Cara Petani Puncak Merapi di Klaten Basmi Hama Uret dengan Dijadikan Lauk

Cara Petani Puncak Merapi di Klaten Basmi Hama Uret dengan Dijadikan Lauk

Achmad Hussein Syauqi - detikJateng
Minggu, 21 Agu 2022 13:57 WIB
Hama uret besarnya seibu jari yang menyerang tanaman palawija di Jatinom, Klaten. Foto diunggah Minggu (21/8/2022).
Hama uret besarnya seibu jari yang menyerang tanaman palawija di Jatinom, Klaten. (Foto: Achmad Hussein Syauqi/detikJateng)
Klaten -

Hama uret atau gayas membuat pusing petani di Kecamatan Jatinom dan Karangnongko, Klaten, Jawa Tengah. Tapi petani di kawasan puncak Gunung Merapi Desa Tegalmulyo, Kecamatan Kemalang, Klaten punya cara unik mengatasi hama uret yakni dengan menyantapnya.

"Biasanya saat warga pada mencangkul, uret dikumpulkan. Lalu digoreng, apalagi yang sudah jadi kepompong enaknya ngepol (luar biasa)," tutur koordinasi Organisasi Pengurangan Risiko Bencana (OPRB) Desa Tegalmulyo, Subur, kepada detikJateng, Minggu (21/8/2022).

Subur menjelaskan kebiasaan memakan uret sudah berlangsung turun-temurun.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sebagian masih ada yang mau makan uret. Tapi kalau mencari untuk kebutuhan hidup tidak lagi, paling saat kebetulan mencangkul ada uret diambil," terang Subur.

Untuk memasak uret, terang Subur, tidak terlalu repot. Uret yang biasanya diambil yakni sudah menguning menjelang berubah kepompong. Dia mengatakan jika dibiarkan berubah menjadi kumbang juga merepotkan petani.

ADVERTISEMENT

"Yang sudah kuning tinggal diambil tapi yang masih ada tanah di perutnya tinggal dipotong. Memasaknya tidak repot, tinggal diberi garam lalu digoreng," papar Subur.

"Untuk menyeimbangkan populasi, selain diambil juga dimasak. Sebab jika sudah jadi breng (kumbang dewasa) sulit mengatasi, mereka akan menyerang pucuk tanaman, sekali bertelur bisa ratusan," pungkas Subur.

Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kecamatan Kemalang, Priyono, mengatakan uret dijadikan menu kuliner adalah cara petani membasmi hama secara alami. Cara memasaknya juga tidak ada cara khusus.

"Itu pembasmian secara alami, biasanya dicangkul, dikumpulkan lalu digoreng. Yang dicari yang sudah menguning hendak jadi kepompong kumbang," jelas Priyono kepada detikJateng.

Kepala Desa Tegalmulyo, Kecamatan Kemalang, Sutarno, membenarkan ada kebiasaan warganya tersebut. Saat musim uret, sejumlah warga mencangkul mencarinya.

"Dicangkul, dikumpulkan lalu digoreng. Yang uret sudah menguning rasanya lebih enak," ungkap Sutarno kepada detikJateng.

Sebelumnya diberitakan, serangan hama uret atau gayas mengganas di beberapa wilayah Kecamatan Jatinom dan Karangnongko, Klaten. Serangan hama itu membuat petani palawija pusing karena hasil panennya anjlok.

"Normalnya satu pohon ketela itu kalau panen isinya 5 kilogram. Kali ini maksimal cuma dapat 2 kilogram, pusing kalau dipikir," ungkap Supadi (55) petani warga Desa Blimbing, Kecamatan Karangnongko kepada detikJateng di sawahnya, Rabu (3/8).

Dijelaskan Supadi, serangan uret itu baru tahun ini terjadi di desanya. Binatang seukuran jempol tangan itu menyerang ketela maupun pohonnya.

"Ketela pohon (singkong) kalau diserang buahnya jadi berlubang dan busuk. Kalau menyerang pohon, kulit pohon dimakan sehingga tanaman mati," paparnya.




(sip/sip)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads