Demi Jaga Kearifan Lokal, Warga Rahtawu Kudus Bikin Kampung Adat Semliro

Demi Jaga Kearifan Lokal, Warga Rahtawu Kudus Bikin Kampung Adat Semliro

Dian Utoro Aji - detikJateng
Jumat, 08 Jul 2022 21:52 WIB
Peresmian Kampung Adat Semliro di Desa Rahtawu Kecamatan Gebog, Kudus, Jumat (8/7/2022).
Peresmian Kampung Adat Semliro di Desa Rahtawu Kecamatan Gebog, Kudus, Jumat (8/7/2022). (Foto: Dian Utoro Aji/detikcom)
KUdus -

Warga Desa Rahtawu Kecamatan Gebog, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah membentuk kampung adat Semliro. Ini sebagai upaya untuk membentengi banyaknya investor yang akan masuk di Desa Rahtawu.

Pembentukan kampung adat ini ditandai dengan peresmian pertapaan Eyang Patih Gajah Mada Sapto Hargo di Dukuh Semliro Desa Rahtawu Kecamatan Gebog.

Tetua Kampung Adat Semliro Saidi mengatakan imbas perkembangan pariwisata di Rahtawu selain dampak positif juga negatif. Menurutnya banyak tanah di Rahtawu yang dibeli oleh orang luar daerah. Warga khawatir jika hal tersebut berlangsung terus menerus warga asli Rahtawu akan kehilangan budaya dan asetnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Terjadi daya tarik tidak lepas terhadap ketertarikan budaya yang ada di Rahtawu yang menjadi konsen kami ke depan, sehingga beberapa tahun yang lalu berinisiatif untuk berembuk tentang keberlangsungan pariwisata di Rahtawu," urai Saidi dalam sambutannya di hadapan warga di Dukuh Semliro Desa Rahtawu, Jumat (8/7/2022).

"Yang terjadi banyak tanah yang sudah terbeli di luar warga Rahtawu yang tidak bisa dibendung lagi, kami tidak tahu maksud dan tujuan untuk membeli aset di Rahtawu. Setiap orang memiliki tujuan masing-masing," imbuhnya.

ADVERTISEMENT

Oleh karena itu, kata dia, warga Dukuh Semliro membentuk kampung adat. Kampung adat itu diberi nama Kampung Adat Semliro. Saidi berharap agar kampung adat ini bisa membendung masuknya investor luar secara besar-besaran.

"Maka yang kami khawatirkan, tapi di sisi lain kami tidak bisa membendung keinginan mereka maka hasil musyarawah warga Desa Rahtawu pertama membentuk kampung adat untuk menjaga konservasi alam akibat perkembangan pariwisata ini. Maka kami lah pertahanan terakhir untuk menjaga konservasi khususnya di Lereng Muria. Karena kami memandang anak kami kemudian hari," ungkapnya.

Dia pun meminta warga agar pemilik tanah yang bukan warga Rahtawu tidak membuka usaha apapun. Menurutnya warga pun sudah sepakat tidak membentuk usaha pariwisata di Lereng Muria ini.

"Kemudian kedua khususnya di RW 4 untuk memohon kepada pemilik tanah bukan warga Rahtawu untuk tidak membuka usaha apapun di Rahtawu. Kami sadar warga berhak melakukan usaha tapi kami sepakat kami mengimbau untuk tidak melakukan usaha apapun di sini. Kami khawatir warga tersingkir dari usaha ini yang terjadi mereka akan merusak alam. Biarkan kami untuk menikmati masa keemasan kami yang kami tunggu berpuluh-puluh tahun. Bahwa daerah ini akan menjadi daerah wisata yang tidak ada di tempat lain," ungkapnya.

Dalam kesempatan yang sama, Kepala Desa Rahtawu Didik Aryadi berharap agar kampung adat ini bisa mempertahankan kekayaan budaya yang ada di desanya. "Kami harap jaga betul kekayaan budaya yang ada di sini. Mudah-mudahan di Dukuh Semliro ini menjadi pembeda," jelas Didik ditemui di lokasi siang tadi.

Didik berencana akan membentuk kampung budaya lainnya yang ada di Desa Rahtawu. Di antaranya Kampung Pancasila, Kampung Santri, dan Kampung Modern.

"Jadi empat dukuhan ada ciri khas masing-masing pariwisata budaya yang ada di Rahtawu. Harapan kami keadaan ini masih terjaga, kearifan lokal sangat kaya budaya berjalan dengan baik," lanjut dia.

Bupati Kudus HM Hartopo yang turut hadir menambahkan masyarakat di Desa Rahtawu untuk memberdayakan warga sendiri. Dia meminta kepada warga untuk tetap melestarikan budaya dan alam yang ada di Lereng Muria.

"Ini tidak lebihnya bagaimana memberdayakan untuk masyarakat Rahtawu, khususnya Dukuh Semliro ini, jangan sampai kehilangan momen, jangan sampai alam yang dilestarikan dirawat ini menjadi rusak gara-gara masyarakat luar," tambah Hartopo.




(apl/sip)


Hide Ads