Banyak HP di Kasus Pembunuhan Brigadir J Diganti, Ponsel Yoshua Masih Misterius

Nasional

Banyak HP di Kasus Pembunuhan Brigadir J Diganti, Ponsel Yoshua Masih Misterius

Tim detikNews - detikJateng
Senin, 22 Agu 2022 16:52 WIB
Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) memeriksa sejumlah pihak dari tim Ditsiber dan Labfor Mabes Polri terkait kasus penembakan Brigadir Nofriansyah Yoshua Hutabarat atau Brigadir J. Setelah pemeriksaan, Komnas HAM menunjukkan foto pemeriksaan perangkat digital atau gawai terkait kasus penembakan Brigadir Yoshua.

Komisioner Komnas HAM Choriul Anam atau Cak Anam bersam tim Komnas HAM menunjukkan sejumlah foto di hadapan wartawan, di kantor Komnas HAM, Jakarta Pusat, Rabu (27/7/2022). Foto yang ditunjukkan yaitu berisi sejumlah telepon genggam atau handphone (HP).
Komnas HAM tunjukkan foto pemeriksaan digital kasus Brigadir J. (Foto: Anggi Muliawati/detikcom).
Solo -

Fakta baru terungkap dalam kasus pembunuhan Brigadir Nopriansyah Yoshua Hutabarat atau Brigadir J. Komnas HAM membeberkan fakta bahwa banyak HP di kasus tersebut yang ternyata sudah diganti.

Selain itu, hingga kini ponsel milik Brigadir J masih misterius atau belum ditemukan. Diduga, Irjen Ferdy Sambo lah yang meminta HP-HP ini agar diganti.

Hal itu diungkap oleh Komisioner Komnas HAM, Choirul Anam, dalam rapat dengan Komisi III DPR di gedung DPR, Jakarta, Senin (22/8/2022) dilansir detikNews.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Komnas HAM mengungkapkan hasil penelusuran atas jejak digital HP terkait komunikasi Brigadir J dan pacarnya, Vera. Diketahui memang sempat ada ancaman pembunuhan dari skuad lama yang ternyata Kuat Ma'ruf, ART Irjen Ferdy Sambo.

"Karena ini ada komunikasi dan sebagainya, kami minta ada rekaman jejak digital di situ yang kami tanyakan ke teman-teman timsus. Saya berkomunikasi dengan Pak Irwasun," ujar Choirul Anam.

ADVERTISEMENT

"Tolong minta supaya ini HP-HP dihadirkan yang sudah disita polisi, minta raw material-nya. Di situlah kami mendapat banyak hal. Termasuk komunikasi dengan Vera, betul ada komunikasi (ancaman pembunuhan) seperti itu," lanjutnya.

Dia juga mengungkap bahwa memang betul ada komunikasi yang menunjukkan Brigadir J menangis. Namun hal ini tidak terkait dengan kasus.

"Betul juga ada nangis-nangis, itu urusan pribadi nggak ada urusan dengan kematian," tuturnya.

Penelusuran pun berlanjut. Namun ternyata sudah banyak HP yang sudah diganti.

"Merangsek lagi kami. Karena ADC (analog to digital conversion) ini ketika ditanya mana HP-nya dan sebagainya. Tetapi HP-nya seperti yang dijelaskan Pak Ketua, sudah banyak yang diganti," ujarnya.

Tidak hanya HP yang diganti, rekam jejak digital HP juga tidak ada.

"Tidak hanya pergantian HP, tetapi juga rekam jejak digital HP-nya juga nggak ada. Nah itu catatan kami. Nah itu berangkatnya dari komunikasi Yoshua dan Vera," ungkapnya.

Grup WA Dihapus

Selain itu, ada grup WhatsApp (WA) yang tidak tidak ada. Choirul Anam mengatakan hilangnya grup WA ini perlu dilacak.

"Ada beberapa grup WA dalam catatan kami ada 3 grup WA. Yang itu dulunya pernah ada. Tapi nggak ada karena HP-nya ganti. Terus ada, yang 10 ke bawah nggak ada lagi komunikasi dan sebagainya. Itu yang menurut kami jadi penting untuk dilacak," ujarnya.

Lebih lanjut, Anam menjelaskan bahwa fisik HP Yoshua tiba-tiba tidak ada. Bahkan hingga saat ini HP milik Yoshua belum ditemukan.

"Yang kedua memang fisik HP-nya juga hilang. Jadi fisik HP-nya ini tiba-tiba nggak ada. Nggak hanya HP-nya Yoshua. HP-nya Yoshua sampai sekarang belum ketemu," tuturnya.

Siapa yang melakukan penggantian HP? Berdasarkan informasi yang didapatkan detikcom, Irjen Ferdy Sambo meminta kepada pihak-pihak yang terlibat dalam pembunuhan berencana ini untuk mengganti HP lama dengan HP baru. Hal ini dilakukan agar jejak percakapan mereka tidak terlacak.

Baca Barang Bukti Dilenyapkan di halaman berikutnya...

Barang Bukti Dilenyapkan

Komnas HAM pun telah mengantongi bukti-bukti komunikasi HP.

"Kalau Pak Topan bilang komunikasi HP dengan HP dan lain sebagainya, kami juga mendapatkan salah satu yang juga penting adalah perintah untuk terkait barang bukti, itu supaya dihilangkan jejaknya. itu juga ada," kata Choirul Anam.

"Jadi jejak digital itu kami mendapatkan," sambungnya menegaskan.

Anam mengatakan, atas dasar itulah Komnas HAM meyakini adanya upaya obstraction of justice sejak awal. Ini yang membuat pengungkapan kasus pembunuhan Brigadir Yoshua jadi terhambat.

Anam menambahkan, penyidik Polri memang menyatakan telah mendapatkan rekaman CCTV terkait pembunuhan Brigadir Yoshua di rumah dinas Irjen Ferdy Sambo di Duren Tiga, Jakarta Selatan. Namun itu adalah CCTV di pos sekuriti, bukan di dalam rumah dinas tersebut.

"Di dalam rumah ada CCTV yang penting, tapi itu tidak berfungsi karena decoder-nya berdasarkan foto yang kami dapatkan juga, itu sudah berantakan," jelas Anam.

Halaman 2 dari 2
(apl/apl)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads