Kisah Kiai Mulat yang Makamnya Nyempil di Tengah Kampung Gladag Klaten

Kisah Kiai Mulat yang Makamnya Nyempil di Tengah Kampung Gladag Klaten

Achmad Hussein Syauqi - detikJateng
Minggu, 07 Agu 2022 12:42 WIB
Makam Kiai Mulat di tengah kampung Gladag, Kota Klaten, Sabtu (7/8/2022).
Makam Kiai Mulat di tengah kampung Gladag, Kota Klaten, Sabtu (7/8/2022). (Foto: Achmad Hussein Syauqi/detikJateng)
Klaten -

Tiga makam kuno berada di tengah kampung padat penduduk pusat kota Klaten, Jawa Tengah. Salah satu makam yang berada di Kampung Gladag, Kelurahan Kabupaten, Kecamatan Klaten Tengah, Klaten itu dipercaya sebagai imilik seseorang bernama Kiai Mulat.

Pantauan detikJateng, Sabtu (6/8/2022), tidak ada papan atau satu huruf pun di tempat pemakaman itu yang menyebut nama. Area tersebut hanya berukuran 3x3 meter.

Di kanan kiri, depan dan belakang makam itu langsung tampak jejeran rumah petak warga. Rumah-rumah sederhana itu mengepung tiga kuburan bernisan batu andesit yang mulai lapuk.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Nisan makam yang berada di tengah dan paling timur batunya sudah mulai rusak. Namun satu nisan yang di posisi paling barat, kondisinya masih utuh.

Tepat di atas makam berdiri pohon mentaos besar yang tingginya menjulang melebihi permukiman warga di sekitarnya. Sebagai pembatas dengan rumah warga, kompleks makam itu dipagar besi.

ADVERTISEMENT

"Ini makam eyang Mulat. Yang ini (nisan barat) eyang Mulat, di sebelahnya adalah istrinya dan paling timur abadinya," ungkap warga setempat Saini (68) kepada detikJateng, kemarin.

Berdasarkan cerita turun temurun, kata Saini, Kiai Mulat merupakan seorang abdi keraton yang ditugaskan di Klaten. Sosoknya masih bersaudara dengan Kiai Melati (dikenal cikal bakal Kota Klaten).

"Kiai Mulat punggawa keraton, masih bersaudara dengan Kiai Melati yang dimakamkan di Skalekan. Ini lebih tua dari Kiai Melati," sebut Saini.

Menurut Saini, makam Kiai Mulat beserta istri dan seorang abdinya tersebut masih sering diziarahi. Biasanya hari Selasa Kliwon.

"Masih diziarahi tapi (peziarah datang) dari jauh, ada dari Lampung. Biasanya malam Selasa Kliwon tapi tidak banyak," ucap Saini.

Makam Kiai Mulat, cerita Saini, sudah ada sebelum permukiman terbentuk. Dia menyebut kawasan tersebut dulunya area pemakaman umum.

"Ini dulu kan kuburan umum, ada juga makam (bong) orang Belanda. Tapi semua makamnya sudah tidak ada karena berganti rumah semua, tinggal tiga ini," jelas Saini.

Simak selengkapnya di halaman berikutnya...

Partini (58) salah seorang warga yang rumahnya berhimpitan dengan makam mengatakan makam itu masih diziarahi. Biasanya peziarah datang pada malam Selasa Kliwon dan Jumat Kliwon.

"Yang datang ya dari Jogja, Solo dan lainnya. Tapi dari jauh-jauh, orang sini malah tidak ada," ungkap Partini kepada detikJateng.

Pegiat sejarah Kabupaten Klaten, Yoan, menambahkan dia pernah mengkaji makam Kiai Mulat tersebut. Makam di barat daya makam Kiai Melati tersebut cukup tua.

"Makam itu (Kiai Mulat) nisannya berlanggam Amangkuratan atau Hanyakrakusuman periode 1700-1800 an. Dulunya kompleks makam tapi kini jadi permukiman," jelas Yoan kepada detikJateng.

Diwawancarai terpisah, Kepala Dinas Kebudayaan Pemuda Olahraga dan Pariwisata Pemkab Klaten, Sri Nugroho, menyatakan belum ada catatan dan data soal makam Kiai Mulat tersebut. Dinas disebutnya masih terus mendata.

"Saat kegiatan sarasehan sudah kami infokan apabila terdapat cagar budaya yang di anggap tua untuk melaporkan. Kami masih banyak menggali sejarah yang ada di Klaten," terang Sri Nugroho saat diminta konfirmasi detikJateng.

Halaman selanjutnya, kompleks pemakaman Belanda (kerkoft)...

Kampung Gladak, Kalurahan Kabupaten, Kecamatan Klaten Tengah, Klaten, tidak hanya menyimpan misteri makam Kiai Mulat. Tetapi kampung tersebut ternyata awalnya adalah kompleks pemakaman Belanda (kerkoft) dan umum.

"Sini dulu bong Londo (kuburan Belanda/kerkoft), baratnya makam umum. Makam sudah tidak ada, sudah jadi rumah semua," tutur salah satu warga setempat, Saini (68), kepada detikJateng, Sabtu (5/8/2022).

Diceritakan Saini, konon pemakaman tersebut awalnya bernama Glagahwangi. Meskipun bermukim di atas bekas kuburan, warga sudah biasa.

"Warga sini sudah biasa, tidak takut. Dulu katanya di sini makam dan banyak pohon," terang Saini.

Selain makam Kiai Mulat, imbuh Saini, di jalan gang kampung masih ada satu makam. Makam tersebut merupakan makam nenek buyut kakak iparnya.

"Makam nenek buyut kakak ipar saya, tapi saya tidak ingat lagi namanya. Hanya tinggal satu itu yang masih ada," imbuh Saini.

Permukiman warga Kampung Gladag, Kota Klaten, dulunya pemakaman kuno, Minggu (7/8/2022).Permukiman warga Kampung Gladag, Kota Klaten, dulunya pemakaman kuno, Minggu (7/8/2022). Foto: Achmad Hussein Syauqi/detikJateng

Pantauan di lokasi, makam yang dimaksud Saini itu berada di jalan gang masuk kampung. Di gang yang lebarnya sekitar dua meter tersebut ada tembok makam berkeramik merah.

Panjangnya sekitar dua meter. Sekilas tidak seperti kuburan tetapi menyerupai tembok untuk duduk-duduk karena tidak ada kepala nisan atau tulisannya.

Hernis (34) warga setempat mengatakan dulu konon banyak makam. Bahkan yang sekarang jadi kamar rumah warga dulu konon adalah kuburan.

"Dalam sini juga makam, tapi sudah diratakan. Di sana ada dua, sini dulu banyak makam, tapi warga sudah biasa," ungkap Hernis kepada detikJateng.

Halaman 2 dari 3


Simak Video "Video: Mendes Yandri Susul Zulhas Tinjau Lokasi Peluncuran Kopdes Merah Putih"
[Gambas:Video 20detik]
(sip/rih)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads