Dewi Indu atau juga dikenal dengan sebutan Duhitendu Dewi merupakan seorang Raja Lasem. Dewi Indu disebut masih memiliki hubungan keluarga dengan Kerajaan Majapahit, karena ia merupakan keponakan Hayam Wuruk.
Dewi Indu memerintah Lasem di era tahun 1351 dan wafat pada 1382.
Persemayaman abu jenazah Dewi Indu berada di Dukuh Gowak, Desa Gowak, Kecamatan Lasem, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Lokasi itu kini dikeramatkan oleh warga sekitar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ketua Forum Komunikasi Masyarakat Sejarah (Fokmas) Lasem Ernantoro, anggapan Dewi Indu sebagai Raja Lasem diperkuat dengan penemuan kitab Negara Kertagama di Lombok.
"Ada satu kalimat di kitab itu yang mengungkapkan seorang raja perempuan tersohor di Lasem, bernama Duhitendu Dewi. Raja itu cantik jelita berasal dari Wilwatikta atau Majapahit," jelas Ernantoro, saat ditemui detikJateng di rumahnya, pada Jumat (9/9) sore.
Toro sapaan akrab Ketua Fokmas Lasem itu mengungkapkan, selain menjadi Raja Lasem, Dewi Indu atau Duhitendu Dewi juga termasuk dari sembilan orang anggota pertimbangan agung Majapahit.
Dari situ terlihat kedudukan Lasem sebagai negara bawahan mempunyai peran yang istimewa bagi kerajaan di atasnya (Majapahit).
"Negara bawahan yang dikuasai oleh kerabat raja (Majapahit), seperti Lasem, itu merupakan sebuah kekuatan sekaligus penopang kestabilan sosial, ekonomi, dan politik bagi kerajaan pusatnya," ujar Toro.
Menurut Toro, semasa pemerintahan Dewi Indu, Lasem sempat mencapai puncak kejayaan. Masyarakatnya dalam keadaan makmur dan sejahtera. Hal ini terbukti oleh adanya beberapa situs di Lasem, seperti bekas tempat galangan kapal dan pelabuhan kuno.
"Berkat semangat memerintahnya Dewi Indu. Banyak kalangan merasa terangkat. Misalnya nelayan-nelayan, dibuktikan oleh adanya beberapa titik situs bekas pelabuhan di Lasem. Ada tempat bekas galangan kapal juga," imbuh Ernantoro.
Kata Ernantoro, kekuatan dan peranan Lasem kian moncer setelah Dewi Indu dinikahi seorang Raja di Mataun, namanya Rajasa Wardana. Mataun sendiri merupakan kerajaan yang wilayahnya di sebelah timur Bengawan Solo, sekitar Bojonegoro-Madiun.
"Selain jadi Raja Mataun, Rajasa ini juga seorang petinggi militer angkatan laut, yang bertanggung jawab atas armada angkatan perang Majapahit. Pangkalannya ada di Pelabuhan Lasem, di Teluk Regol dan Kairingan. Salah satu dari pelabuhan tadi ada yang jadi bandar perniagaan terbesar dan sangat sibuk. Rajasa sendiri yang jadi Dampoawangnya (Syahbandarnya, red.)," pungkas Ernantoro.
(ahr/aku)