Ternyata! Prof Supomo Perumus UUD 1945 Juga Seorang Penari Keraton Solo

Ternyata! Prof Supomo Perumus UUD 1945 Juga Seorang Penari Keraton Solo

Tim detikJateng - detikJateng
Selasa, 09 Agu 2022 16:15 WIB
Prof Supomo dalam pagelaran tari di Paris tahun 1926. Sumber foto dari buku Prof. Mr. Dr. R. Supomo karya AT Soegito (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1979).
Prof Supomo dalam pagelaran tari di Paris tahun 1926. Sumber foto dari buku Prof. Mr. Dr. R. Supomo karya AT Soegito yang diterbitkan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan pada 1979. Foto: dok. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Solo -

Prof Mr Dr R Supomo adalah pahlawan nasional yang akrab disebut Bapak Konstitusi. Sebelum menjadi tokoh kunci perumus UUD 1945 maupun UUDS 1950, Supomo yang lahir di Sukoharjo, Jawa Tengah, pada 22 Januari 1903 ini ternyata dikenal sebagai penari Keraton Solo. Bahkan dia pernah pentas di Paris pada 1926. Berikut kisahnya.

1. Perjalanan Tari Supomo di Solo-Prancis

Supomo adalah putra sulung Raden Tumenggung Wignyodipuro, Bupati Anom Inspektur Hasil Negeri Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Meski lahir dan tumbuh dalam keluarga bangsawan, Supomo tak berjiwa feodal.

Siapa sangka, sejak kecil Supomo ternyata dibimbing oleh Pangeran Sumodiningrat, seniman Keraton Solo yang terkenal pada masa itu. Maka itu tak heran jika Supomo muda dijuluki penari keraton oleh teman-teman sebayanya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Semasa remaja, Supomo rutin berlatih tari dan karawitan bersama teman-temannya. Sejumlah teman Supomo itu kemudian juga dikenal sebagai tokoh bangsa seperti Prof Suripto, Prof Mr Sunario, Drs Susanto Tirtiprojo SH, Prof Dr R Purbacaraka, Prof Dr Mr Wiryono Projodikoro, Mr Suyudi, dan yang lain.

Dikutip dari buku Prof. Mr. Dr. R. Supomo karya AT Soegito (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1979), dalam hal tari Supomo tak cuma jago kandang. Bahkan, Supomo bersama temannya Wiyono Projodikoro pernah mementaskan Tari Panji di Kota Paris, Prancis, pada 1926.

ADVERTISEMENT

Menariknya, pementasan tari Supomo dan Wiyono saat itu bersamaan dengan pidato inaugurasi Mohammad Hatta sebagai Ketua Perhimpunan Indonesia, pergerakan nasional mahasiswa Indonesia di Belanda. Pidato bersejarah itu berjudul Struktur Ekonomi Dunia dan Konflik Kekuatan.

Dalam pidato inaugurasi Moh Hatta itu hadir juga Duta Besar Belanda, Dr London. Saking kagumnya pada totalitas penampilan Supomo dan Wiryono saat menari, London pun meminta keduanya mementaskan tari lagi pada tahun berikutnya.

2. Kiprah Supomo di Ilmu Hukum

Miris melihat kondisi bangsanya yang tertindas dan terjajah pada masa kolonial Belanda, Supomo muda memutuskan untuk melanjutkan pendidikan dengan fokus pada ilmu hukum.

Jejak karier Supomo sebagai penegak keadilan dimulai pada 16 Mei 1923, yaitu saat ia diangkat sebagai pegawai negeri dan diperbantukan kepada Ketua Pengadilan Negeri di Sragen.

Sejak itulah dia mulai tertarik dengan hukum adat di Solo dan Sragen, mengingat kakeknya (RT Wirjodiprodjo) dulu menjabat Bupati Nayaka Sragen. Selain itu, Supomo juga berniat meneruskan penelitiannya terhadap nilai-nilai luhur dalam tradisi masyarakat Indonesia.

Supomo muda kemudian melanjutkan studi ilmu hukumnya di Leiden, Belanda. Di Belanda, dia juga aktif dalam Perhimpunan Indonesia atau Indonesiche Vereniging yang mengemban misi mewujudkan kemerdekaan Indonesia.

Pada usia 24 tahun, Supomo meraih gelar sarjana hukum. Pada usia 35 tahun, Supomo diangkat sebagai guru besar dalam Ilmu Hukum. "Bahkan, beliau adalah profesor pertama dalam Hukum Adat (Soegito, 1979:1)."




(dil/rih)


Hide Ads