Kasus pembunuhan Brigadir J atau Nofriansyah Yoshua Hutabarat menyita perhatian publik. Terdapat beberapa kejanggalan di awal penyelidikan kasus tersebut.
Di dalam kasus itu juga terlihat bahwa para tersangka, terutama Irjen Ferdy Sambo dan istrinya, Putri Candrawathi, dikelilingi dengan cukup banyak ajudan.
Korban dalam kasus tersebut adalah Brigadir J yang merupakan ajudan Ferdy Sambo. Salah satu tersangka, Bharada E juga merupakan ajudan Sambo. Sedangkan tersangka lainnya, Brigadir R merupakan ajudan Putri.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebenarnya, apa saja tugas dan tanggung jawab seorang ajudan?
Pada awalnya, ajudan dikenal dalam dunia militer. Seringkali ajudan disebut dengan istilah ADC.
Dalam buku yang berjudul Ajudan Setia dan Pemberani, Iip Hidajat menulis pekerjaan ajudan pada awalnya dikenal di dunia militer di Prancis. Saat itu ajudan disebut dengan ADC, yang merupakan kependekan dari Aide de Camp atau pembantu di barak.
Pada awalnya, tulis dia, ajudan hanya dituntut mengurusi masalah administrasi. Hal itu membuat sosok ajudan justru bukan berasal dari prajurit.
Pada perkembangannya, termasuk di Indonesia, ajudan tidak hanya digunakan di dunia militer. Para pejabat sipil juga banyak yang memiliki ajudan.
Dalam buku tersebut Iip juga menulis bahwa pekerjaan seorang ajudan sangat berat. Ajudan harus benar-benar paham mengenai aturan protokoler.
Selain itu, keberadaan ajudan menjadi sangat penting berkaitan dengan padatnya aktivitas seorang pejabat. Mulai dari mengatur jadwal kegiatan, pengawalan, mengatur tamu, hingga hal-hal yang terkesan remeh seperti mempersiapkan santapan.
Penulis buku yang pernah menjadi seorang ajudan di sebuah departemen itu menyebut seorang ajudan harus memiliki kondisi tubuh yang prima. Tugasnya yang sangat penting membuat mereka dituntut untuk selalu sehat dan tidak sakit.
Teladan Seorang Ajudan
Indonesia pernah memiliki sosok seorang ajudan yang memiliki jiwa kepahlawanan. Dia rela mati untuk keselamatan pejabat yang dilayaninya.
Ajudan itu adalah Lettu CPM Pierre Tendean, seorang ajudan dari Jenderal AH Nasution. Dia rela diculik dan dibunuh oleh kelompok PKI demi menyelamatkan pejabat yang dilayaninya.
Dikutip dari buku Pierre Tendean yang diterbitkan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, dengan gagah berani Pierre Tendean seorang diri menghadapi gerombolan yang hendak menculik AH Nasution.
Saat Pierre Tendean keluar, gerombolan yang sebenarnya belum pernah melihat wajah AH Nasution itu sempat membentaknya dan menanyakan identitasnya.
"Saya ajudan Jenderal Nasution," kata Pierre Tendean, dikutip dari buku tersebut.
Rupanya, gerombolan penculik itu tidak cermat mendengarnya. Dia menyangka bahwa sosok pemberani itu adalah Nasution. Pierre Tendean lantas diculik dan dibawa ke Lubang Buaya kemudian dibunuh.
(ahr/rih)