Sebuah keluarga di Desa Cikandang, Kecamatan Kersana, Brebes, hidup tanpa air, jamban dan listrik. Lebih parah lagi, mereka mendiami sebuah rumah yang sudah lapuk dan nyaris roboh.
Kehidupan yang serba kekurangan ini sudah dilakoni Kartomi (42) selama bertahun-tahun. Bersama istrinya Puji Rahayu (40), dan tiga anaknya dia mendiami sebuah rumah yang kondisinya sangat memprihatinkan.
Pantauan detikJateng, rumah dengan lebar muka 7 meter dan panjang 9 meter itu kondisinya sudah sangat tidak layak huni. Dinding bangunan hanya menggunakan anyaman bambu yang sudah lapuk termakan usia. Sementara di banyak bagian bangunan sudah ditumbuhi tanaman paku-pakuan liar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lantai rumah ini pun masih berupa tanah lembab dan dingin. Di dalam rumah juga banyak terdapat batang-batang bambu yang dijadikan penyangga agar tidak roboh.
Bagian dalam rumah terdapat satu kamar untuk tidur keluarga. Sementara di ruang depan hanya ada satu sofa kumal yang sudah sobek. Ruang yang seharusnya dijadikan ruang tamu ini juga dipakai untuk menumpuk perabotan piring gelas dan lain lain.
Ditemui di rumahnya, Kartomi yang biasa dipanggil Ato ini mengaku selalu waswas bila terjadi hujan dan angin kencang. Tidak jarang, dia dan keluarga harus keluar rumah dalam kondisi hujan lebat karena takut bangunan roboh.
"Kalau hujan terpaksa keluar rumah. Berteduh di rumah sebelah punya tetangga. Karena kondisi bangunan sudah lapuk," ucap Ato kepada detikJateng, Rabu (29/6/2022).
![]() |
Di samping kondisi rumah yang nyaris roboh, rumah ini tidak memiliki jaringan listrik, air, dan jamban keluarga. Kartomi menuturkan, dulu pernah mendapat aliran listrik dengan cara menyalur dari tetangga sebelah. Namun sekarang jaringan listrik itu diputus karena tidak sanggup membayar.
"Pernah nyalur listrik dari tetangga. tapi sekarang sudah diputus karena tidak ada uang buat membayar," ungkap Kartomi.
Untuk urusan buang air besar, keluarga ini mengandalkan saluran buangan yang berjarak 50 meter dari rumah. Kemudian untuk kebutuhan mandi dan memasak, dia mendapatkan air dari sumur tetangga.
Kartomi meneruskan, sudah lama mendiami di rumah tersebut karena tidak memiliki rumah sendiri. Dia menyebut rumah itu adalah peninggalan keluarganya.
"Ini rumah keluarga, punya nenek. Saya ada jatah tanah di tanah ini dari ibu saya. Menempati rumah sudah cukup lama karena tidak punya rumah sendiri," sambung Ato.
Dimintai konfirmasi terkait hal ini, Kepala Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman Brebes, Sutrisno menegaskan akan menindaklanjuti dengan mengerahkan tim verifikasi. Termasuk di dalamnya tim yang menangani soal jamban.
"Segera kami cek. Termasuk tim yang menangani soal jamban," kata dia.
Sutrisno meneruskan, data di Dinperwaskim Brebes menyebut, tahun 2022 ini ada sekitar 1.600 rumah yang masuk kategori tidak layak huni. Penanganan rumah tidak layak huni ini, kata Sutrisno, terkendala anggaran.
"Tahun 2022 ini ada sekitar 1.600 rumah tidak layak huni. kalau dilihat dari jumlahnya itu, harusnya anggaran yang ada ditambah," tutur Sutrisno.
(aku/ams)