Semarang. "Saya lihat itu cetakan lama, merk Agfa Photo itu yang dulu populer sebelum Jepang ke sini tahun 60-an," katanya.

Pada tahun yang sama, Ronny juga mengunggah foto tersebut di internet, tepatnya pada blog Kedai Barang Antik. "Sejauh ini saya juga belum memiliki data terkait sosok tersebut, saya tidak berani menyebut wanita itu," ujarnya.

Dilihat detikJabar, foto itu merupakan cetakan foto autentik karena di belakang foto terdapat watermark dari produsen pencetak foto Agfa. "Kemudian saya post, sekarang barangnya masih ada di galeri saya," katanya.

Halaman 2 dari 3
(dil/sip)


Hide Ads