Mengintip Persemayaman Abu 'Layon' Raja Lasem dari Majapahit

Mengintip Persemayaman Abu 'Layon' Raja Lasem dari Majapahit

Mukhammad Fadlil - detikJateng
Sabtu, 10 Sep 2022 10:15 WIB
makam atau tempat persemayaman abu layon yakni abu jenazah Dewi Indu yang merupakan seorang Raja Lasem pada tahun 1351 M.
Makam atau tempat persemayaman abu 'layon' yakni abu jenazah Dewi Indu yang merupakan seorang Raja Lasem pada tahun 1351 M. Foto: Mukhammad Fadlil/detikJateng
Rembang -

Di Rembang, Jawa Tengah ada sebuah makam konon tempat persemayaman abu 'layon' yakni abu jenazah Dewi Indu. Dewi Indu dikenal merupakan seorang Raja Lasem pada tahun 1351 M.

Dewi Indu atau bisa juga disebut dengan Duhitendu Dewi memiliki hubungan darah dengan Kerajaan Majapahit, sebab Dewi Indu ini adalah keponakan Hayam Wuruk, Raja Majapahit.

Lokasi yang juga disebut dengan Situs Candi Malad itu, tepatnya berada di RT 01 RW 01, Dukuh Gowak, Desa Gowak, Kecamatan Lasem, atau sekitar delapan kilometer dari titik pusat Kecamatan Lasem.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tempatnya berada di atas perbukitan Gunung Lasem, sehingga pengunjung yang akan menuju ke sana harus melalui jalur dengan medan yang menanjak.

Kondisi jalan akses menuju ke Candi Malad lumayan rusak, namun hanya di beberapa ruas. Roda dua maupun empat bisa mengakses sampai pada lokasi candi.

ADVERTISEMENT

Disebut Candi Malad sebab warga mempercayai, bahwa di bawah bukit di mana abu jenazah Dewi Indu itu disemayamkan ada sebuah bangunan candi.

Di lokasi Candi Malad atau persemayaman abu 'layon' Dewi Indu suasananya asri dan teduh. Ada pohon beringin dengan ukuran raksasa, tepat di sebelah selatan bangunan makam.

Makam atau tempat persemayaman abu 'layon' yakni abu jenazah Dewi Indu yang merupakan seorang Raja Lasem pada tahun 1351 M.Makam atau tempat persemayaman abu 'layon' yakni abu jenazah Dewi Indu yang merupakan seorang Raja Lasem pada tahun 1351 M. Foto: Mukhammad Fadlil

Saat ini makamnya sudah tertata rapi, bangunannya mini bergaya joglo, berukuran dua meter kali dua meter dan tinggi sekitar dua setengah meter. Kelilingnya ditutup menggunakan kain berwarna hijau berenda kuning emas pada tepi kain.

Bangunan makam dikelilingi dengan pagar yang berbahan dari batu bata merah. Bentuk pagarnya menyerupai bangunan-bangunan yang khas gaya Majapahit.

Di dalam bangunan itulah, sebuah kotak berbahan tanah liat yang berisi abu jenazah Dewi Indu disemayamkan. Di dekat kotak itu terdapat bekas taburan bungan-bunga dan dupa serta ada sesaji.

Selengkapnya di halaman berikutnya...

Kata Marwi warga setempat yang merupakan juru kunci, makam itu sudah ada sejak dulu dan dikenal oleh warga dengan sebutan makam Mbah Lebho.

Makam atau tempat persemayaman abu 'layon' yakni abu jenazah Dewi Indu yang merupakan seorang Raja Lasem pada tahun 1351 M.Makam atau tempat persemayaman abu 'layon' yakni abu jenazah Dewi Indu yang merupakan seorang Raja Lasem pada tahun 1351 M. Foto: Mukhammad Fadlil/detikJateng

Tiap acara sedekah bumi yang di adakan oleh pihak desa, para warga setempat lebih dulu berdoa di lokasi persemayaman. Setelah itu, ada pertunjukan wayang kulit.

"Kalau pengunjung tidak begitu ramai, tapi ada. Yang dari jauh dari Bali, itu malah mereka rutin. Ritualnya pas sedekah bumi. Berdoa di sana, kalau pas ada rezeki ya nanggap wayang kulit di sana," tutur Marwi saat ditemui detikJateng di rumahnya, pada Jumat (9/9) sore.

Ketua Forum Komunikasi Masyarakat Sejarah (Fokmas) Lasem, Ernantoro, mengatakan kondisi bangunan Kompleks Persemayaman Abu Jenazah Dewi Indu sudah jauh lebih bagus dari sebelumnya.

Warga dan pemerhati sejarah di Lasem, sudah melakukan pemugaran pada 11 September 2015 yang lalu. Pemugaran dilakukan dengan menambahkan pagar keliling berarsitektur Majapahit dan pemasangan paving di kompleks persemayaman.

"Warga tampak greget untuk melindungi situs sejarah. Karena itu, mereka mau swadaya. Dipugar ini biar situs sejarah terlindungi dan bisa jadi objek baru pariwisata," kata Ernantoro saat ditemui detikJateng.

Halaman 2 dari 2
(apl/rih)


Hide Ads