Di wilayah Kecamatan Tegalrejo, Kabupaten Magelang, ada satu dusun yang kosong karena ditinggalkan para penghuninya. Dusun ini bernama Puntingan.
Dusun Puntingan ini masuk wilayah Desa Dlimas, Kecamatan Tegalrejo. Untuk sampai di dusun tersebut ada dua jalur yang bisa dilalui, pertama dari Balai Desa Dlimas bisa menyusuri jalan tersebut hingga sampai batas perkampungan. Kemudian menyusuri jalan setapak dengan bebatuan melewati turunan.
Kemudian akses berikutnya berputar setelah dari Balai Desa Dlimas melewati depan Kecamatan Tegalrejo, terus melalui wilayah Desa Dawung. Sebelum sampai di Dusun Puntingan tersebut akan melewati Dusun Nglarangan, Desa Dawung.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penghuni Terakhir Pindah 2020
"Penghuninya dulu kurang lebih 10 orang. Terus akhirnya pindah, satu per satu hingga akhir tahun 2020-an masih ada 1 keluarga yang dihuni 2 orang. Tapi dihuninya cuma malam karena kalau siang yang laki-laki kerja dan yang perempuan ke sawah," kata Kepala Desa Dlimas Saebani saat ditemui, Jumat (2/9/2022).
Para penghuni Dusun Puntingan, kata Saebani, ada yang merantau ke Sumatra. Kemudian ada juga yang pindah menuju dusun lainnya di Dlimas atau Dawung.
"Ya karena itu ada yang merantau ke Sumatra. Atau kalau tidak pindah ke dusun lain, Dlimas atau Dawung," ujarnya.
Alasan Kepindahan Misterius
Saebani mengaku tak tahu pasti penyebab Dusun Puntingan ditinggal penghuninya. Termasuk rumor gangguan makhluk halus di dusun itu.
"Kalau itu saya tidak tahu (diganggu makhluk halus), tapi kalau (warga) pergi dari dusun itu pas masih sehat-sehat. Cuma yang terakhir itu yang sudah tua dan sakit," tuturnya.
Sementara itu, Kepala Urusan Pelayanan Desa Dlimas, Sakdan mengatakan, Dusun Puntingan dulunya ramai. Kemudian sejak tahun 1985 penghuni dusun tersebut semakin berkurang.
"Dusun (ini) dulunya banyak masyarakatnya, tapi mulai tahun mungkin 1985 semakin berkurang-kurang. (Penyebab berkurangnya) saya sebagai warga Dlimas, kurang paham tentang kurang masyarakat," katanya.
Masyarakat Dusun Puntingan, kata dia, dulunya masuk wilayah RT 06 Dlimas. Dulunya ada sekitar 7 kepala keluarga (KK) yang menghuni di dusun tersebut.
Puntingan disebut dusun mati, simak selengkapnya di halaman berikutnya..
![]() |
Sisakan Musala-Puing Bangunan
Dusun Puntingan menyisakan puing bangunan dan sebuah musala yang hingga kini masih dimanfaatkan warga.
Pantauan detikJateng, untuk sampai dusun tersebut melewati jalan setapak berupa bebatuan. Kendati demikian, perlu ekstra hati-hati karena melewati jalan di tengah rerimbunan pohon bambu.
Setibanya di lokasi yang terlihat ada dua bekas bangunan rumah yang sudah ditinggalkan penghuninya. Dari dua bangunan tersebut, ada satu rumah yang atap dan kerangkanya sudah dibongkar, namun ada satu rumah bagian depan atapnya belum dibongkar. Untuk rumah yang ini di bagian belakang sudah mulai tertutup dengan rerumputan.
Selain itu, ada satu bangunan musala yang hingga saat ini masih dimanfaatkan warga. Mereka yang memanfaatkan musala tersebut meliputi warga setempat yang berkebun maupun para peziarah menuju Makam Raden Saleh. Untuk lokasi makam tersebut tak jauh dari Dusun Puntingan.
"(akses jalan) Iya agak sulit dulu akses masuk hanya jalan setapak paling selebar 1,5 meter. Kanan-kirinya pohon teh-tehan," kata Kepala Urusan Pelayanan Desa Dlimas, Sakdan saat ditemui di lokasi Dusun Puntingan, Jumat (2/9).
Tak jauh dari Dusun Puntingan ada gumuk. Lokasi gumuk berada di sebelah makam.
"Gumuk ini kalau orang bilang angker. Sebelah makam itu ada gumuk di tengahnya ada pohon pakel. Kalau sini (Puntingan) malah nggak," tuturnya.
Disebut Dusun Mati
Sementara itu, Kepala Desa Dlimas Saebani menambahkan sebelum kemerdekaan Desa Dlimas sudah ada. Sejak saat itu juga Dusun Puntingan sudah masuk ke wilayah Desa Dlimas.
"Dusun itu sampai sekarang tetap ada data wilayahnya di Desa Dlimas, cuma nggak ada penghuninya. Akses dengan dusun terdekatnya Dusun Dlimas sekitar 300 meter. Disebut dusun mati karena penduduknya sudah tidak ada terus akhirnya disebut dusun mati," katanya.
Alasan Kepindahan Warga
Warga menyebut penghuni dusun itu pindah karena tak kerasan. Apa penyebabnya?
Pantauan detikJateng, suasana di Dusun Puntingan lengang. Namun ada juga warga yang tengah beraktivitas di bekas dusun ini.
"Kalau siang agak ramai orang aktivitas di kebun, tapi kalau sudah jam 5 sore sepi. Apalagi kalau musim-musim hujan. Mungkin yang punya lahan di sekitar sini berani ke sini, tapi kalau sudah jam 5 pulang. Kalau sendiri nggak berani. Nggak ada penerangan juga. Yang digunakan sekarang tinggal musala," kata Kepala Urusan Pelayanan Desa Dlimas, Sakdan saat ditemui di lokasi, Jumat (2/9).
Pihaknya tidak mengetahui penyebab para penghuni Dusun Puntingan tersebut meninggalkan lokasi. Dulunya juga ramai, namun semenjak para penghuni pindah menjadi sepi.
"Kalau saya sebagai warga Dlimas, mungkin kurang paham tentang kurang masyarakat. Ya dulunya ramai ketika masih ada rumah sekitar 7 atau 6 itu ramai, masyarakat juga ramai. Dulunya orang Puntingan itu kegiatan mingguan atau bulanan tetap ikut masyarakat Dlimas RT 06," ujarnya.
Karena Tak Kerasan
Sementara itu menurut warga Dusun Nglarangan Desa Dawung, Muhtar mengatakan kepindahan warga dusun tersebut karena tidak kerasan.
"Ya karena tidak kerasan atau bagaimana. (nggak kerasan) Kira-kira menurut yang menghuni di situ kiranya angker yang menjadikan tidak kerasan," pungkasnya.
Sementara itu, Kepala Desa Dlimas Saebani mengatakan, dulunya Dusun Puntingan penghuninya banyak, semakin berkurang seiring berjalannya waktu.
"Cerita itu dulu pada waktu Belanda karena puntingan itu juga rumah-rumahnya banyak, tapi setelah ganti tahun penghuni sama pindah, meninggal. Akhirnya sampai semua penghuninya tidak ada yang berani menghuni di wilayah Puntingan," tuturnya.
"(nggak berani) Ya dikarenakan memang orang tuanya sudah meninggal dengan adanya pergantian zaman itu anak-anaknya itu sama pindah ke ada Sumatera, ada yang ke dusun sebelah, seperti itu," tuturnya.
Saat disinggung apakah kepentingan karena diganggu makhluk halus, kata dia, tidak mengetahuinya.
"Kalau itu saya tidak tahu, tapi kalau (warga) pergi dari dusun itu pas masih sehat-sehat. Cuma yang terakhir itu yang sudah tua dan sakit," katanya.