Dampak kenaikan harga BBM bersubsidi turut dirasakan oleh ormas dan relawan di Kabupaten Klaten yang mengelola ambulans. Seperti apa curhatan mereka?
"Kenaikan harga BBM mencapai 37 persen membuat kita semua menjadi sulit. Kesulitan teknis dan non teknis," jelas koordinator Relawan Karangdowo (Rekad), Husni Thamrin, kepada detikJateng, Rabu (14/9/2022).
Husni yang juga Presidium Ambulans Muhammadiyah Jawa Tengah mengatakan kenaikan harga BBM itu menyebabkan ongkos operasional melambung.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tidak hanya BBM, tapi juga perawatan jadi lebih tinggi karena spare part naik harga. Apalagi ada isu mobil 1.500 cc harus pakai non subsidi, ini membuat sulit kami yang mengelola ambulans untuk sosial dan kebencanaan," papar Husni.
"Kami cukup prihatin dengan kenaikan harga BBM. Mobil kita itu layanan sosial, tidak bertarif dan berbayar meskipun memang ada masyarakat yang berinfak," lanjut Husni.
Menurut Husni, jumlah infak untuk ambulans itu tidak menentu dan tidak mencukupi untuk operasional setiap saat.
"Misal infaknya Rp 30.000 tetapi sekali jalan BBM kita bisa habis 5 liter dan itu Rp 50.000. Belum yang lain," kata Husni.
Husni menambahkan, aplikasi yang diharuskan pemerintah untuk mendapatkan BBM bersubsidi juga akan menambah sulit.
"Kita tambah kesulitan ketika barcode pembelian BBM bersubsidi difungsikan. Karena emergency respons harus cepat, ready 24 jam, tidak bisa antre yang di pom bensin. Sekarang antreannya luar biasa, kita mau bicara susah," imbuh Husni.
Di Klaten, sebut Husni, ada sekitar 100 ambulans yang dikelola ormas dan relawan.
"Kita berharap ada kebijakan lain dari pemerintah untuk layanan sosial. Di Karangdowo saja bulan Juni ada 80 kali layanan dan Juli sekitar 90 kali layanan. Dengan kenaikan harga BBM kerepotan luar biasa, tetapi kita tetap akan mengabdi," tambah Husni.
Sementara itu Koordinator Ambulans NU Klaten, Hasto, mengatakan pengelola ambulans gratis di Klaten pada umumnya resah dengan naiknya harga BBM.
"Dengan kenaikan harga BBM bersubsidi, teman-teman ambulans gratis ya ikut resah. Kita tidak memungut biaya, dan kita tidak komersil soalnya," ungkap Hasto saat dimintai konfirmasi detikJateng.
Senada, Direktur Dompet Sejuta Harapan (DSH) Klaten, Janu Kurniawan, mengatakan kenaikan harga BBM berdampak pada pembiayaan operasional.
"DSH Klaten mengelola 2 unit ambulans. Dampak kenaikan BBM utamanya meningkatnya biaya operasional khususnya biaya bahan bakar," jelas Janu kepada detikJateng.
(dil/rih)