Sebelum menjadi prajurit dan salah satu pemimpin perjuangan kemerdekaan, Jenderal Soedirman semasa mudanya ternyata aktivis penggerak koperasi rakyat di Cilacap Jawa Tengah. Berikut kisah Soedirman dan koperasi independen bentukannya demi mencegah kelaparan pada masa awal pendudukan Jepang.
Soedirman lahir di Desa Bodaskarangjati, Kecamatan Rembang, Purbalingga, Jawa Tengah, pada 24 Januari 1916. Ayahnya, Karsid Kartawijaya, adalah pedagang genteng keliling.
Kisah masa kecil Soedirman berawal ketika kedua orang tuanya yang hidup serba kekurangan mendatangi R Tjokrosunaryo untuk meminta pekerjaan. Tjokrosunaryo adalah kakak ipar ibu Soedirman, Siyem. Dia punya tiga istri yang tinggal serumah tapi belum dikaruniai momongan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Izinkan saya menganggap Soedirman sebagai anak saya sendiri. Biarkanlah saya merawat dan menyekolahkannya. Mudah-mudahan kelak Soedirman menjadi orang yang pintar dan berguna," pinta R Tjokrosunaryo, Asisten Wedana (Camat) Rembang kepada Karsid dan Siyem, dikutip dari buku biografi Jenderal Sudirman (Departemen Sosial RI, 2008).
Singkat cerita, permintaan Tjokrosunaryo untuk mengangkat Soedirman sebagai anaknya itu diizinkan. Karsid dan Siyem pun ikut tinggal dan bekerja di rumah R Tjokrosunaryo. Setelah R Tjokrosunaryo pensiun, mereka pindah ke Cilacap. Pada 1918, lahir adik satu-satunya Soedirman bernama Muhammad Samingan.
Pada usia 7 tahun Soedirman masuk Hollandsche School (HIS) Cilacap. Lulus pada 1930, Soedirman melanjutkan ke Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) pada 1932. Setahun kemudian, Soedirman pindah ke Perguruan Parama Wiworo Tomo dan lulus pada 1935.
Dikenal sebagai siswa yang cerdas, Soedirman punya minat besar pada pelajaran Bahasa Inggris, Ilmu Tata Negara, Sejarah, dan Agama Islam. Soedirman muda juga aktif di organisasi kepanduan (sekarang Pramuka) dan Hizbul Wathon yang diasuh Muhammadiyah. Soedirman kemudian menjadi guru di HIS Muhammadiyah.
Pada 1936, Soedirman menikah dengan Siti Alfiah dan dikaruniai 7 anak. Pada masa awal pendudukan Jepang, sekolah tempat Soedirman sempat ditutup. Kemudian, Soedirman dan beberapa temannya mendirikan koperasi dagang Perbi. Inspirasinya secara tidak langsung diilhami dari mertua Soedirman yang pedagang batik.
Melalui Perbi itulah Soedirman berusaha mengumpulkan bahan makanan dan keperluan sehari-hari untuk dijual murah. Perjuangan Soedirman dan Perbi ini menginspirasi lahirnya sejumlah koperasi serupa di Cilacap.
Karena sebagian koperasi itu justru berlomba mencari keuntungan, Soedirman kemudian mengumpulkan para pengurusnya dalam suatu rapat. Hasilnya, seluruh koperasi di Cilacap pada masa itu bersatu dalam wadah Persatuan Koperasi Indonesia Wijayakusuma.
Di saat rakyat semakin kesulitan mencari bahan pangan, Soedirman mulai aktif membina Badan Pengurus Makanan Rakyat (BPMR). BPMR bergerak mengumpulkan dan mendistribusikan bahan pangan demi mencegah bencana kelaparan di Cilacap. BPMR dikelola rakyat secara independen alias bukan bentukan Jepang.
Melihat sepak terjang Soedirman serta kecakapannya dalam memimpin organisasi, pada 1943, Jepang mengangkatnya jadi anggota Syu Sangikai (semacam dewan pertimbangan keresidenan) Banyumas.
Setelah Jepang semakin terdesak oleh Sekutu, pada Oktober 1943, pemerintah pendudukan Jepang membentuk tantara Pembela Tanah Air (PETA). Sebagai tokoh masyarakat, Soedirman pun ditunjuk untuk mengikuti pelatihan PETA angkatan kedua di Bogor.
Selesai pendidikan di Bogor, Soedirman diangkat menjadi Daidanco (Komandan Batalyon) berkedudukan di Kroya, banyumas. Dari situlah Soedirman memulai kariernya sebagai prajurit dan selanjutnya memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
(dil/rih)