Masjid bernama Ar Rahman di Dusun Tempurkali, Desa Bulurejo, Kecamatan Giriwoyo, Wonogiri menjadi salah satu bukti penyebaran Islam di wilayah Wonogiri Selatan. Di masjid ini terdapat Al-Qur'an kuno berbahan dasar kulit yang sudah ada sejak ratusan tahun lalu.
Masyarakat sekitar menyebut masjid ini dengan nama Masjid Tiban Tempurkali. Sampai saat ini pun masjid ini masih banyak didatangi orang dari luar daerah. Selain napak tilas, orang-orang yang mengunjungi masjid itu sebagai bagian dari tirakat.
Takmir Masjid Tiban Tempurkali, Mulyono mengatakan dulu nama wilayah di kawasan Masjid Tiban adalah Ngoro Rombo. Sebab dulu di sana merupakan oro-oro atau lahan tanah kosong yang sangat luas. Sekarang dinamakan Tempurkali karena wilayah itu dikepung oleh aliran sungai atau kali.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dulu di oro-oro itu tiba-tiba ada masjid. Padahal di kawasan itu jauh dari rumah warga. Maka oleh masyarakat dinamakan Masjid Tiban. Pertama diketahui oleh masyarakat sekitar 1738," kata Mulyono kepada detikJateng belum lama ini.
![]() |
Saat ditemukan, kata dia, bangunan masjid itu terbuat dari kayu dan gedek atau bambu. Lantainya juga terbuat dari bambu yang dibuat menjadi galar. Namun, seiring berjalannya waktu, lantai masjid dibuat menggunakan ubin.
"Kemudian semakin ke sini dibangun oleh masyarakat dan pemerintah dengan tembok. Jadi sudah banyak yang berubah kalau sekarang. Yang masih asli bagian atap dan beberapa usuk masih banyak yang asli. Memang bentuknya seperti Masjid Demak dan Masjid Tiban Wonokerso Baturetno," ungkap dia.
Mulyono mengatakan, setelah ditemukan, Masjid Tiban digunakan untuk berdakwah oleh sejumlah tokoh Islam di Wonogiri selatan, sepeti Kiai Nur Muhammad, Kiai Zein, Kiai Anwar Sanusi dan Kiai Ilyas Basuki.
"Peninggalan yang masih ada itu Al-Qur'an dan tempat membacanya, buku kutbah, tongkat kutbah dan bedug. Tapi kalau bedug itu kulitnya sudah diganti, pukul nya juga sudah diganti. Peninggalan itu semua agemane Kiai Nur Muhammad dan rekannya," ujar dia.
![]() |
Saat detikJateng ke Masjid Tiban Tempurkali Selasa (28/6) lalu, Al-Qur'an yang sudah berusia ratusan tahun itu disimpan di sebuah kotak kayu. Kotak itu diletakkan di sebuah tempat di atas mimbar. Al-Qur'an beserta tempat membaca dan buku kutbah dibungkus kain kafan dan kain berwarna merah.
"Memang di bagian depan (Al-Qur'an) ada beberapa yang sudah hilang bagiannya. Karena dulu lama tidak dibuka dan kurang terawat," ujarnya.
Menurut Mulyono, Al-Qur'an itu masih dibaca, namun hanya saat Ramadan dan tidak setiap hari. Hanya dua kali dalam sepekan. Jemaah membaca dengan Al-Qur'an yang baru-baru. Sementara itu, buku kutbah berbahasa arab dan tulisan arab pegon merupakan milik Kiai Muhammad Khasan, seorang yang mempunyai rumah di sebelah barat masjid.
"Ini Al-Qur'an nya terbuat dari kulit. Ditulis tangan menggunakan sodo sruwo aren. Kalau tintanya kurang tahu dari mana asalnya. Kalau pakai kertas pasti sudah mopol atau jemlok," paparnya.
![]() |
Mulyono membenarkan jika banyak warga dari luar daerah yang berkunjung ke Masjid Tiban Tempurkali. Bahkan sejumlah tokoh di Wonogiri pernah mendatangi masjid tersebut. Menurutnya tidak ada waktu atau malam tertentu untuk mengunjungi masjid itu. Ia meyakini semua niat orang yang datang baik. Jika punya niat buruk merupakan resiko yang dihadapi.
"Pernah dulu ada mencoba membuka Al-Qur'an tapi tidak bisa. Padahal di kotak tempat menyimpan Al-Qur'an itu tidak saya kunci. Kalau saya persilakan mencoba buka, tidak harus saya," kata Mulyono.
(apl/aku)